BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manuaba (2007) menjelaskan bahwa
World Health Organization (WHO) menciptakan sistem “Partograf” untuk menurunkan
AKI. Sistem ini dapat memantau keadaan ibu maupun janin dikandungannya selama
dalam persalinan. Jadi, dengan metoda yang baik dapat diketahui lebih awal
adanya persalinan yang abnormal dan dapat dicegah terjadinya persalinan lama.
Menggunakan partograf diharapkan
dapat menurunkan AKI karena sebagian besar ditujukan untuk persalinan dengan
risiko rendah untuk menghindari prolong dan negleted labour, menghindari
persalinan berlangsung lebih dari 24 jam dan menegakkan keadaan patologis
sedini mungkin. Kegagalan persalinan sebagian besar disebabkan oleh disproporsi
sefalopelvik sehingga tindakan seksio sesaria semakin meningkat. Setiap
penyimpangan persalinan menurut pertograf harus dievaluasi secara menyeluruh
(Manuaba, 2007). “PARTOGRAF” telah digunakan oleh banyak negara karena harganya
tidak mahal, dan dapat dipakai pada tingkat pelayanan yang lebih rendah. Dapat dipakai
di puskesmas, atau pun oleh petugas kesehatan seperti bidan yang bertugas di
daerah. Dengan adanya partograf ini, maka jika diperlukan dapat dengan
tepat merujuk pasien ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Salah satu sebab tingginya kematian
maternal dan perinatal di Indonesia dan negara berkembang lainnya adalah
distosia yang menimbulkan partus lama dan kasep. Dalam rangka upaya menurunkan
angka kematian tersebut, WHO menganjurkan untuk memasyarakatkan penggunaan
partograf dalam memantau proses persalinan.
Persalinan merupakan salah satu peristiwa penting dan senantiasa diingat dalam kehidupan wanita. Setiap wanita memiliki pengalaman melahirkan tersendiri yang dapat diceritakan ke orang lain. Memori melahirkan, peristiwa dan orang-orang yang terlibat dapat bersifat negatif atau positif, dan pada akhirnya dapat menimbulkan efek emosional dan reaksi psikososial jangka pendek dan jangka panjang. (Henderson, 2006).
Persalinan merupakan salah satu peristiwa penting dan senantiasa diingat dalam kehidupan wanita. Setiap wanita memiliki pengalaman melahirkan tersendiri yang dapat diceritakan ke orang lain. Memori melahirkan, peristiwa dan orang-orang yang terlibat dapat bersifat negatif atau positif, dan pada akhirnya dapat menimbulkan efek emosional dan reaksi psikososial jangka pendek dan jangka panjang. (Henderson, 2006).
Aspek-aspek asuhan yang terbukti
memengaruhi perasaan persalinan dan kepuasan pengalaman persalinan meliputi
komunikasi dan pemberian informasi, penatalaksanaan nyeri, tempat melahirkan,
dukungan sosial dan dukungan dari pasangan serta dukungan dari pemberi asuhan.
Salah satu tujuan Pembangunan
Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka
kematian anak dengan target menurunkan angka kematian balita sebesar dua
pertiga antara tahun 1990 hingga tahun 2015. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka pemerintah melakukan strategi dan usaha, salah satunya yaitu melalui promosi
pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif (Bappenas, 2005).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggerakkan seluruh masyarakat dalam upaya memberikan ASI Eksklusif pada bayi selama 6 (enam) bulan (Depkes, 2006). Untuk mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif diharapkan dapat tercapai maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan program inisiasi menyusu dini (IMD) (Roesli,2007).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggerakkan seluruh masyarakat dalam upaya memberikan ASI Eksklusif pada bayi selama 6 (enam) bulan (Depkes, 2006). Untuk mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif diharapkan dapat tercapai maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan program inisiasi menyusu dini (IMD) (Roesli,2007).
Inisiasi menyusu dini adalah proses
alami untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari
dan mengisap ASI sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya bayi.
Inisiasi menyusu dini atau IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan
pemerintah Indonesia. WHO dan UNICEF telah merekomendasikan inisiasi menyusu
dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena inisiasi menyusu dini
dapat menyelamatkan 22% nyawa bayi sebelum usia 28 hari. Untuk itu diharapkan
semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan, baik swasta
maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan melaksanakan suksesnya program
tersebut (Depkes RI, 2008).
