Jumat, 06 Desember 2019

Partograf


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Manuaba (2007) menjelaskan bahwa World Health Organization (WHO) menciptakan sistem “Partograf” untuk menurunkan AKI. Sistem ini dapat memantau keadaan ibu maupun janin dikandungannya selama dalam persalinan. Jadi, dengan metoda yang baik dapat diketahui lebih awal adanya persalinan yang abnormal dan dapat dicegah terjadinya persalinan lama.
Menggunakan partograf diharapkan dapat menurunkan AKI karena sebagian besar ditujukan untuk persalinan dengan risiko rendah untuk menghindari prolong dan negleted labour, menghindari persalinan berlangsung lebih dari 24 jam dan menegakkan keadaan patologis sedini mungkin. Kegagalan persalinan sebagian besar disebabkan oleh disproporsi sefalopelvik sehingga tindakan seksio sesaria semakin meningkat. Setiap penyimpangan persalinan menurut pertograf harus dievaluasi secara menyeluruh (Manuaba, 2007). “PARTOGRAF” telah digunakan oleh banyak negara karena harganya tidak mahal, dan dapat dipakai pada tingkat pelayanan yang lebih rendah. Dapat dipakai di puskesmas, atau pun oleh petugas kesehatan seperti bidan yang bertugas di daerah. Dengan adanya partograf ini, maka  jika diperlukan dapat dengan tepat merujuk pasien ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Salah satu sebab tingginya kematian maternal dan perinatal di Indonesia dan negara berkembang lainnya adalah distosia yang menimbulkan partus lama dan kasep. Dalam rangka upaya menurunkan angka kematian tersebut, WHO menganjurkan untuk memasyarakatkan penggunaan partograf dalam memantau proses persalinan.
Persalinan merupakan salah satu peristiwa penting dan senantiasa diingat dalam kehidupan wanita. Setiap wanita memiliki pengalaman melahirkan tersendiri yang dapat diceritakan ke orang lain. Memori melahirkan, peristiwa dan orang-orang yang terlibat dapat bersifat negatif atau positif, dan pada akhirnya dapat menimbulkan efek emosional dan reaksi psikososial jangka pendek dan jangka panjang. (Henderson, 2006).
Aspek-aspek asuhan yang terbukti memengaruhi perasaan persalinan dan kepuasan pengalaman persalinan meliputi komunikasi dan pemberian informasi, penatalaksanaan nyeri, tempat melahirkan, dukungan sosial dan dukungan dari pasangan serta dukungan dari pemberi asuhan.
Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dengan target menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiga antara tahun 1990 hingga tahun 2015. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pemerintah melakukan strategi dan usaha, salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif (Bappenas, 2005).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggerakkan seluruh masyarakat dalam upaya memberikan ASI Eksklusif pada bayi selama 6 (enam) bulan (Depkes, 2006). Untuk mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif diharapkan dapat tercapai maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan program inisiasi menyusu dini (IMD) (Roesli,2007).
Inisiasi menyusu dini adalah proses alami untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya bayi. Inisiasi menyusu dini atau IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah Indonesia. WHO dan UNICEF telah merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22% nyawa bayi sebelum usia 28 hari. Untuk itu diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan, baik swasta maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan melaksanakan suksesnya program tersebut (Depkes RI, 2008).
Inisiasi Menyusu Dini yaitu memberikan ASI kepada bayi baru lahir, bayi tidak boleh dibersihkan terlebih dahulu dan tidak dipisahkan dari ibu. Pada inisiasi menyusu dini ibu segera mendekap dan membiarkan bayi menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium Devolepment Goals (MDGs) dalam pencapaian Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yaitu Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif dan lama menyusui maka akan membantu mengurangi kemiskinan, membantu mengurangi kelaparan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai usia dua tahun, membantu mengurangi angka kematian anak balita.
Pemberian ASI dikenal sebagai salah satu hal yang berpengaruh paling kuat terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak. Penelitian menyatakan bahwa inisiasi menyusu dini dalam 1 jam pertama dapat mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan di negara berkembang (APN, 2007).  Sedangkan di Indonesia, hanya 4 % bayi disusui ibunya dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran dan 8 % ibu memberi ASI Eksklusif terhadap bayinya sampai 6 bulan. Padahal diperkirakan sekitar 30.000 kematian bayi baru lahir (usia 28 hari) dapat dicegah melalui inisiasi menyusu dini (Amori, 2007).

