Jumat, 06 Desember 2019

Pelayanan KIA di Keluarga


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Salah satu agenda prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang merupakan agenda dalam Sustainable Development Goals (SDGs) kelanjutan dari Millennium Development Goals (MDGs). Masalah kesehatan ibu dan anak ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.Namun yang perlu diperhatikan bahwa besarnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, pelayanan KB, dan anak menjadi hal penting yang harus diperhatikan.
Kematian ibu dan anak merupakan hasil dari interaksi berbagai aspek, baik aspek klinis, aspek sistem pelayanan kesehatan, maupun faktor-faktor non-kesehatan yang mempengaruhi pemberian pelayanan klinis dan penyelenggaraan sistem pelayanan kesehatan secara optimal. 
Kementerian Kesehatan melakukan berbagai upaya strategis dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, Keluarga Berencana dan Imunisasi pada anak, dengan cara pendekatan kepada keluarga.  Berbagai upaya strategis tersebut dilakukan dengan mengintegrasikan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Peran keluarga dan masyarakat menjadi kunci utama dalam keberhasilan peningkatan kesehatan ibu dan anak. 
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan anak, modul ini penting dipelajari dan dibaca guna menunjang dan menambah pengetahuan dalam pelatihan bagi pelatih keluarga sehat. 
1.2              Tujuan Pembelajaran
1.2.1        Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami pelayanan KIA di keluarga 
1.2.2        Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1.      Menjelaskan pelayanan kesehatan reproduksi, kehamilan, persalinan, nifas, Bayi Baru Lahir (BBL)
2.      Menjelaskan Keluarga Berencana (KB)
3.      Menjelaskan Imunisasi
4.      Menjelaskan pemanfaatan buku KIA (Kesehatan Ibu)
5.      Menjelaskan instrumen pendataan pelayanan KIA 


1.3              Pokok Bahasan
1.      Pelayanan Kesehatan Reproduksi, Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir (BBL)
2.      Keluarga Berencana
3.       Imunisasi
4.      Pemanfaatan Buku KIA
5.      Instrumen Pendataan Pelayanan KIA 
1.4              Bahan Belajar
1.      PP 61 Th 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
2.      PMK 25 Th 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak 
3.      PMK 97 Th 2014 tentang Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, melahirkan, dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta pelayanan kesehatan seksual 
4.      Permenkes No. 42 tentang Penyelenggaraan Imunisasi tahun 2013
5.      Buku Kesehatan Ibu dan Anak, 2016 Kementerian Kesehatan RI 
6.      Buku Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, 2015 Kementerian Kesehatan RI
7.      Paket Kelas Ibu Hamil, 2015 Kementerian Kesehatan RI 
8.      Pedoman Pelayanan Neonatal Esensial, 2014 Kementerian Kesehatan 
9.      Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2012 
10.  Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan, Kemenkes 2012
11.  Buku PedomanProgram Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi(P4K) dengan Stiker  














BAB II
PEMBAHASAN

2.1              Pelayanan Kesehatan Reproduksi, Kehamilan, Persalinan, Nifas, Dan Bayi Baru Lahir (BBL)  
2.1.1        Pengertian Dan Manfaat Pelayanan
Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan reproduksi, seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman, dan pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur alat reprosuksi perempuan lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan IMS, termasuk HIV-AIDS. Kesehatan Reproduksi adalah keadaan yang menunjukkan kondisi kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses reproduksinya termasuk didalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut.
 Menyadari hal tersebut, agar kelak mempunyai keturunan yang sehat dan ibu melahirkan dengan selamat, maka setiap pasangan perlu perencanaan dalam kehamilan. Oleh karena itu intervensi program kesehatan ibu tidak bisa dilakukan dibagian hilir saja tetapi harus lebih ditarik lebih ke hulu yaitu pada kelompok remaja dan dewasa muda/calon pengantin yang akan memasuki gerbang pernikahan, untuk memastikan individu dapat tumbuh dan berkembang secara sehat. Pada saat remaja maka program pemberian tablet tambah darah setiap minggu sekali menjadi intervensi dasar agar remaja tidak anemi, disamping makan makanan bergizi serta rutin melakukan aktivitas fisik. Kemudian pada saat sudah menjadi Catin maka dilakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi calon pengantin karena salah satu indikasi catin yang sehat adalah bahwa kesehatan reproduksinya berada pada kondisi yang baik.
Sementara itu, setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat,bersalin dengan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Oleh karena itu,ibu yang akan hamil harus dapat pelayanan kesehatan baik mengenai kesehatan reproduksi sampai dengan pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas. Setiap ibu harus dapat mengakses fasilitas kesehatanuntuk mendapat pelayanan sesuai standar, termasuk deteksi kemungkinanadanya masalah/penyakit yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatanibu dan janinnya.
 Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu,secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, preeklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti EMPAT TERLALU (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran), maupun yang mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT (terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan).
Faktor lain yang berpengaruh adalah ibu hamil yang menderita penyakit menular seperti malaria, HIV/AIDS, tuberkulosis, sifilis, hepatitis B; penyakit tidakmenular seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung, gangguan jiwa; maupun yang mengalami kekurangan gizi.
Tanda awal seorang perempuan hamil mengalami terlambat haid paling sedikit 1- 2 minggu berturut-turut, walaupun terkadang ada bercak darah. Untuk lebih memastikan hamil atau tidak, maka perempuan tersebut dianjurkan untuk memeriksakan diri ke bidan/dokter dan bila dilakukan test kehamilan, maka didapatkan hasil positif.Kehamilan dibagi atas 3 trimester yaitu :
·         Trimester ke 1: kehamilan hingga 12 minggu
·         Trimester ke 2: kehamilan 12 - 24 minggu
·         Trimester ke 3: Kehamilan 24 - 36 minggu-lahir
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir.Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1kali kunjungan diantar suami/pasangan atau anggota keluarga, dengan urutan sebagai berikut.  
           