Inisiasi Menyusu Dini yaitu
memberikan ASI kepada bayi baru lahir, bayi tidak boleh dibersihkan terlebih
dahulu dan tidak dipisahkan dari ibu. Pada inisiasi menyusu dini ibu segera
mendekap dan membiarkan bayi menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli,
2008). Peran Millenium Devolepment Goals (MDGs) dalam pencapaian Inisiasi
Menyusu Dini (IMD), yaitu Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan
ASI eksklusif dan lama menyusui maka akan membantu mengurangi kemiskinan,
membantu mengurangi kelaparan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan makanan bayi
sampai usia dua tahun, membantu mengurangi angka kematian anak balita.
Pemberian ASI dikenal sebagai salah
satu hal yang berpengaruh paling kuat terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan
dan perkembangan anak. Penelitian menyatakan bahwa inisiasi menyusu dini dalam
1 jam pertama dapat mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan di negara
berkembang (APN, 2007). Sedangkan di Indonesia, hanya 4 % bayi disusui
ibunya dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran dan 8 % ibu memberi ASI
Eksklusif terhadap bayinya sampai 6 bulan. Padahal diperkirakan sekitar 30.000
kematian bayi baru lahir (usia 28 hari) dapat dicegah melalui inisiasi menyusu
dini (Amori, 2007).
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari
Partograf ?
2.
Bagaimana pencatatan
selama fase laten kala I pesalinan?
3.
Bagaimana pencatatan
selama fase aktif persalinan: partograf?
4.
Bagaimana mencatat
temuan pada partograf?
1.3
Tujuan
1
Untuk mengetahui apa
pengertian dari Partograf ?
2
Untuk mengetahui
bagaimana pencatatan selama fase laten kala I pesalinan?
3
Untuk mengetahui
bagaimana pencatatan selama fase aktif persalinan: partograf?
4
Untuk mengetahui
bagaimana mencatat temuan pada partograf?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk
memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan
klinik.
Tujuan utama dari penggunaan
partograf adalah untuk :
·
Mencatat hasil
observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui
periksa dalam.
·
Mendeteksi apakah
proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi
secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
·
Data pelengkap yang
terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses
persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua
itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi
baru lahir.
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan
membantu penolong persalinan untuk:
·
Mencatat kemajuan
persalinan
·
Mencatat kondisi ibu
dan janin
·
Mencatat asuhan yang diberikan
selama perwsalinan dan kelahiran
·
Menggunakan informasi
yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
Partograf harus digunakan:
·
Untuk semua ibu dalam
fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan
persalinan. Partrograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal
maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau
dan mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit
maupun yang tidak di sertai dengan penyulit.
·
Selama persalinan dan
kelahiran bayi di semua tempat ( rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah
sakit)
·
Secara rutin oleh
semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan
proses kelahiran bayinya (spesialis obstetri, bidan, dokter umum, residen dan
mahasisma kedokteran)
Penggunaan partogarf secara rutin
dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya dapat asuhan yang aman, adekuat dan
tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan
jiwa mereka.
2.1.1
Pencatatan Selama Fase Laten Kala Satu Persalinan
Kala satu persalinan terdiri atas
dua fase yaitu, fase laten dan fase aktif yang di acu pada pembukaan serviks :
·
fase laten : pembukaan
serviks kurang dari 4 cm
·
fase aktif : pembukaan
serviks dari 4 sampai 10 cm.
Selama fase laten, semua asuhan,
pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara
terpisah, baik catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS)
ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan
selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intevensi juga harus dicatatkan.
Kondisi ibu dan
bayi harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu :
·
denyut jantung janin :
setiap ½ jam
·
frekuensi dan lamanya
kontraksi uterus : setiap ½ jam
·
nadi : setiap ½ jam
·
pembukaan serviks :
setiap 4 jam
·
penurunan bagian
terbawah janin : setiap 4 jam
·
tekanan darah
temperatur tubuh : setiap 4 jam
·
produksi urin, aseton
dan dan protein : setiap 2-4 jam
Jika ditemui gejala dan tanda
penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan. Lakukan
tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam
persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama,
nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada
tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi untuk
kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat dan
frekuensinya meningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan di rumah, penolong
persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan
bayinya dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk mrnghubungi
kembali penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk
ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung
2.1.2
Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan: Partograf
Halaman depan partograf (lihat
Gambar 2-3) mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan
menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase
aktif persalinan, terrnasuk :
Informasi tentang ibu:
1.
nama, umur;
2.
gravida, para, abortus (keguguran);
3.
nomor catatan medis/nomor puskesmas;
4.
tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan
waktu penolong persalinan mulai merawat ibu);
5.
waktu pecahnya selaput ketuban.