1.2              Rumusan Masalah
1.            Apa pengertian dari Partograf ?
2.            Bagaimana pencatatan selama fase laten kala I pesalinan?
3.            Bagaimana pencatatan selama fase aktif persalinan: partograf?
4.            Bagaimana mencatat temuan pada partograf?


1.3              Tujuan
1              Untuk mengetahui apa pengertian dari Partograf ?
2              Untuk mengetahui bagaimana pencatatan selama fase laten kala I pesalinan?
3              Untuk mengetahui bagaimana pencatatan selama fase aktif persalinan: partograf?
4              Untuk mengetahui bagaimana mencatat temuan pada partograf?

































BAB II
PEMBAHASAN

2.1              Pengertian Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
·               Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.
·               Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
·               Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk:
·               Mencatat kemajuan persalinan
·               Mencatat kondisi ibu dan janin
·               Mencatat asuhan yang diberikan selama perwsalinan dan kelahiran
·               Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
Partograf harus digunakan:
·               Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partrograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau dan mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak di sertai dengan penyulit.
·               Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat ( rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit)
·               Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (spesialis obstetri, bidan, dokter umum, residen dan mahasisma kedokteran)
Penggunaan partogarf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya dapat asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.


2.1.1        Pencatatan Selama Fase Laten Kala Satu Persalinan
Kala satu persalinan terdiri atas dua fase yaitu, fase laten dan fase aktif yang di acu pada pembukaan serviks :
·               fase laten : pembukaan serviks kurang dari 4 cm
·               fase aktif : pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm.
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intevensi juga harus dicatatkan.
Kondisi ibu dan bayi harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu :
·               denyut jantung janin : setiap ½ jam
·               frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam
·               nadi : setiap ½ jam
·               pembukaan serviks : setiap 4 jam
·               penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
·               tekanan darah temperatur tubuh : setiap 4 jam
·               produksi urin, aseton dan dan protein : setiap 2-4 jam
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat dan frekuensinya meningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan di rumah, penolong persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk mrnghubungi kembali penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung
2.1.2        Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan: Partograf
Halaman depan partograf (lihat Gambar 2-3) mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, terrnasuk :
Informasi tentang ibu:
1.            nama, umur;
2.            gravida, para, abortus (keguguran);
3.            nomor catatan medis/nomor puskesmas;
4.            tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu);
5.            waktu pecahnya selaput ketuban.
Kondisi janin:
1.            DJJ;
2.            warna dan adanya air ketuban;
3.            penyusupan (molase) kepala janin.
Kemajuan persalinan:
1.            pembukaan serviks;
2.            penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin;
3.            garis waspada dan garis bertindak.
Jam dan waktu:
1.            waktu mulainya fase aktif persalinan;
2.            waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
Kontraksi uterus:
1.            frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
2.            Lama kontraksi dalam detik
Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
1.            oksitosin;
2.            obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
Kondisi ibu:
1.            nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
2.            urin (volume, aseton atau protein).
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalarn kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
2.1.3        Mencatat temuan pada partograf:
·               Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat mulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : “jam atau waktu” pada partograf) dan ibu datang dalam fase laten atau aktif. catat waktu terjadinya pecah ketuban.
·               Kondisi janin
Bagian diatas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan Denyut Jantung Janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan ( kepala janin ).
1.      Denyut jantung janin
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dewngan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus (Gambar 2-6).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka l dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. Lihat Tabel 2-1 untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
2.      Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ (Gambar 2-6). Gunakan lambang-lambang berikut ini:
·         U : ketuban utuh (belum pecah)
·         : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
·         M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
·         D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
·         K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai (lihat Tabel 2-1)
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir (lihat tabel 2-1)
3.      Penyusupan (Moulage) Tulang Kepala Janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang scsuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan dikotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
0   : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1   : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 :tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
3  : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks (Gambar 2-6). Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm.
Pada Lajur (row) dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum Skala angka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan (Menentukan Penurunan Janin) juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Setiap  kotak segi empat atau kubus  menunjukan waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan DJJ, Kontraksi uterus, dan Frekeunsi nadi Ibu.
1.      Pembukaan serviks
Dengan rnenggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dan setiap pemeriksaan. Tanda “X’ harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. 
Perhatikan:
-                  Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
-                 Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari hasil periksa dalam dicantimkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengna bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda “x” pada ordinat atau titik silang garis dilates serviks dan garis waspada
-                 Hubungkan tanda”x” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
Contoh : Perhatikan contoh partograf untuk Ibu Rohati :
Pada pukul 17.00, pembukaan serviks 5 cm dan ibu ada dalam fase aktif. Pembukaan serviks dicatat di garis waspada” dan waktu pemeriksaan dituliskan di bawahnya.