Trimester
Jumlah Kunjungan Minimal
Waktu Kunjungan yang dianjurkan
I
1x
Sebelum minggu ke 12
II
1x
Antara minggu ke >12-24
III
2x
>24 minggu sampai kelahiran

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikanpelayanan yang berkualitas sesuai standar, dan standar pelayanan yang harus diperoleh oleh seorang ibu hamil adalah dengan 10 T sebagai berikut :
1.      Timbang berat badan dan ukur Tinggi badan
2.      Ukur Tekanan darah
3.      Nilai status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas /LiLA)
4.      Ukur Tinggi fundus uteri
5.       Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
6.      Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan
7.       Beri Tablet tambah darah (tablet besi)
8.      Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
9.      Tatalaksana/penanganan Kasus
10.  Temu wicara (konseling)
Masa kehamilan akan diikuti oleh persalinan. Persiapan yang tidak kalah penting yang harus diketahui ibu hamil yaitu mengetahui tanda-tanda persalinan karena akan membuat tenang ibu hamil selama menjalani kehamilannya.
Tanda awal persalinan
1.      Lightening atau dropping yaitu kepala turun memasuki ruang pintu ataspanggulterutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2.      Perut kelihatan melebar, fundus uteri turun.
3.      Ibu sering kencing atau susah kencing karena kandung kemih tertekan olehbagian terbawah janin.
4.      Perasaan sakit di pinggang karena adanya kontraksi-kontraksi lemah dariuterus.
5.      Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, bisabercampur darah (bloody show).
Pemilihan tempat persalinan dan penolong persalinan bisa di pengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya jarak dengan fasilitas pelayanan kesehatan, alat transportasi, letak demografi daerah, dan pengetahuan dalam mencari penolong persalinan yang aman. Pengetahuan tersebut akan mempengaruhi keputusan dalam meminta bantuan penolong persalinan.
Setelah proses persalinan masih ada hal penting yang harus diperhatikan yaitu masanifas karena merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya, oleh karena itu selama masa nifas ibu memperoleh pelayanan kesehatan paling sedikit 3 kaligunanya untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah – masalah yang terjadi termasuk pemberian kapsul vitamin A, tablet tambah darah dan pelayanan KB pasca persalinan. 
Masa Nifas adalah: masa setelah ari-ari lahir sampai kira-kira 42 hari (6 minggu) dimana alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Pelayanan nifas yang diperoleh yaitu :
1.      Kunjungan Nifas 1 (KF 1) : masa 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan
2.      Kunjungan Nifas 2 (KF 2) : hari ke-4 sampai hari ke-28 setelah persalinan
3.      Kunjungan Nifas 3 (KF 3) : hari ke-29 sampai hari ke-42 setelah persalinan
Pada Umumnya kehamilan berakhir dengan persalinan dan masa nifas yang normal. Namun, 15-20 diantara 100 ibu hamil mengalami gangguan pada kehamilan, persalinan atau nifas.Kehamilan normal tetap perlu diwaspadai, karena tanda bahaya dapat terjadi sewaktu-waktu dan tidak terduga.
Tanda Bahaya pada Kehamilan antara lain:
1.      Ibu tidak mau makan dan muntah terus menerus 
2.      Demam Tinggi
3.      Bengkak pada kaki, tangan/wajah, pusing dan dapat diikuti kejang
4.      Gerakan janin berkurang atau tidak ada
5.      Perdarahan
6.      Ketuban pecah sebelum waktunya  
Dalam hal Proses persalinan diduga akan mengalami gangguan jika didapatkan hal-hal sebagai berikut:
1.      Pendarahan dari jalan lahir
2.      Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
3.      Ibu tidak kuat mengejan
4.      Mengalami kejang
5.      Air ketuban keruh dan berbau , Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat 
Tanda Bahaya pada Ibu Nifas adalah:
1.      Perdarahan lewat jalan lahir
2.      Keluar cairan berbau dari jalan lahir
3.      Bengkak diwajah, tangan dan kaki atau sakit kepala dan kejang-kejang
4.      Demam lebih dari n2 hari
5.      Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit
6.      Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab (depresi) 
Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas adalah tanda/ gejala yang menunjukkan ibu atau bayi yang dikandungnya dalam keadaan bahaya.Gangguan tersebut dapat terjadi secara mendadak, dan biasanya tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Karena itu, tiap ibu hamil, keluarga dan masyarakat perlu mengetahui dan mengenali tanda bahaya, tujuannya agar mereka dapat segera mencari pertolongan ke bidan, dokter atau langsung ke Rumah Sakit/ fasyankes terdekat untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi yang dikandungnya.
Pelayanan bayi baru lahir sejalan dengan pelayanan Ibu Nifas dengan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir oleh bidan/perawat/dokter dilaksanakan minimal 3 kali, yaitu:
1.      Pertama pada 6 jam – 48 jam setelah lahir
2.      Kedua pada hari 3 – 7 setelah lahir
3.      Ketiga pada hari ke 8 – 28 setelah lahir
Pelayanan neonatal esensial yang diberikan yaitu pada segera setelah lahir dilakukan Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam 1 jam setelah lahir jika kondisi bayi stabil, menjaga bayi tetap hangat, pemberian vitamin K1 Injeksi dan imunisasi Hepatitis B0, perawatan tali pusat.