Kondisi
janin:
1.
DJJ;
2.
warna dan adanya air ketuban;
3.
penyusupan (molase) kepala janin.
Kemajuan persalinan:
1.
pembukaan serviks;
2.
penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin;
3.
garis waspada dan garis bertindak.
Jam dan waktu:
1.
waktu mulainya fase aktif persalinan;
2.
waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
Kontraksi uterus:
1.
frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
2.
Lama kontraksi dalam detik
Obat-obatan dan cairan
yang diberikan:
1.
oksitosin;
2.
obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
Kondisi ibu:
1.
nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
2.
urin (volume, aseton atau protein).
Asuhan,
pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalarn kolom yang tersedia di sisi
partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
2.1.3
Mencatat temuan pada partograf:
·
Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat
mulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : “jam
atau waktu” pada partograf) dan ibu datang dalam fase laten atau aktif. catat
waktu terjadinya pecah ketuban.
·
Kondisi janin
Bagian diatas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan Denyut
Jantung Janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan ( kepala janin ).
1.
Denyut jantung janin
Dengan
menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan fisik dalam
bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih
sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini
menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri
menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai
dewngan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan
titik lainnya dengan garis tidak terputus (Gambar 2-6).
Kisaran
normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka l dan 100.
Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160.
Lihat Tabel 2-1 untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ
melampaui kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang
yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
2.
Warna dan adanya air ketuban
Nilai
air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai
di bawah lajur DJJ (Gambar 2-6). Gunakan lambang-lambang berikut ini:
·
U : ketuban utuh (belum pecah)
·
J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
·
M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
·
D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
·
K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)
Mekonium
dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat
mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin
selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung
janin < 100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang sesuai (lihat Tabel 2-1)
Tetapi
jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir (lihat tabel 2-1)
3.
Penyusupan (Moulage) Tulang Kepala Janin
Penyusupan
adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan
diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau
tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul
(CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala
yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi
tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan
persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang scsuai dan rujuk ibu dengan
tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Setiap
kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan dikotak
yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
0
: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi
1
: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2
:tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih
dan tidak dapat dipisahkan
Kemajuan persalinan
Kolom
dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi
serviks (Gambar 2-6). Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri.
Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu
dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi
sebesar 1 cm.
Pada
Lajur (row) dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum
Skala angka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan (Menentukan Penurunan
Janin) juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukan waktu 30 menit untuk pencatatan
waktu pemeriksaan DJJ, Kontraksi uterus, dan Frekeunsi nadi Ibu.
1.
Pembukaan serviks
Dengan
rnenggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini,
nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada
tanda tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf hasil temuan dan setiap pemeriksaan. Tanda “X’ harus ditulis di garis
waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
Perhatikan:
-
Pilih angka pada tepi
kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besarnya pembukaan serviks
pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
-
Untuk pemeriksaan
pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari hasil
periksa dalam dicantimkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengna
bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda “x” pada ordinat atau
titik silang garis dilates serviks dan garis waspada
-
Hubungkan tanda”x” dari
setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
Contoh
: Perhatikan contoh partograf untuk Ibu Rohati :
Pada
pukul 17.00, pembukaan serviks 5 cm dan ibu ada dalam fase aktif. Pembukaan
serviks dicatat di garis waspada” dan waktu pemeriksaan dituliskan di bawahnya.
|
Contoh cara pengisian yang salah. Temuan
pembukaan serviks tidak dicantumkan pada garis waspada tetapi pada angka yang
tertera pada garis tepi kolom pembukaan
2.
Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Dengan
menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Penieriksaan fisik di bab ini.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika
ada tanda tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian tcrbawah atau
presentasi janin.
Pada
persalinan normal, kemajuan pernbukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya
bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian
terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.
Kata-kata
“Turunnya kepala” dan garis tidak terputus dan 0-5, tertera di sisi yang sama
dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda “pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda “S’ di nomor 4.
Hubungkan tanda “0” dan setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
Contoh: Partograf untuk Ibu Rohati:
·
Pada pukul 17.00 penurunan kepala 3/5
·
Pada pukul 21.00 penurunan kepala 1/5
3.
Garis waspada dan garis bertindak
Garis
waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam.