17.00
 
Partograf







PartografContoh cara pengisian yang salah. Temuan pembukaan serviks tidak dicantumkan pada garis waspada tetapi pada angka yang tertera pada garis tepi kolom pembukaan 



 



2.      Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Penieriksaan fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian tcrbawah atau presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pernbukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.
Kata-kata “Turunnya kepala” dan garis tidak terputus dan 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda “pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda “S’ di nomor 4. Hubungkan tanda “0” dan setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
Contoh: Partograf untuk Ibu Rohati:
·               Pada pukul 17.00 penurunan kepala 3/5
·               Pada pukul 21.00 penurunan kepala 1/5
3.      Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan Selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dan 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll). Pertirnbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawatdaruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
Jam dan waktu
1.      Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
2.      Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan
berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada. Kernudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda di garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dan kiri).
Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai (Gambar 2-4). Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, isi 3 kotak kontraksi. Catat frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit selama kala I fase aktif.  Nyatakan Iamanya kontraksi dengan:


Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik



Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik



Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik

Gambar Durasi dan Frekuensi Kontraksi setiap 10 menit
          Kontraksi setiap 10 menit
5








Dalam waktu 30 menit pertama terjadi dua kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kurang dari
4








20 detik
3








Dalam waktu 30 menit kelima terjadi tiga kontraksi dalam waktu 10 menit dan lamanya menjadi
2








20–40 detik
1








Dalam waktu 30 menit ketujuh terjadi lima kontraksi dalam 10 menit dan lamanya lebih dari
0