Pada kunjungan neonatal dilakukan pelayanan Menimbang Berat Badan (gram), Mengukur panjang badan (cm), Mengukur suhu (0C), Menanyakan apakah ibu, bayi sakit apa?, Memeriksa kemungkinan penyakit berat atau infeksi bakteri
Frekuensi napas (kali/menit), Frekuensi denyut jantung (kali/menit), Memeriksa adanya diare, Memeriksa ikterus (bayi kuning), Memeriksa kenungkinan berat badan rendah, memeriksa status pemberian Vitamin K1, Memeriksa status imunisasi HB-0, dan Memeriksa masalah keluhan ibu.Pelayanan yang sudah dilakukan dicatat di Buku KIA.Ibu dan keluarga dapat meminta kepada petugas kesehatan jika ada pelayanan yang belum didapatkan.
2.1.2        Kelas Ibu
Salah satu upaya strategis dalam meningkatkan kemandirian keluarga dan masyarakat dalam memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak adalah melalui penggunaan Buku KIA. Agar buku KIA tersebut dapat digunakan dengan benar dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, maka perlu diberikan pemahaman tentang buku KIA melalui wadah komunikasi yang ada di masyarakat yang kemudian disebut sebagai Kelas Ibu dan kelas Ibu Balita.
Kelas Ibu merupakan salah satu kegiatan penting dalam peningkatan pemanfaatan Buku KIA di masyarakat dan sebagai upaya pembelajaran ibu, suami dan keluarga agar memahami isi Buku KIA melalui metode kegiatan belajar bersama yang difasilitasi oleh petugas kesehatan yang kompeten. Kelas Ibu dikembangkan untuk dua sasaran, yaitu Kelas Ibu Hamil yang ditujukan bagi para ibu yang tengah hamil serta dan Kelas Ibu Balita ditujukan bagi Ibu yang mempunyai Balita. Keduanya dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan cakupan dan pemanfaatan Buku KIA dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak. 
Kegiatan Kelas Ibu Hamil bertujuan untuk mempersiapkan ibu hamil menghadapi persalinan yang aman, nyaman, dan melahirkan dengan selamat, serta bayi lahir sehat dan cerdas.Sementara kegiatan Kelas Ibu Balita bertujuan untuk mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal.
Dalam kelas ibu hamil,  ibu-ibu akan mendapatkan informasi dan saling bertukar informasi mengenai kehamilan, persalinan, nifas serta perawatan bayi baru lahir. Kelas ibu diikuti paling sedikit 4 kali pertemuan, dan sebaiknya 1 kali pertemuan dihadiri bersama suami/keluarga.  Di kelas Ibu juga,  ibu hamil diajarkan untuk melakukan latihan fisik ringan sesuai kondisi fisik-mental dan usia kehamilannya. Latihan fisik yang baik, benar, terukur, dan teratur akan membantu ibu hamil untuk menyesuaikan dengan kondisi fisik selama kehamilan dan nifas serta mengurangi keluhan-keluhan yang timbul selama kehamilan dan nifas.
Sementara di kelas ibu balita, para ibu yang mempunyai anakberusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman serta tukar informasi mengenai tumbuh kembang anak, imunisasi, perawatan bayi dan balita serta penyakit yang sering terjadi pada bayi dan balita. Untuk prinsip pelaksanaan hampir sama dengan kelas ibu hamil.  
2.1.3        Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi (P4K), IMD dan KB Pasca Persalinan
Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan mencanangkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker yang merupakan “upaya terobosan” dalam percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir melalui kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan, yang sekaligus merupakan kegiatan yang membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat untuk persiapan dan tindakan dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir, karena dalam menyongsong persalinannya seorang ibu membutuhkan persiapan. Persiapan dalam Perencanaan persalinan disebut denganProgram Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker.
P4K merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh Bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil; termasuk perencanaan penggunaan KB pasca persalinan. Penggunaan stiker dalam P4K merupakan media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Sementara  pendataan ibu hamil dengan stiker adalah suatu kegiatan pendataan, pencatatan dan pelaporan keadaan ibu hamil dan bersalin di wilayah kerja bidan melalui penempelan stiker di setiap rumah ibu hamil dengan melibatkan peran aktif unsur–unsur masyarakat di wilayahnya (Kader, Forum peduli KIA/ Pokja Posyandu, dan Dukun). Stiker P4K memuat informasi tentang:
1.      Lokasi tempat tinggal ibu hamil
2.      Identitas ibu hamil
3.      Taksiran persalinan
4.      Penolong persalinan, pendamping persalinan dan fasilitas tempat persalinan.
5.      Calon donor darah, transportasi yang akan digunakan serta pembiayaan.
Melalui stiker, pendataan dan pemantauan ibu hamil dapat dilakukan secara intensif oleh bidan bersama dengan suami, keluarga, kader, masyarakat, Forum Peduli KIA; serta pendeteksian dini kejadian komplikasi sehingga ibu hamil dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan selamat, serta bayi yang dilahirkan sehat. Pemasangan ”Stiker P4K” bukanlah sekedar menempelkan stiker pada setiap rumah ibu hamil, tapi juga ajang salah satu konseling kepada ibu hamil, suami dan keluarga untuk mendapat kesepakatan dan kesiapan dalam merencanakan persalinan.