Pencatatan Selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika
pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dan
1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang
memanjang, macet, dll). Pertirnbangkan pula adanya tindakan intervensi yang
diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah
sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawatdaruratan
obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh
8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah
kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus
dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
Jam dan waktu
1.
Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di
bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak
yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya
fase aktif persalinan.
2.
Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di
bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk
mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu
jam penuh dan
berkaitan
dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur
kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan
pembukaan serviks di garis waspada. Kernudian catatkan waktu aktual pemeriksaan
ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam
menunjukkan ibu mengalami pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda di
garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling
kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dan
kiri).
Kontraksi uterus
Di
bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan kontraksi
per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu
kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan
lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan
jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan mengisi angka pada
kotak yang sesuai (Gambar 2-4). Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi
dalam waktu satu kali 10 menit, isi 3 kotak kontraksi. Catat frekuensi dan
lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit selama kala I fase aktif. Nyatakan Iamanya kontraksi dengan:
|
Beri titik-titik di kotak
yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik
|
|
|
|
Beri garis-garis di kotak
yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik
|
|
|
|
Isi penuh kotak yang
sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik
|
Gambar Durasi dan
Frekuensi Kontraksi setiap 10 menit
Kontraksi setiap
10 menit
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dalam waktu 30 menit
pertama terjadi dua kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kurang dari
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
20 detik
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dalam waktu 30 menit
kelima terjadi tiga kontraksi dalam waktu 10 menit dan lamanya menjadi
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
20–40 detik
|
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dalam waktu 30 menit ketujuh terjadi lima kontraksi dalam
10 menit dan lamanya lebih dari
|
|
0
|
|
1
|
|
2
|
|
3
|
|
|
40 detik
|
Aplikasi Dan
Interpretasi Data Pada Grafik Partograf
Hasil studi klinis yang dimuat dalam BMC Pregnancy and Childbirth
2014,14:281, laporan WHO tahun 2013 dan penelitian abebeb dkk yang dimuat dalam
science journal of clinic medicine 2013;2(2);26-42 tentang pengunaan partograf
oleh tenaga kesehatan (dokter,bidan, dan perawat) menyebutkan bahwa walaupun
instrument penilaian kemajuan persalinan ini telah digunakan sejak tahun 1970
tetapi masih sangat kurang memuaskan
Kesenjangan ini terjadi akibat ketidak-pahaman petugas tentang
cara pengisisn dan analisis data yang ada pada grafik partograf, tingkat
kepatuhan terhadap keharusan untuk memakai partograf pada setiap persalinan,
peraturan yang menghasruskan untuk melampirkan partograf untuk mendaatkan
pengertian biaya pelayanan persalinan dan sebgainya. Sehingga tujuan
sesungguhnya (memantau kemajuan persalinan) dari penggunaan partograf tidak
tercapai atau penggunaannya menjadi teabaikan, malahan sering di salahgunakan.
Hasil studi penggunaan partograf juga menunjukan banyaknya
persalinan yang dipantau menggunakan partograf dan kemudian di rujuk kerumah
sakit akibat grafik yang dumulai pada haris waspada dimana pembukaan atau
dilatasi serviks dicantumkan ternyata grafik lanjutannya bergeser ke kanan
sehingga diartikan sebagai persalinan patologis. Ternyata setelah sampai di
rumah sakit, pasien ini melahirkan spontan tanpa komplikasi apapun. Mengacu
pada kejadian seperti ini makan sekitar 80% klinik dan rumah sakit menunggu
hingga bayi lahir, baru dibuatkan partograf (data on the job training dari 33
puskesmas PONED dan RS PONEK di Provinsi
DKI Jakarta tahun 2013/2014).
Semua kejadian diatas tidak perlu terjadi jika petugas di
fasilitas kesehatan, naik primer, sekundern dan tersier dapat memahami dan
melakikan analisis data yang tercatat di partograf secara baik dan benar.
Data penting yang dicantumkan pada grafik kemjuan persalinan
adalah:
·
Dilatasi serviks
·
Kontraksi
·
Penurunan bagian terbawah
janin
Beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya kesalahan data dan
kesenjangan analisi kemajuan persalianan yang berujung pada kesalahan
penanganan dan pengambilan keputusan klinik adalah :
·
Tidak ada kesamaan dan
akkurasi penilaian dilatasi serviks antara satu petugas dengan petugas lainnya.