1

2

3


40 detik
Aplikasi Dan Interpretasi Data Pada Grafik Partograf
Hasil studi klinis yang dimuat dalam BMC Pregnancy and Childbirth 2014,14:281, laporan WHO tahun 2013 dan penelitian abebeb dkk yang dimuat dalam science journal of clinic medicine 2013;2(2);26-42 tentang pengunaan partograf oleh tenaga kesehatan (dokter,bidan, dan perawat) menyebutkan bahwa walaupun instrument penilaian kemajuan persalinan ini telah digunakan sejak tahun 1970 tetapi masih sangat kurang memuaskan
Kesenjangan ini terjadi akibat ketidak-pahaman petugas tentang cara pengisisn dan analisis data yang ada pada grafik partograf, tingkat kepatuhan terhadap keharusan untuk memakai partograf pada setiap persalinan, peraturan yang menghasruskan untuk melampirkan partograf untuk mendaatkan pengertian biaya pelayanan persalinan dan sebgainya. Sehingga tujuan sesungguhnya (memantau kemajuan persalinan) dari penggunaan partograf tidak tercapai atau penggunaannya menjadi teabaikan, malahan sering di salahgunakan.
Hasil studi penggunaan partograf juga menunjukan banyaknya persalinan yang dipantau menggunakan partograf dan kemudian di rujuk kerumah sakit akibat grafik yang dumulai pada haris waspada dimana pembukaan atau dilatasi serviks dicantumkan ternyata grafik lanjutannya bergeser ke kanan sehingga diartikan sebagai persalinan patologis. Ternyata setelah sampai di rumah sakit, pasien ini melahirkan spontan tanpa komplikasi apapun. Mengacu pada kejadian seperti ini makan sekitar 80% klinik dan rumah sakit menunggu hingga bayi lahir, baru dibuatkan partograf (data on the job training dari 33 puskesmas PONED dan RS PONEK  di Provinsi DKI Jakarta tahun 2013/2014).
Semua kejadian diatas tidak perlu terjadi jika petugas di fasilitas kesehatan, naik primer, sekundern dan tersier dapat memahami dan melakikan analisis data yang tercatat di partograf secara baik dan benar.
Data penting yang dicantumkan pada grafik kemjuan persalinan adalah:
·         Dilatasi serviks
·         Kontraksi
·         Penurunan bagian terbawah janin
Beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya kesalahan data dan kesenjangan analisi kemajuan persalianan yang berujung pada kesalahan penanganan dan pengambilan keputusan klinik adalah :
·         Tidak ada kesamaan dan akkurasi penilaian dilatasi serviks antara satu petugas dengan petugas lainnya.
·         Kesalahan dalam mencamkan data pada grafik partograf
·         Deviasi hasil pemeriksaan dianggap sebagai hasil yang normal
·         Hanya mengacu pada pembukaan atau dilatasi serviks untuk menilai kemajuan persalinan
·         Teralalu kaku dalam mengartikan pemeriksaan dilatasi serbiks hanya boleh dilakukan setelah 4 jam dari pemeriksaan pertama padahal gejala dan tanda kala II merupakan salah satu indikasi untuk melakukan periksa dalam walaupun belum mencapai waktu pemeriksaan pada 4 jam berikutnya.
·         Penilaian frekuensi kontraksi dalam 10 menit, tidak disertai dengan penilaian lama dan kekuatan kontraksi
·         Data DJJ sering kali dari hasil pengukuruan per 15 detik daripada pengukuran pebuh 1 menit.
Mengingat banyaknya factor kesalahan seperti yang disebutkan pada paragraph sebelumnya maka para pakar klinik melakukan studi klini partograf menganjurkan hal-hal berikut ini :
·         Jika hasil pemeriksaan dalam menunjukan dilatasi serviks adalah 4cm maka nilai juga kualitas dan lama kontraksi yang terjadi dalam 10 menut
·         Perhatikan pula penurunan kepala pada primigravida atau multigravida
·         Jika tidak yakin terhadap hasil pemeriksaan maka minta petugas lain (Senior atau petugas yang profisien) untuk melakukan verifikasi uang tentang ukuran pembukaan serviks yang diperoleh.
Kemudian lakukan analisis dengan ketentuan sebagai berikut (Kemungkinan 1,2, atau 3)
1.      Pembukaan 4 cm dengan kualitas kontraksi tidak memadai dan lamanya 30-40 detik maka jadwalkan pemeriksaan ulangan 1 jam kemudian sebelum mencatumkan hasil pemeriksaan pembukaan serviks
Jika pemeriksaan ulang mendapatkan hasil yang sama (pembukaan 4cm, kontraksi 3 kali dalam 10 menit dan penurunan masih seperti pemeriksaan sebelumnya) maka kemungkinan parturient (ibu dalam inpartu) belum memasuki fase aktif persalinan kala I dan partograf tidak dibuat sampai terjadi perbaikan kontraksi, pembukaan, dan penurunan bagian terbawah janin.
Pantau kondisi inu dan nilai kembali kontraksi 3 kali dalam 10 menit dan lamanya diatas 40 detik. Kemudian tentukan apakah perlu dilakukan penilaian ulang(periksa dalam) untuk memastikan dibuatnya partograf.
2.      Pembukaan 4cm yang diikuti dengan 3 kali atau lebih kontraksi dalam 10 menit dan lamanya diatas 40 detik (40-60 detik) serta penurunan bagian terbawah janin telah melewati bidang tengah panggul (2/5 menurut periksa luar supra simfisis) maka buat partograf dengan mencatatakan pembukaan serviks di garis waspada, baru lanjutkan dengan mencatumkan data lainnya pada tabel dan grafik partograf.
3.      Pembukaan diatas 4 cm disertai dengan kontraksi 3 kali dlaam 10 meni dengan lama kontraksi dibawah 40 detik dan penurunan bagian terbawah janin pada bidang tengah panggul maka partograf belum dbuta dulu hingga pemeriksaan berikutnya dilakukan (1 jam kemudaian)
Bila pemeriksaan ulang menghasilkan data yang sama maka pasien dikategorikan sebagai inersia uteri hipotonik dan rujuk ke rumah sakit rujukan terdekat untuk dilakukan augmentasi dan penilaian ulang.


Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV. Bagian ini dapat juga digunakan untuk mencatat jumlah asupan yang diberikan. Lajur oksitosin hanya digunakan di fasilitas kesehatan yang memiliki Cardio Toco Graphy (TCG) untuk pemantauan DJJ dankontraksi uterus dan fasilitas untuk tindakan seksio sesarea.
1.      Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
2.      Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau ruang untuk mencatat kondidi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
1.      Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
·            Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda titik (·) pada kolom waktu yang sesuai.
·            Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit. Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai:  2
·            Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.
2.      Volume urin, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinis mencakup:
l   Jumlah cairan per oral yang diberikan
l   Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur
l   Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum)
l   Persiapan sebelum melakukan rujukan
l   Upaya, jenis dan lokasi fasilitas rujukan
INGAT:
1.        Fase laten persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks kurang dari 4 cm. Biasanya fase laten berlangsung tidak lebih dari 8 jam.
2.        Dokumentasikan asuhan, pengamatan dan pemeriksaan selama fase laten persalinan pada catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara terpisah atau pada kartu KMS.
3.        Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm. Biasanya pembukaan serviks selama fase aktif sedikitnya 1 cm/jam.
4.        Saat persalinan maju dari fase laten ke fase aktif, catatkan hasil periksa dalam (pembukaan serviks) pada garis waspada di partograf.
5.        Jika ibu datang pada saat fase aktif persalinan, langsung catatkan pembukaan serviks pada garis waspada.
6.        Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan serviks umumnya tidak akan melewati garis waspada.

2.1.4        Pencatatan Pada Halaman 2 Partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa nifas (terutama pada kala empat pesalinan) untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting, terutama untuk membuat keputusan klinik (misalnya, pencegahan perdarahan pada kala IV persalinan). Selain itu catatan persalinan (lengkap dan benar) dapat digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan persalinan yang aman dan bersih telah dilakukan
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
·         Data atau Informasi Umum
·         Kala I
·         Kala II
·         Kala III
·         Bayi baru lahir
·         Kala I


PartografGambar  Partograf (halaman depan)













PEMANTAUAN PERSALINAN KALA IV

Jam Ke

Waktu

Tekanan darah

Nadi


Tinggi Fundus Uteri
Kontraksi Uterus
Kandung Kemih

Perdarahan
1



































2

















Masalah kala IV:…………………………………………………………………………………...……………….……...…………
Penatalaksanaan masalah tersebut: ………………………..……………………………..……………………………………….
Hasilnya:…… ………………………………………….…………………………………………….………………….
.Gambar 2-5: Halaman Belakang Partograf

 


Gambar 2-5:  Lembar belakang partograf
 

 





































Cara pengisian:
Berbeda dengan pengisian halaman depan (harus segera diisi di setiap akhir pemeriksaan), pengisian data di lembar belakang partograf baru dilengkapi setelah seluruh proses persalinan selesai. Informasi yang dicatatkan di halaman belakang partograf akan meliputi unsur-unsur berikut ini :

Data dasar

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan dan alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk.  Isikan data  pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda Ö pada kotak di samping jawaban yang sesuai.  Untuk pertanyaan nomor 5, lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaaan nomor 8 jawaban bisa lebih dari satu.
Data dasar yang perlu dipenuhi adalah sebagai berikut:
1.      Tanggal: ……………………………………………..…..
2.      Nama bidan: …………………………...……………….
3.      Tempat persalinan:
 Rumah Ibu          Puskesmas
 Polindes              Rumah Sakit
 Klinik Swasta     Lainnya: ……………..
4.      Alamat tempat persalinan: …………..………………
5.      Catatan:  rujuk, kala: I / II / III / IV                                                
6.      Alasan merujuk: …...………….…………….………
7.      Tempat rujukan: …...………….…………….………
8.      Pendamping pada saat merujuk:
 bidan                   teman
 suami                  dukun
 keluarga              tidak ada
9.      Masalah dalam kehamilan/persalinan ini
 Gawatdarurat                 perdarahan
 HDK                                Infeksi
 PMTCT

Kala I

Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang temuan selama fase laten, grafik melewati atau tidak, masalah-masalah lain yang timbul, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaannya. Untuk pertanyaan nomor 10 (Interview terhdapat temuan) dan nomor 11 (Penyimpangan grafik dilatasi serviks), hanya melingkari jawan yang sesuai. Pertanyaan berikutnya hanya diisi jika terdapat masalah lain, cara dan hasil penata laksanaannya.