(contok Stiker P4K terlampir).  
Amanat persalinan adalah kesepakatan kesanggupan ibu hamil beserta dengan suami dan/ keluarga atas komponen-komponen P4K dengan Stiker.Kesahihan kesepakatan ini ditentukan oleh tanda tangan ibu hamil, suami/ keluarga terdekat dan bidan. Amanat persalinan ini akan sangat membantu ibu mendapatkan pertolongan yang sangat dibutuhkan pada saat kritis, yakni ketika ibu tidak dapat membuat keputusan penting menyangkut dirinya sehubungan dengan kondisinya.
Dokumen Amanat Persalinan ini memperkuat pencatatan ibu hamil dengan stiker. Stiker berfungsi sebagai notifikasi atau pemberi tanda kesiapsiagaan, sementara Amanat Persalinan memperkuat komitmen ibu hamil dan suami. Amanat Persalinan berisikan:
1.      warga yang sanggup menjadi pendonor darah;
2.      warga yang memiliki sarana transportasi/ ambulan desa;
3.      proses pencatatan perkembangan ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir;
4.      rencana pendampingan suami saat persalinan;
5.      rencana inisiasi menyusu dini;
6.      rencana penggunaan KB pasca persalinan;
7.      kesiapan Bidan untuk kunjungan nifas;
8.      termasuk upaya penggalian dan pengelolaan dana.
(Contoh format Amanat Persalinan terlampir dalam Buku KIA) 
Salah satu point yang dituliskan dalam Amanat Persalinan ini adalah mengenai Inisiasi Menyusus Dini (IMD), yaitu proses menyusui dimulai secepatnya segera setelah lahir. IMD dilakukan dengan cara meletakkan bayi di dada ibu (kontak kulit ibu  dan kulit bayi) segera setelah lahir dan berlangsung minimal satu jam.
IMD merangsang keluarnya ASI, memberi kekebalan pada bayi serta meningkatkan kekuatan batin antara ibu dan bayinya. IMD juga dapat mengurangi  perdarahan sesudah melahirkan. Pada waktu IMD, bayi mendapat kolostrum yang penting untuk kelangsungan hidupnya.
Sementara itu Indikator keberhasilan P4K dengan Stiker salah satunya adalah persentase penggunaan metode KB pasca persalinan. Upaya peningkatan pelayanan KB khususnya pasca persalinan dinilai merupakan strategi yang tepat karena cakupan pelayanan K1, K4, dan Pn sudah cukup tinggi. Diharapkan dengan adanya kontak yang lebih banyak antara penyedia pelayanan kesehatan dengan ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan maupun melahirkan dapat memotivasi mereka untuk menggunakan kontrasepsi segera setelah persalinan. Keterangan lebih lanjut dibahas dalam pokok bahasan Keluarga Berencana.