·
Kesalahan dalam mencamkan
data pada grafik partograf
·
Deviasi hasil pemeriksaan
dianggap sebagai hasil yang normal
·
Hanya mengacu pada pembukaan
atau dilatasi serviks untuk menilai kemajuan persalinan
·
Teralalu kaku dalam
mengartikan pemeriksaan dilatasi serbiks hanya boleh dilakukan setelah 4 jam
dari pemeriksaan pertama padahal gejala dan tanda kala II merupakan salah satu
indikasi untuk melakukan periksa dalam walaupun belum mencapai waktu
pemeriksaan pada 4 jam berikutnya.
·
Penilaian frekuensi
kontraksi dalam 10 menit, tidak disertai dengan penilaian lama dan kekuatan
kontraksi
·
Data DJJ sering kali dari
hasil pengukuruan per 15 detik daripada pengukuran pebuh 1 menit.
Mengingat banyaknya factor kesalahan seperti yang disebutkan pada
paragraph sebelumnya maka para pakar klinik melakukan studi klini partograf
menganjurkan hal-hal berikut ini :
·
Jika hasil pemeriksaan dalam
menunjukan dilatasi serviks adalah 4cm maka nilai juga kualitas dan lama
kontraksi yang terjadi dalam 10 menut
·
Perhatikan pula penurunan
kepala pada primigravida atau multigravida
·
Jika tidak yakin terhadap
hasil pemeriksaan maka minta petugas lain (Senior atau petugas yang profisien)
untuk melakukan verifikasi uang tentang ukuran pembukaan serviks yang
diperoleh.
Kemudian lakukan analisis dengan ketentuan sebagai berikut
(Kemungkinan 1,2, atau 3)
1.
Pembukaan 4 cm dengan
kualitas kontraksi tidak memadai dan lamanya 30-40 detik maka jadwalkan
pemeriksaan ulangan 1 jam kemudian sebelum mencatumkan hasil pemeriksaan
pembukaan serviks
Jika pemeriksaan ulang mendapatkan hasil yang sama (pembukaan 4cm, kontraksi 3 kali dalam 10 menit dan penurunan masih seperti pemeriksaan sebelumnya) maka kemungkinan parturient (ibu dalam inpartu) belum memasuki fase aktif persalinan kala I dan partograf tidak dibuat sampai terjadi perbaikan kontraksi, pembukaan, dan penurunan bagian terbawah janin.
Pantau kondisi inu dan nilai kembali kontraksi 3 kali dalam 10 menit dan lamanya diatas 40 detik. Kemudian tentukan apakah perlu dilakukan penilaian ulang(periksa dalam) untuk memastikan dibuatnya partograf.
Jika pemeriksaan ulang mendapatkan hasil yang sama (pembukaan 4cm, kontraksi 3 kali dalam 10 menit dan penurunan masih seperti pemeriksaan sebelumnya) maka kemungkinan parturient (ibu dalam inpartu) belum memasuki fase aktif persalinan kala I dan partograf tidak dibuat sampai terjadi perbaikan kontraksi, pembukaan, dan penurunan bagian terbawah janin.
Pantau kondisi inu dan nilai kembali kontraksi 3 kali dalam 10 menit dan lamanya diatas 40 detik. Kemudian tentukan apakah perlu dilakukan penilaian ulang(periksa dalam) untuk memastikan dibuatnya partograf.
2.
Pembukaan 4cm yang diikuti
dengan 3 kali atau lebih kontraksi dalam 10 menit dan lamanya diatas 40 detik
(40-60 detik) serta penurunan bagian terbawah janin telah melewati bidang
tengah panggul (2/5 menurut periksa luar supra simfisis) maka buat partograf
dengan mencatatakan pembukaan serviks di garis waspada, baru lanjutkan dengan
mencatumkan data lainnya pada tabel dan grafik partograf.
3.
Pembukaan diatas 4 cm
disertai dengan kontraksi 3 kali dlaam 10 meni dengan lama kontraksi dibawah 40
detik dan penurunan bagian terbawah janin pada bidang tengah panggul maka
partograf belum dbuta dulu hingga pemeriksaan berikutnya dilakukan (1 jam
kemudaian)
Bila pemeriksaan ulang menghasilkan data yang sama maka pasien dikategorikan sebagai inersia uteri hipotonik dan rujuk ke rumah sakit rujukan terdekat untuk dilakukan augmentasi dan penilaian ulang.
Bila pemeriksaan ulang menghasilkan data yang sama maka pasien dikategorikan sebagai inersia uteri hipotonik dan rujuk ke rumah sakit rujukan terdekat untuk dilakukan augmentasi dan penilaian ulang.
Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak
untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV. Bagian ini dapat
juga digunakan untuk mencatat jumlah asupan yang diberikan. Lajur oksitosin
hanya digunakan di fasilitas kesehatan yang memiliki Cardio Toco Graphy (TCG)
untuk pemantauan DJJ dankontraksi uterus dan fasilitas untuk tindakan seksio
sesarea.
1.
Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap
30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam
satuan tetesan per menit.
2.
Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan
dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman
depan partograf, terdapat kotak atau ruang untuk mencatat kondidi kesehatan dan
kenyamanan ibu selama persalinan.
1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini
berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
·
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30
menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya
penyulit). Beri tanda titik (·) pada kolom waktu yang sesuai.
·
Nilai dan catat tekanan darah ibu
setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya
penyulit. Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai: 2
·
Nilai dan catat temperatur tubuh
ibu (lebih sering jika terjadi peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi)
setiap 2 jam dan catat temperatur
tubuh pada kotak yang sesuai.
2.
Volume urin, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlah
produksi urin ibu sedikitnya setiap 2
jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu
berkemih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.
Asuhan, pengamatan
dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan
keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah
tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat
catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinis mencakup:
l Jumlah cairan per oral yang diberikan
l Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur
l Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan,
dokter umum)
l Persiapan sebelum melakukan rujukan
l Upaya, jenis dan lokasi fasilitas rujukan
INGAT:
1.
Fase laten persalinan
didefinisikan sebagai pembukaan serviks kurang dari 4 cm. Biasanya fase laten
berlangsung tidak lebih dari 8 jam.
2.
Dokumentasikan asuhan,
pengamatan dan pemeriksaan selama fase laten persalinan pada catatan kemajuan
persalinan yang dibuat secara terpisah atau pada kartu KMS.
3.
Fase aktif persalinan
didefinisikan sebagai pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm. Biasanya
pembukaan serviks selama fase aktif sedikitnya 1 cm/jam.
4.
Saat persalinan maju dari fase laten ke fase aktif,
catatkan hasil periksa dalam (pembukaan serviks) pada garis waspada di
partograf.
5.
Jika ibu datang pada saat fase aktif persalinan,
langsung catatkan pembukaan serviks pada garis waspada.
6.
Pada persalinan tanpa
penyulit, catatan pembukaan serviks umumnya tidak akan melewati garis waspada.
|
2.1.4
Pencatatan Pada Halaman 2 Partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal
yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta
tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala
I hingga kala IV dan bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut
sebagai Catatan Persalinan. Nilai
dan catatkan asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa nifas (terutama pada
kala empat pesalinan) untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya
penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat
penting, terutama untuk membuat keputusan klinik (misalnya, pencegahan
perdarahan pada kala IV persalinan). Selain itu catatan persalinan (lengkap dan
benar) dapat digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan
persalinan yang aman dan bersih telah dilakukan
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
·
Data atau Informasi Umum
·
Kala I
·
Kala II
·
Kala III
·
Bayi baru lahir
·
Kala I
Gambar Partograf (halaman depan)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Cara pengisian:
Berbeda dengan pengisian
halaman depan (harus segera diisi di setiap akhir pemeriksaan), pengisian data
di lembar belakang partograf baru dilengkapi setelah seluruh proses persalinan
selesai. Informasi yang dicatatkan di halaman belakang partograf akan meliputi
unsur-unsur berikut ini :
Data dasar
Data dasar terdiri dari
tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan dan
alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isikan data
pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara
memberi tanda Ö pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 5, lingkari jawaban
yang sesuai dan untuk pertanyaaan nomor 8 jawaban bisa lebih dari satu.
Data dasar yang perlu
dipenuhi adalah sebagai berikut:
1.
Tanggal:
……………………………………………..…..
2. Nama bidan: …………………………...……………….
3.
Tempat persalinan:
Rumah Ibu
Puskesmas
Polindes
Rumah Sakit
Klinik Swasta
Lainnya: ……………..
4.
Alamat tempat
persalinan: …………..………………
5.
Catatan:
rujuk, kala: I / II / III / IV
6.
Alasan merujuk:
…...………….…………….………
7.
Tempat rujukan:
…...………….…………….………
8.