Pertanyaan pada kala I adalah sebagai berikut:
10.  Temuan pada fase laten……….perlu intervensi: Y/T
11.  Grafik dilatasi melewati garis waspada:Y/T
12.  Masalah pada fase aktif,sebutkan………………….
13.  Penatalaksanaan masalah tsb: …….…….……..……
14.  Hasilnya: ………………………..……………………….

Kala II

Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah lain, penatalaksanaan masalah dan hasilnya.  Beri tanda Ö pada kotak di samping jawaban yang sesuai.  Bila pertanyaan nomor 15, jawabannya “Ya”, untuk nomor 16 beri tanda untuk pendamping persalinan (bisa lebih dari satu). Jika pertanyaan nomor 17 jawabannya “YA”, uraikan tindakan yang dilakukan. Pada nomor 17, juga ditambahkan ruang baru untuk menekankan upaya deteksi dini terhadap gangguan kondisi kesehatan janin selama kala II dan catatkan hasil pemantauan tersebut (Normal, gawat janin, atau tak dapat dievaluasi). Bagian ini dapat menjadi pelengkap bagi informasi pada kotak “Ya” maupun “tidak” untuk pertanyaan nomor 17. Untuk “masalah lain” pada nomor 19 harus dijelaksan jenis masalah yang terjadi.
Pertanyaan-pertanyaan pada Kala II adalah sebagai berikut:
15.   Episiotomi:
 Ya, indikasi ……………………………………………
 Tidak
16.  Pendamping pada saat persalinan:
 suami                                                dukun
 keluarga                                tidak ada
 teman
17.  Gawat janin:
 Ya, tindakan yang dilakukan:
a.       ………………………………………………
b.      ………………………………………………
 Tidak
 Pemantauan DJJ setiap 5-10 menit selama kala II, hasilnya: ……………………………………
18.  Distosia bahu
 Ya, tindakan yang dilakukan:
a.       ………………………………………………
b.      ………………………………………………
c.       ………… ……………………………………
 Tidak
19.  Masalah lain, Penatalaksanaan  masalah tersebut: ………………..
Kala III

Data untuk kala III terdiri dari lamanya kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, rangsangan pada fundus, kelengkapan plasenta saat dilahirkan, retensio plasenta yang > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya.  Isi jawaban pada tempat yang di sediakan dan beri tanda Ö pada kotak di samping jawaban yang sesuai.  Untuk nomor 25, 26 dan 28, lingkari jawaban yang benar.

20.  Inisiasi Menyusu Dini
 Ya
 Tidak,alasannya……………………
21.  Lama kala III:  ……….…….……………..… menit
22.  Pemberian Oksitosin 10 U IM?
 Ya, waktu: …………menit sesudah persalinan
 Tidak, alasan……………………..………………….….
23.  Pemberian ulang Oksitosin (2x)?
 Ya, alasan:…………………..…..….……………….….
 Tidak
24.  Penegangan tali pusat terkendali?
 Ya
 Tidak, alasan:…………………..…………….…………….
25.  Masase fundus uteri?
 Ya
 Tidak, alasan: ……………………………….……………
26.  Plasenta lahir lengkap (intact) :   Ya / Tidak
Jika tidak lengkap, tindakan yang dilakukan:
a.                   ……………………………………………………………
b.                  ……………………………………………………………
27.     Plasenta tidak lahir  >30 menit : Ya / Tidak
 Ya, tindakan:
a. ……………………………………………….………
b.….……………………………………………….…..
c. ………………………………………………………
28.  Laserasi:
 Ya, dimana ……………………………………..………….
 Tidak
28.       Jika laserasi perineum, derajat:  1 / 2 / 3 / 4
          Tindakan:
 Penjahitan, dengan / tanpa anestesi 
 Tidak dijahit,  alasan:………………………………………..
29.       Atonia uteri:
 Ya, tindakan:
a.       ………………………………………………………
b.      ………………………………………………………
c.        ………………………………………………………
 Tidak
30.       Jumlah perdarahan: ……………………… ml
31.       Masalah lain pada kala II dan Penatalaksanaan masalah tersebut: ………………………..
Hasilnya: …..………………………..…………………….……