2.2              Keluarga Berencana
2.2.1        Manfaat KB
Kontrasepsi merupakan salah satu kebutuhan hidup sehat. Pasangan usia subur yang belum/tidak berencana punya anak lagi dan tidak memakai kontrasepsi, masuk ke dalam kelompok yang berisiko tinggi. Keluarga Berencana (KB) membantu mewujudkan tiga pesan utama menuju kehamilan sehat dengan mengatur jarak kehamilan, yaitu:
1.      Setelah persalinan, wanita seharusnya menunggu 2 tahun untuk kembali hamil lagi
2.      Setelah abortus, wanita seharusnya menunggu 6 bulan sebelum hamil kembali
3.      Wanita seharusnya menunggu hingga usia20 tahun, untuk hamil yang pertama 
2.2.2        Jenis-Jenis Alat KB
Terdapat beberapa metode kontrasepsi modern yang efektif dalam mencegah kehamilan.Berdasarkan waktunya, pelayanan KB dibedakan menjadi:
1.      KB interval, yaitu PUS yang menggunakan alat kontrasepsi di luar KB Pasca Persalinan
2.      KB pasca persalinan, yaitu PUS yang menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan sampai dengan 42 hari.  
KB Interval
KB Interval terbagi berdasarkan lama waktu aktif penggunaan kontrasepsi yang dibagi menjadi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non-MKJP.
1.      Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Penggunaan MKJP saat ini lebih direkomendasikan, karena:
·         Memiliki efektivitas yang tinggi, dari 1000 kehamilan hanya ditemukan 6 akibat dari kegagalan pemakaian metode KB jangka panjang.
·         Sangat efektif karena tingkat kegagalan dalam penggunaannya sangat kecil (tidak perlu minum pil tiap hari atau suntik tiap bulan).
·         Tidak akan mengganggu dalam melakukan hubungan seksual.  
·         Lebih aman karena keluhan/efek samping MKJP lebih sedikit.
a.      Metode Operasi Wanita (MOW)/Tubektomi
MOW bekerja dengan menghambat ovum dengan cara mengoklusi tuba falopii sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Metode ini harus melalui prosedur medis/ operasi.
Keuntungan:
1)      Sangat efektif 0.5 kehamilan per 100 pengguna selama setahun pertama
2)      Tidak mempengaruhi senggama dan tidak mengganggu produksi ASI
3)      Tidak ada efek samping hormonal
b.      Metode Operasi Pria (MOP) / Vasektomi
MOP bekerja dengan cara menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan mengikat vas deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan fertilisasi tidak terjadi. Metode ini harus melalui prosedur medis/ operasi. MOP dapat bekerja sangat efektif (setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan post operasi) dan tidak memiliki efek samping jangka panjang.
c.       Metode AKDR
Sesuai dengan namanya, AKDR merupakan alat kontrasepsi dengan memasukkan alat kedalam rahim. AKDR dapat dipasang kapan saja selama dipastikan tidak hamil, bisa dilakukan dalam 48 jam pascaplasenta atau setelah 4 minggu pasca persalinan. Cara kerja AKDR adalah dengan mencegah ovum dan sperma bertemu, menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, serta mencegah implantasi embrio dalam uterus. AKDR tersedia dalam bentuk AKDR tanpa progestin dan AKDR dengan progestin.
Keuntungan:
1)      Efektivitas tinggi 0.6-0.8 kehamilan per 100 pengguna dalam 12 bulan pertama pemakaian (segera efektif setelah dipasang)
2)      Dapat digunakan sampai menopause (masa aktif 5-8 tahun)
3)      Praktis (tidak seperti pil yang harus diminum setiap hari)
4)      Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan tidak mempengaruhi ASI
5)      Tidak ada efek hormonal (AKDR tanpa progestin)
6)      Tidak ada interaksi dengan obat-obat
7)      Membantu mencegah kehamilan ektopik
8)      Kembalinya kesuburan dalam waktu singkat setelah AKDR dilepaskan
Efek Samping:
1)      Perubahan siklus haid (terutama 3 bulan pertama) misalnya haid jadi lebih banyak dan nyeri, dan perdarahan  antar menstruasi
2)      Merasa nyeri dan kram perut 3-5 hari setelah pemasangan
3)      Perforasi dinding uterus apabila sukar dalam pemasangan
d.         Metode Implan
Implan merupakan metode dengan memasukkan kapsul berisi hormon di bawah kulit. Metode ini dapat aktif selama 3-4 tahun pemakaian. Implan bekerja dengan cara mencegah ovulasi, mempengaruhi transformasi endometrium sehingga implantasi sulit, mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma, serta mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.
Keuntungan
1)   Efektivitas tinggi 0,5 kehamilan per 100 pengguna dalam 1 tahun pemakaian
2)   Tidak menganggu hubungan seksual dan tidak mempengaruhi ASI
3)   Efek samping sedikit terhadap kesehatan
4)   Dapat dihentikan setiap saat (kesuburan cepat kembali bila implan dicabut)
5)   Tidak mengandung estrogen (tidak meningkatkan gangguan pembekuan darah, kurang meningkatkan tekanan darah, nyeri kepala, dan depresi)
6)   Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
7)   Mencegah kanker endometrium dan ovarium
Efek Samping:
1)      Gangguan pada haid (perdarahan sela, spotting, amenorea)
2)      Peningkatan berat badan
3)      Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat
4)      Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (tapi lebih rendah bila dibandingkan dengan wanita yang tidak ber-KB)
2.      Non-MKJP
a.      Metode Suntikan
Metode suntikan tersedia dalam bentuk Suntikan Progestin (3 bulanan) dan Suntikan Kombinasi (1 bulanan). Metode ini bekerja dengan cara mencegah ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati sperma, serta mengganggu pergerakan tuba, sehingga mengganggu transportasi sel telur. Suntikan diberikan saat haid antara hari 1 hingga 7 (bila disuntikan diluar masa haid, gunakan kontrasepsi lain atau tidak berhubungan selama 7 hari). Jika menyusui, digunakan sejak 6 minggu pascapersalinan. Jika tidak menyusui atau setelah abotrus, digunakan segera mungkin. 
Keuntungan 
1)      Efektifitas tinggi, 0.3 kehamilan per 100 pengguna selama 12 bulan pertama
2)      Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
3)      Risiko dan efek samping terhadap kesehatan kecil
4)      Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
5)      Mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium dan endometrium
Efek Samping:
1)      Perubahan pola haid, perdarahan bercak atau spotting sampai 10 hari
2)      Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan akan menghilang setelah suntikan kedua atau ketiga
3)      Penembahan berat badan
4)      Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke, gangguan pembekuan darah, timbulnya tumor hati
b.      Metode Pil
Metode Pil hampir sama dengan metode suntikan (dari segi cara kerja, keuntungan dan efek samping), hanya saja digunakan dengan cara diminum. Pil dapat bekerja efektif selama penggunaan yang benar, diminum setiap hari pada jam yang sama dan tidak ada tablet yang terlupa serta kesuburan dapat kembali segera setelah penggunaan dihentikan. Pil tersedia dalam bentuk Pil Progestin (minipil) dan Pil Kombinasi.
c.       Metode Barrier(Kondom)
Kondom bekerja dengan cara menghalangi sperma masuk ke uterus. Kondom dapat bekerja efektif mencegah kehamilan selama digunakan secara benar dan digunakan setiap kali melakukan hubungan seksual. Keuntungan menggunakan kondom adalah tidak mengganggu ASI, tidak ada efek samping hormonal serta dapat mencegah penyakit seksual.
d.      Metode AmenoreLaktasi (MAL)
MAL merupakan metode kontrasepsi dengan mengandalkan pemberian ASI yang secara tidak langsung dapat menekan ovulasi. Metode ini harus dipersiapkan secara benar dan hanya efektif dalam 6 bulan pertama. Keuntungan dari metode ini, selain dari segi kontrasepsi, bayi juga mendapat sumber gizi terbaik, yaitu ASI. Metode ini tidak memiliki efek samping, tidak memerlukan biaya, dan tidak mengganggu senggama. 
KB Pasca Persalinan
KB pasca persalinan merupakan salah satu upaya terobosan penting untuk mendukung penurunan angka kematian ibu melalui pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan yang berisiko. KB pasca persalinan adalah penggunaan metode KB yang dilaksanakan pada periode setelah plasenta lahir sampai dengan 42 hari setelah bersalin.Metode ini tidak boleh mengganggu proses laktasi. Salah satu metode yang strategis adalah penggunaan AKDR pascaplasenta yang dipasang dalam 10 menit setelah plasenta lahir. Beberapa hal yang harus diinformasikan dalam konseling KB pasca persalinan pada ibu menyusui adalah:
a.       Jika menggunakan MAL (terpenuhi syarat yang ada) dapat digunakanmaksimal6 bulan, setelah 6 bulan harus menggunakan metode kontrasepsi lainnya
b.      Jika menyusui namun tidak penuh (tidak dapat menggunakan MAL) hanya terproteksi sampai 6 minggu pasca persalinan dan selanjutnya harus menggunakan kontrasepsi lain seperti metode hormonal progestin yang dimulai 6 minggu pasca persalinan
c.       Dapat menggunakan kondom kapanpun
d.      Dapat memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 
e.       Untuk pasangan yang mau membatasi anak dapat memilih kontrasepsi MOW atau MOP dan dapat dimulai segera pasca persalinan.   
Dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan seorang ibu tidak dapat menyusui anaknya, walaupun demikian, pemilihan metode kontrasepsi dan waktu yang tepat harus tetap dilakukan. 
2.2.3        Cara-Cara Memperoleh Pelayanan KB
Dalam memutuskan menggunakan KB, klien tentunya harus mengetahui informasi mengenai KB yang akan digunakan, berdasarkan kondisi klien masingmasing, serta klien dapat memilih mtode KB yang diinginkan. Pemberian informasi ini harus segera dimulai bahkan sejak kehamilan dimulai (jika berencana menggunakan KB pasca persalinan), informasi ini dapat diperoleh dari konseling KB oleh tenaga kesehatan. Konseling juga dapat diperoleh dari para petugas di lapangan (Non Klinik) yaitu PPLKB, PLKB, PKB, PPKB, SubPPKBD dan kader yang sudah mendapatkan pelatihan konseling yang standar. Klien dapat memperoleh pelayanan KB antara lain di FKTP dan FKRTL.