Pendamping pada saat
merujuk:
bidan
teman
suami
dukun
keluarga
tidak ada
9. Masalah dalam kehamilan/persalinan ini
Gawatdarurat
perdarahan
HDK Infeksi
PMTCT
|
Kala I
Kala I terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan tentang temuan selama fase laten, grafik melewati atau tidak, masalah-masalah
lain yang timbul, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaannya. Untuk
pertanyaan nomor 10 (Interview terhdapat temuan) dan nomor 11 (Penyimpangan
grafik dilatasi serviks), hanya melingkari jawan yang sesuai. Pertanyaan
berikutnya hanya diisi jika terdapat masalah lain, cara dan hasil penata
laksanaannya.
Pertanyaan pada kala I
adalah sebagai berikut:
10. Temuan pada fase laten……….perlu intervensi: Y/T
11. Grafik dilatasi melewati garis waspada:Y/T
12. Masalah pada fase aktif,sebutkan………………….
13. Penatalaksanaan masalah tsb: …….…….……..……
14. Hasilnya: ………………………..……………………….
|
Kala II
Kala
II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu,
masalah lain, penatalaksanaan masalah dan hasilnya. Beri tanda Ö pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Bila pertanyaan nomor 15, jawabannya “Ya”, untuk nomor 16 beri tanda untuk pendamping persalinan (bisa lebih dari
satu). Jika pertanyaan nomor 17 jawabannya “YA”, uraikan tindakan yang
dilakukan. Pada nomor 17, juga ditambahkan ruang baru untuk menekankan upaya
deteksi dini terhadap gangguan kondisi kesehatan janin selama kala II dan
catatkan hasil pemantauan tersebut (Normal, gawat janin, atau tak dapat
dievaluasi). Bagian ini dapat menjadi pelengkap bagi informasi pada kotak “Ya”
maupun “tidak” untuk pertanyaan nomor 17. Untuk “masalah lain” pada nomor 19
harus dijelaksan jenis masalah yang terjadi.
Pertanyaan-pertanyaan pada Kala II adalah sebagai berikut:
15. Episiotomi:
Ya, indikasi
……………………………………………
Tidak
16. Pendamping pada saat
persalinan:
suami dukun
keluarga tidak ada
teman
17. Gawat janin:
Ya, tindakan yang dilakukan:
a.
………………………………………………
b.
………………………………………………
Tidak
Pemantauan DJJ setiap
5-10 menit selama kala II, hasilnya: ……………………………………
18. Distosia bahu
Ya, tindakan yang dilakukan:
a.
………………………………………………
b.
………………………………………………
c.
………… ……………………………………
Tidak
19. Masalah lain, Penatalaksanaan masalah tersebut: ………………..
|
Kala III
Data
untuk kala III terdiri dari lamanya kala III, pemberian oksitosin, penegangan
tali pusat terkendali, rangsangan pada fundus, kelengkapan plasenta saat
dilahirkan, retensio plasenta yang > 30 menit, laserasi, atonia uteri,
jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang di sediakan dan
beri tanda Ö pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25, 26 dan 28, lingkari jawaban
yang benar.
20. Inisiasi
Menyusu Dini
Ya
Tidak,alasannya……………………
21. Lama kala
III: ……….…….……………..… menit
22. Pemberian
Oksitosin 10 U IM?
Ya, waktu: …………menit sesudah persalinan
Tidak, alasan……………………..………………….….
23. Pemberian ulang Oksitosin (2x)?
Ya, alasan:…………………..…..….……………….….
Tidak
24. Penegangan tali pusat terkendali?
Ya
Tidak, alasan:…………………..…………….…………….
25. Masase fundus uteri?
Ya
Tidak, alasan: ……………………………….……………
26. Plasenta lahir lengkap (intact)
: Ya / Tidak
Jika tidak lengkap, tindakan yang dilakukan:
a.
……………………………………………………………
b.
……………………………………………………………
27. Plasenta tidak
lahir >30 menit : Ya / Tidak
Ya, tindakan:
a. ……………………………………………….………
b.….……………………………………………….…..
c. ………………………………………………………
28. Laserasi:
Ya, dimana ……………………………………..………….
Tidak
28. Jika laserasi
perineum, derajat: 1 / 2 / 3 / 4
Tindakan:
Penjahitan, dengan / tanpa anestesi
Tidak dijahit,
alasan:………………………………………..
29. Atonia uteri:
Ya, tindakan:
a.
………………………………………………………
b.
………………………………………………………
c.
………………………………………………………
Tidak
30.
Jumlah perdarahan:
……………………… ml
31.
Masalah lain pada
kala II dan Penatalaksanaan masalah tersebut: ………………………..