Kala IV
Kala IV berisi data tentang keadaan umum ibu setelah melahrikan bayi dan plasenta, tekanan darah, nadi, temperatur, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada Kala IV ini sangat penting, terutama untuk menilai deteksi komplikasi atau kesiapan penolong untuk mengantisipasi masalah atau penyulit obstetric segera seperti syok hipovolemik, perdarahan pascapersalinan primer, atau infeksi. Bila timbul masalah selama kala IV, tuliskan jenis dan tatalaksana secara singkat dan lengkap pada kolom yang tersedia.

33.  Kondisi Ibu: KU………TD….mmHg Nadi:…..x/mnt Napas:……x/mnt
34.  Masalah Kala IV dan penatalaksanaannya……………….
hasilnya……………

Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isikan hasil pemeriksaan pada kolom yang sesuai pada tabel pemantauan. Tanda vital, tinggi fundus, konsisi kandung kemih, dan produksi urin, dan jumlah darah yang keluar. Bagian yang digelapkan tidak usah diisi. Catatkan semua temuan selam kala empat persalinan. Pada tabel di bagian bawah halaman dua partograf. 

Jam Ke

Waktu

TD

Nadi
Temperature
Tinggi Fundus Uteri
Kontraksi Uterus
Kandung Kemih

Perdarahan
1



































2


















Bayi baru lahir
Informasi yang perlu diperoleh dari bagian bayi baru lahir adalah berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya.  Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda Ö pada kotak di samping jawaban yang sesuai.  Untuk pertanyaan nomor 37 dan 38, lingkari jawaban yang sesuai. Untuk nomor 39, jawabannya mungkin lebih dari satu. Informasi penting dari bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

35. Berat badan ………. gram
36. Panjang ………… …cm
37. Jenis kelamin: L /  P
38. Penilaian bayi baru lahir: baik / ada penyulit
39.  Bayi lahir:
 Normal, tindakan:
 menghangatkan
 isap lendir
 mengeringkan
 selimuti bayi dan tempatkan di sisi ibu
 tindakan pencegahan infeksi mata (salep mata Tetrasiklin), pemberian Vit. K, dan         Imunisasi Hepatitis b
 Asfiksia ringan/pucat/biru/lemas, tindakan:
 menghangatkan
 bebaskan jalan napas
 mengeringkan                     
 rangsangan taktil                
 bungkus bayi dan tempatkan di sisi ibu
 lain-lain, sebutkan: ...............................................
 Cacat bawaan, sebutkan: …………………….………….
40. Pemberian ASI
 Ya, waktu:…………… jam setelah bayi lahir
 Tidak, alasan:…………………..…………….…………
41. Masalah lain, sebutkan: ……………………….…….….…..     
























BAN III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan
Dengan menggunakan partograf pada setiap menolong persalinan, bidan ataupun perawat dapat mendeteksi masalah dan penyulit sesegera mungkin, menatalaksana masalah dan merujuk ibu dalam kondisi gawatdarurat, sehingga terjadinya kematian ibu dapat dicegah dan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi akibat persalinan.
Inisiasi menyusu dini IMD disebut sebagai tahap ke empat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai satu jam setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap setelah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu dan mendapatkan kolostrom atau ASI yang pertama kali keluar.
Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

3.2              Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan ini belum mencapai titik kesempunaan, jadi kritikan yang membangun sangat diharapkan.

















DAFTAR PUSTAKA

·               Andayani, J. (2013). Gambaran Pelatihan Asuhan Persalinan Normal terhadap Penerapan Langkah-langkah Pertolongan Persalinan oleh Bidan di Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie. Karya Tulis Ilmiah. Banda Aceh: Program Pendidikan Diploma III Kebidanan U’budiyah.
·               Bobak, Lowdermik & Jensen. (2012). Buku Ajar Keperawatan Komunitas E/4. Jakarta: EGC
·               Yusnita, V. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh Bidan di 12 Puskesmas Agam Timur Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Agam Provinsi Sumatra Barat. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.



                                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pelayanan Penyakit Menular TB di Keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1               Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular, disebabkan oleh kuman...