2.3              Imunisasi
Terdiri dari imunisasi rutin ( dasar lengkap pada bayi (idl), lanjutan pada anak baduta, lanjutan pada usia sekolah dasar, lanjutan pada wus) 
2.3.1        Pengertian Dan Manfaat Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Program imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat sebagai tindakan pencegahan yang terbukti paling cost effective dan telah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Dengan program ini, Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus,Hepatitis B, sertaPenumonia.Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi ke dalam penyelenggaraan pelayanan yang bermutu dan efisien. Upaya tersebut didukung dengan kemajuan yang pesat dalam bidang penemuan vaksin baru (Rubella,Rotavirus, Japanese Encephalitis, Human Papiloma Virusdan lainlain). Perkembangan teknologi lain adalah menggabungkan beberapa jenis vaksin dapat digabung sebagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan dan kontak dengan petugas imunisasi.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat population immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga PD3I dapat dibasmi, dieliminasi atau dikendalikan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif, bermutu dan efisien.
Manfaat Imunisasi

Imunisasi
Manfaat
Tindakan
Hepatitis B
Mencegah penyakit hepatitis B dan kerusakan hati (sirosis dan kanker hati)
Penyuntikan secara Intramuskular  di paha sebanyak 0,5 ml
BCG
Mencegah penyakit Tuberkulosis (TB) berat pada bayi.
Penyuntikan secara Intrakutan  di lengan kanan atas sebanyak 0,05 ml
Polio Oral (OPV)
Mencegah penyakit polio yang menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai dan atau lengan. 
Tetes oral di mulut sebanyak dua tetes
Polio Suntik (IPV)
Mencegah penyakit polio yang menyebabkan lumpuh layu pada tungkai dan atau lengan.
Penyuntikan secara Intramuskular  di paha sebanyak 0,5 ml
DPT-HB-Hib
Mencegah penyakit Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), tetanus, Hepatitis B, Pneumonia (radang paru) dan Meningitis (radang paru) dan Meningitis (radang selaput otak) yang disebabkan oleh bakteri Haemophylus influenza tipe b.
Penyuntikan secara Intramuskular  di paha untuk bayi dan Lengan kanan atas (untuk baduta) sebanyak 0,5 ml
Campak
Mencegah penyakit campak yang mengakibatkan komplikasi radang paru, radang otak dan kebutaan.
Penyuntikan secara Intramuskular  di Lengan kiri atas  sebanyak 0,5 ml
DT
Mencegah penyakit difteri dan tetanus
Penyuntikan secara Intramuskular  di Lengan kiri atas  sebanyak 0,5 ml
Td
Mencegah penyakit difteri dan tetanus
Penyuntikan secara Intramuskular  di Lengan kiri atas  sebanyak 0,5 ml



2.3.2        Jenis Dan Jadwal Imunisasi
Imunisasi Rutin
1.      Imunisasi Dasar
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar
Umur
Jenis
Interval Minimal untuk jenis Imunisasi yang sama
0-24 jam
Hepatitis B

1 bulan
BCG, Polio 1
2 bulan
DPT-HB-Hib, Polio 2

1 bulan
3 bulan
DPT-HB-Hib, Polio 3
4 bulan
DPT-HB-Hib, Polio 4, IPV
9 bulan
Campak

            Catatan:
·         Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1
·         sebelumnya, khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7 hari.
·         Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit,  Klinik  dan Bidan Praktik Swasta, imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
·         Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
·         Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar  DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 1, maka dinyatakan mempunyai status imunisasi T2.
·         IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
·         Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan sebelum bayi berusia 1 tahun.
·         Mulai bulan Agustus 2017 untuk pulau Jawa, Vaksin Campak diganti dengan vaksin MR atau Measles Rubbela sedangkan serentak diseluruh Indonesia akan dimulai pada tahun 2018.
2.      Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan  yang bertujuan untuk menjamin terjaganya tingkat imunitas pada anak Baduta, anak usia sekolah dasar, dan wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil. 




Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Tiga Tahun
Umur
Jenis Imunisasi
Interval minimal setelah Imunisasi dasar
18 bulan
DPT-HB-Hib
12 bulan dari DPT-HB-Hib 3
Campak
6 bulan dari campak dosis pertama
Catatan:
·         Pemberian imunisasi  lanjutan pada batita DPT-HB-Hib dan Campak dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan
·         Batita yang telah lengkap imunisasi dasar dan mendapatkan imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status imunisasi T3.  
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar
Sasaran
Imunisasi
Waktu Pelaksanaan
Kelas 1 SD
Campak
DT
Agustus
November
Kelas 2 SD
Td
November
Kelas 5 SD
Td
November
Catatan:
·         Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap imunisasi dasar dan  imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan imunisasi DT dan Td dinyatakan mempunyai status imunisasi T5.
Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)
Status Imunisasi
Interval Minimal Pemberian
Masa Perlindungan
T1


T2
4 minggu setelah T1
3 tahun
T3
6 bulan setelah T2
5 tahun
T4
1 tahun setelah T3
10 tahun
T5
1 tahun setelah T4
Lebih dari 25 tahun
Catatan:
·         Sebelum imunisasi,  dilakukan  penentuan status imunisasi T (screening)  terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.
·         Pemberian imunisasi TT/Td tidak perlu diberikan, apabila pemberian Imunisasi TT/Td sudah lengkap (status T5) yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam medis.
2.3.3        Efek Simpang Dan Penanganannya
Seiring dengan cakupan imunisasi yang tinggi maka penggunaan vaksin juga meningkat dan sebagai  akibatnya kejadian berupa reaksi simpang yang diduga berhubungan dengan imunisasi juga meningkat.  Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya disingkat KIPI atau efek simpang adalah kejadian medik yang diduga berhubungan dengan imunisasi.
Untuk mengetahui hubungan antara imunisasi dengan KIPI diperlukan pencatatan dan pelaporan semua reaksi simpang yang timbul setelah pemberian imunisasi yang merupakan kegiatan dari surveilans KIPI. Surveilans KIPI tersebut sangat membantu imunisasi, untuk mengetahui apakah kejadian tersebut berhubungan dengan vaksin yang diberikan ataukah terjadi secara kebetulan hal ini penting untuk memperkuat keyakinan masyarakat akan pentingnya imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling efektif.
Pemantauan KIPI  yang efektif melibatkan:
1.      Masyarakat atau petugas kesehatan di lapangan, yang bertugas melaporkan bila ditemukan KIPI kepada petugas kesehatan Puskesmas setempat;
2.      Supervisor tingkat Puskesmas (petugas kesehatan/Kepala Puskesmas) dan Kabupaten/Kota, yang melengkapi laporan kronologis KIPI;
3.      Tim KIPI tingkat Kabupaten/Kota, yang menilai laporan KIPI dan menginvestigasi KIPI apakah memenuhi kriteria klasifikasi lapangan, dan melaporkan kesimpulan investigasi ke Komda PP KIPI;
4.      KOMDA PP KIPI;
5.      KOMNAS PP KIPI; dan
6.      Badan Pengawas Obat dan Makanan, yang bertanggung jawab terhadap keamanan vaksin.    
Tujuan utama pemantauan KIPI adalah untuk mendeteksi dini, merespon KIPI dengan cepat dan tepat, mengurangi dampak negatif imunisasi terhadap kesehatan individu dan terhadap imunisasi. Hal ini merupakan indikator kualitas program.Bagian yang terpenting dalam pemantauan KIPI adalah menyediakan informasi KIPI secara lengkap agar dapat dengan cepat dinilai dan dianalisis untuk mengidentifikasi dan merespon suatu masalah.Respon merupakan suatu aspek tindak lanjut yang penting dalam pemantauan KIPI.
Pemantauan KIPI pada dasarnya terdiri dari penemuan, pengobatan pelacakan, analisis kejadian, tindak lanjut, pelaporan dan evaluasi. Pelaporan KIPI dibedakan atas pelaporan KIPI serius dan KIPI Non serius. 
KIPI serius kejadiannya jarang, tetapi diantisipasi dan diminimalisasi dengan melakukan KIPI non serius. Pemantauan  KIPI serius dan non serius dilakukan dengan surveilans KIPI.
KIPI setelah pemberian imunisasi rutin pada dasarnya relatif ringan. KIPI serius  jarang terjadi. KIPI non serius dengan reaksi ringan yang sering ditemui adalah : 
·         Nyeri, kemerahan dan bengkak di daerah bekas suntikan
·         Demam, lesu, nyeri otot, nyeri kepala dan menggigil
Penanganan yang dapat dilakukan adalah kompres hangat dan diberikan Parasetamol.Apabila keluhan tidak membaik maka harus segera dirujuk ke Puskesmas terdekat.
Apabila ditemukan KIPIserius seperti syok anafilaktik, abses, dan lain lain maka harus segera dilaporkan kepada petugas kesehatan untuk dilakukan pengobatan perawatan serta kajian oleh Komite Independen (Komda dan Komnas PP KIPI).

2.4              Pemanfaatan Buku KIA (Kesehatan Ibu)
2.4.1        Pengertian
Buku KIA merupakan satu-satunya alat pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil, melahirkan dan selama nifas hingga bayi yang dilahirkan berusia 6 tahun(prasekolah). Buku KIA berisi informasi penting tentang kesehatan ibu dan anak yang berguna bagi ibu/keluarga, kader dan petugas kesehatan,antara lain mengenai kesehatan ibu, kesehatan anak, imunisasi, gizi dan tumbuh kembang anak, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan terhadap tanda bahaya serta kewaspadaan keluarga dan masyarakat akan kesakitan dan masalah kegawatdaruratan pada ibu hamil, bayi baru lahir dan balita. Setiap ibu hamil mendapat 1 (satu) Buku KIA, jika ibu melahirkan bayi kembar, maka ibu memerlukan tambahan buku KIA lagi.Buku KIA tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan (Posyandu, Polindes/Poskesdes, Pustu, Puskesmas, bidan, dokter praktik, rumah bersalin, dan rumah sakit).
Panduan dalam Buku KIA antara lain:
1.      Buku ini untuk dibaca oleh ibu, suami dan anggota keluarga lain karena berisi informasi yang sangat berguna untuk kesehatan ibu dan anak.
2.      Buku ini dibawa oleh ibu atau keluarga setiap kali ke fasilitas pelayanan kesehatan.
3.      Buku ini disimpan, jangan sampai hilang karena berisi informasi dan catatan kesehatan ibu dan anak. Catatan yang ada di dalam buku ini akan sangat bermanfaat bagi ibu, anak dan petugas kesehatan.
4.      Tanya ke dokter, dokter gigi, bidan, perawat, petugas gizi, dan petugas kesehatan lainnya jika ada hal-hal yang ingin diketahui atau ada masalah kesehatan ibu dan anak. Jangan malu dan ragu untuk bertanya.  

Isi dari Buku KIA merupakan Informasi tentang kesehatan ibu dan anak yang sederhana dan mudah dimengerti,  sehingga bisa membantu ibu untuk memantau status kesehatan ibu serta anak. Buku ini juga berisi petunjuk praktis untuk menjaga kesehatan ibu dan anak.
Pada topik kesehatan ibu berisi informasi tentangIbu Hamil terdapat pada halaman 1-9, Ibu bersalin halaman 10-12, ibu nifas halaman 13-17, keluarga berencana halaman 18, catatan kesehatan ibu hamil halaman 19-23, catatan kesehatan ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir halaman 24 -27, Cuci tangan pakai sabun halaman 28, Keterangan Lahir halaman 29-31.  Sedangkan topik kesehatan anak berisi informasi tentangbayi baru lahir /neonatus (0-28 hari) halaman 32 – 37, catatan imunisasi anak halaman 38 – 39, dan anak usia 29 hari – 6 tahun halaman 40-49.
2.4.2        Manfaat Buku KIA
1.      Umum
Ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anak berumur enam tahun
2.      Khusus
a.       Untuk mencatat dan memantau kesehatan Ibu dan Anak
b.      Alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting bagi Ibu, keluarga dan masyarakat tentang kesehatan, gizi dan standar pelayanan kesehatan Ibu dan Anak
c.       Alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan Ibu dan Anak
d.      Catatan pelayanan gizi dan kesehatan Ibu dan Anak termasuk rujukannya
Integrasi penggunaan Buku KIA dilakukan dalam beberapa hal, yaitu:
1.      Kemudahan dalam mendapatkan Akte Kelahiran,
2.      PAUD (Buku KIA sebagai pemantauan tumbuh kembang),
3.      Beberapa daerah menggunakan sebagai persyaratan untuk masuk TK/SD,
4.      Program Keluarga Harapan,
5.      Jaminan Kesehatan Nasional,
6.      Indikator Keluarga Sehat 

2.5              Instrumen Pendataan Pelayanan KIA
Adapun pengertian atau Definisi Operasional dari Indikator yang menyangkut pelayanan KIA adalah 3 Indikator antara lain:
1.      Keluarga mengikuti program KB adalah jika keluarga merupakan pasanganusia subur, suami atau isteri atau keduanya, terdaftar secara resmisebagai peserta/akseptor KB dan atau menggunakan alat kontrasepsi
2.      Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan adalah jika di keluarga terdapat ibu pasca bersalin (usia bayi 0-11 bulan) dan persalinan ibu tersebut, dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, bidan praktek swasta).
3.      Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap adalah jika di keluarga terdapat bayi (usia 12-23 bulan), bayi tersebut telah mendapatkan imunisasi HB0, BCG, DPT-HB1, DPT-HB2, DPT-HB3, Polio1, Polio2, Polio3, Polio4, Campak.




























BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya. Serta setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami pelayanan KIA di keluarga, menjelaskan pelayanan kesehatan reproduksi, kehamilan, persalinan, nifas, Bayi Baru Lahir (BBL), menjelaskan Keluarga Berencana (KB), menjelaskan Imunisasi, menjelaskan pemanfaatan buku KIA (Kesehatan Ibu), dan menjelaskan instrumen pendataan pelayanan KIA .

3.2              Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan ini belum mencapai titik kesempunaan, jadi kritikan yang membangun sangat diharapkan.


















DAFTAR PUSTAKA

·               PP 61 Th 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
·               PMK 25 Th 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
·               PMK 97 Th 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Melahirkan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi Serta Pelayanan Kesehatan Seksual
·               Permenkes No. 42 tentang Penyelenggaraan Imunisasi tahun 2013
·               Buku Kesehatan Ibu dan Anak, 2016 Kementerian Kesehatan RI
·               Buku Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, 2015 Kementerian Kesehatan RI
·               Paket Kelas Ibu Hamil, 2015 Kementerian Kesehatan RI
·               Pedoman Pelayanan Neonatal Esensial, 2014 Kementerian Kesehatan
·               Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2012
·               Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan, Kemenkes 2012
·               Buku Pedoman Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker

1 komentar:

  1. Did you realize there's a 12 word sentence you can communicate to your partner... that will trigger deep emotions of love and impulsive attractiveness to you buried within his heart?

    That's because hidden in these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's impulse to love, please and protect you with his entire heart...

    12 Words That Trigger A Man's Desire Instinct

    This impulse is so hardwired into a man's mind that it will make him try better than before to take care of you.

    As a matter of fact, fueling this influential impulse is so essential to having the best possible relationship with your man that once you send your man one of the "Secret Signals"...

    ...You'll soon find him expose his soul and heart for you in a way he haven't experienced before and he'll distinguish you as the one and only woman in the universe who has ever truly interested him.

    BalasHapus

Pelayanan Penyakit Menular TB di Keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1               Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular, disebabkan oleh kuman...