Hasilnya:
…..………………………..…………………….……
|
Kala
IV
Kala
IV berisi data tentang keadaan umum ibu setelah melahrikan bayi
dan plasenta, tekanan darah,
nadi, temperatur, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan. Pemantauan pada Kala IV ini sangat penting, terutama untuk menilai
deteksi komplikasi atau kesiapan penolong untuk mengantisipasi
masalah atau penyulit obstetric segera seperti syok hipovolemik, perdarahan
pascapersalinan primer, atau infeksi. Bila timbul masalah selama kala IV,
tuliskan jenis dan tatalaksana secara singkat dan lengkap pada kolom yang
tersedia.
33. Kondisi Ibu:
KU………TD….mmHg Nadi:…..x/mnt Napas:……x/mnt
34. Masalah Kala IV dan
penatalaksanaannya……………….
hasilnya…………… |
Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit
dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isikan hasil
pemeriksaan pada kolom yang sesuai pada tabel pemantauan. Tanda vital, tinggi
fundus, konsisi kandung kemih, dan produksi urin, dan jumlah darah yang keluar.
Bagian yang digelapkan tidak usah diisi. Catatkan semua temuan selam kala empat
persalinan. Pada tabel di bagian bawah halaman dua partograf.
Jam Ke
|
Waktu
|
TD
|
Nadi
|
Temperature
|
Tinggi Fundus Uteri
|
Kontraksi Uterus
|
Kandung Kemih
|
Perdarahan
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Bayi baru lahir
Informasi
yang perlu diperoleh dari bagian bayi baru lahir adalah berat dan panjang badan,
jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan
hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang
disediakan serta beri tanda Ö pada kotak di
samping jawaban yang sesuai. Untuk
pertanyaan nomor 37
dan 38, lingkari jawaban
yang sesuai. Untuk nomor 39,
jawabannya mungkin lebih dari satu. Informasi penting dari bayi baru lahir
adalah sebagai berikut:
35. Berat badan ………. gram
36. Panjang ………… …cm
37. Jenis kelamin: L / P
38. Penilaian bayi baru lahir: baik / ada
penyulit
39.
Bayi lahir:
Normal, tindakan:
menghangatkan
isap lendir
mengeringkan
selimuti bayi dan
tempatkan di sisi ibu
tindakan pencegahan
infeksi mata (salep mata Tetrasiklin), pemberian Vit. K, dan Imunisasi Hepatitis b
Asfiksia ringan/pucat/biru/lemas, tindakan:
menghangatkan
bebaskan jalan napas
mengeringkan
rangsangan taktil
bungkus bayi dan
tempatkan di sisi ibu
lain-lain, sebutkan:
...............................................
Cacat bawaan,
sebutkan: …………………….………….
40. Pemberian ASI
Ya, waktu:…………… jam
setelah bayi lahir
Tidak,
alasan:…………………..…………….…………
41.
Masalah lain, sebutkan: ……………………….…….….…..
|
BAN III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dengan menggunakan partograf pada
setiap menolong persalinan, bidan ataupun perawat dapat mendeteksi masalah dan
penyulit sesegera mungkin, menatalaksana masalah dan merujuk ibu dalam kondisi
gawatdarurat, sehingga terjadinya kematian ibu dapat dicegah dan dapat
menurunkan angka kematian ibu dan bayi akibat persalinan.
Inisiasi menyusu dini IMD disebut sebagai tahap ke empat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai satu jam setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap setelah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu dan mendapatkan kolostrom atau ASI yang pertama kali keluar.
Inisiasi menyusu dini IMD disebut sebagai tahap ke empat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai satu jam setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap setelah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu dan mendapatkan kolostrom atau ASI yang pertama kali keluar.
Persalinan merupakan proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
3.2
Saran
Penulis menyadari bahwa
penulisan ini belum
mencapai titik kesempunaan, jadi kritikan yang membangun sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Andayani, J. (2013). Gambaran Pelatihan
Asuhan Persalinan Normal terhadap Penerapan Langkah-langkah Pertolongan
Persalinan oleh Bidan di Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie. Karya Tulis
Ilmiah. Banda Aceh: Program Pendidikan Diploma III Kebidanan U’budiyah.
·
Bobak, Lowdermik & Jensen. (2012).
Buku Ajar Keperawatan Komunitas E/4. Jakarta: EGC
·
Yusnita, V. (2012). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh Bidan di 12 Puskesmas
Agam Timur Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Agam Provinsi Sumatra Barat. Skripsi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar