BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu agenda prioritas pembangunan
kesehatan di Indonesia adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) yang merupakan agenda dalam Sustainable Development Goals
(SDGs) kelanjutan dari Millennium Development Goals (MDGs). Masalah kesehatan
ibu dan anak ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.Namun yang perlu
diperhatikan bahwa besarnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil,
bersalin, nifas, pelayanan KB, dan anak menjadi hal penting yang harus
diperhatikan.
Kematian ibu dan anak merupakan hasil dari
interaksi berbagai aspek, baik aspek klinis, aspek sistem pelayanan kesehatan,
maupun faktor-faktor non-kesehatan yang mempengaruhi pemberian pelayanan klinis
dan penyelenggaraan sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Kementerian Kesehatan melakukan berbagai
upaya strategis dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan
akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, Keluarga
Berencana dan Imunisasi pada anak, dengan cara pendekatan kepada keluarga. Berbagai upaya strategis tersebut dilakukan
dengan mengintegrasikan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM). Peran keluarga dan masyarakat menjadi kunci utama dalam
keberhasilan peningkatan kesehatan ibu dan anak.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan
kesehatan ibu dan anak, modul ini penting dipelajari dan dibaca guna menunjang
dan menambah pengetahuan dalam pelatihan bagi pelatih keluarga sehat.
1.2
Tujuan Pembelajaran
1.2.1
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
memahami pelayanan KIA di keluarga
1.2.2
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1.
Menjelaskan
pelayanan kesehatan reproduksi, kehamilan, persalinan, nifas, Bayi Baru Lahir
(BBL)
2.
Menjelaskan
Keluarga Berencana (KB)
3.
Menjelaskan
Imunisasi
4.
Menjelaskan
pemanfaatan buku KIA (Kesehatan Ibu)
5.
Menjelaskan
instrumen pendataan pelayanan KIA
1.3
Pokok Bahasan
1.
Pelayanan
Kesehatan Reproduksi, Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir (BBL)
2.
Keluarga
Berencana
3.
Imunisasi
4.
Pemanfaatan
Buku KIA
5.
Instrumen
Pendataan Pelayanan KIA
1.4
Bahan Belajar
1.
PP 61
Th 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
2.
PMK 25
Th 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
3.
PMK 97
Th 2014 tentang Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, melahirkan,
dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta pelayanan
kesehatan seksual
4.
Permenkes
No. 42 tentang Penyelenggaraan Imunisasi tahun 2013
5.
Buku
Kesehatan Ibu dan Anak, 2016 Kementerian Kesehatan RI
6.
Buku
Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, 2015 Kementerian Kesehatan RI
7.
Paket
Kelas Ibu Hamil, 2015 Kementerian Kesehatan RI
8.
Pedoman
Pelayanan Neonatal Esensial, 2014 Kementerian Kesehatan
9.
Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2012
10. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca
Persalinan di Fasilitas Kesehatan, Kemenkes 2012
11. Buku PedomanProgram Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi(P4K) dengan Stiker
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pelayanan Kesehatan Reproduksi, Kehamilan,
Persalinan, Nifas, Dan Bayi Baru Lahir (BBL)
2.1.1
Pengertian Dan Manfaat Pelayanan
Perempuan lebih rentan dalam menghadapi
risiko kesehatan reproduksi, seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak
aman, dan pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur alat reprosuksi perempuan
lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan IMS, termasuk
HIV-AIDS. Kesehatan Reproduksi adalah keadaan yang menunjukkan kondisi
kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan
proses reproduksinya termasuk didalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan
yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut.
Menyadari hal tersebut, agar kelak mempunyai
keturunan yang sehat dan ibu melahirkan dengan selamat, maka setiap pasangan
perlu perencanaan dalam kehamilan. Oleh karena itu intervensi program kesehatan
ibu tidak bisa dilakukan dibagian hilir saja tetapi harus lebih ditarik lebih
ke hulu yaitu pada kelompok remaja dan dewasa muda/calon pengantin yang akan
memasuki gerbang pernikahan, untuk memastikan individu dapat tumbuh dan
berkembang secara sehat. Pada saat remaja maka program pemberian tablet tambah
darah setiap minggu sekali menjadi intervensi dasar agar remaja tidak anemi,
disamping makan makanan bergizi serta rutin melakukan aktivitas fisik. Kemudian
pada saat sudah menjadi Catin maka dilakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi
calon pengantin karena salah satu indikasi catin yang sehat adalah bahwa
kesehatan reproduksinya berada pada kondisi yang baik.
Sementara itu, setiap ibu hamil diharapkan
dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat,bersalin dengan selamat serta
melahirkan bayi yang sehat. Oleh karena itu,ibu yang akan hamil harus dapat pelayanan
kesehatan baik mengenai kesehatan reproduksi sampai dengan pelayanan kehamilan,
persalinan dan nifas. Setiap ibu harus dapat mengakses fasilitas kesehatanuntuk
mendapat pelayanan sesuai standar, termasuk deteksi kemungkinanadanya
masalah/penyakit yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatanibu dan
janinnya.
Faktor
yang berkontribusi terhadap kematian ibu,secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung
kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan,
persalinan dan nifas seperti perdarahan, preeklampsia/eklampsia, infeksi,
persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah
faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti EMPAT TERLALU (terlalu
muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak
kelahiran), maupun yang mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan,
persalinan dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT (terlambat mengenali tanda bahaya
dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat
dalam penanganan kegawatdaruratan).
Faktor lain yang berpengaruh adalah ibu hamil
yang menderita penyakit menular seperti malaria, HIV/AIDS, tuberkulosis,
sifilis, hepatitis B; penyakit tidakmenular seperti hipertensi, diabetes
mellitus, jantung, gangguan jiwa; maupun yang mengalami kekurangan gizi.
Tanda awal seorang perempuan hamil mengalami
terlambat haid paling sedikit 1- 2 minggu berturut-turut, walaupun terkadang
ada bercak darah. Untuk lebih memastikan hamil atau tidak, maka perempuan
tersebut dianjurkan untuk memeriksakan diri ke bidan/dokter dan bila dilakukan
test kehamilan, maka didapatkan hasil positif.Kehamilan dibagi atas 3 trimester
yaitu :
·
Trimester
ke 1: kehamilan hingga 12 minggu
·
Trimester
ke 2: kehamilan 12 - 24 minggu
·
Trimester
ke 3: Kehamilan 24 - 36 minggu-lahir
Pelayanan kesehatan
pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan persalinan, pelayanan
nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir.Untuk menghindari risiko
komplikasi pada kehamilan dan persalinan, anjurkan setiap ibu hamil untuk
melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali,
termasuk minimal 1kali kunjungan diantar suami/pasangan atau anggota keluarga,
dengan urutan sebagai berikut.
Trimester
|
Jumlah Kunjungan Minimal
|
Waktu Kunjungan yang dianjurkan
|
I
|
1x
|
Sebelum minggu ke 12
|
II
|
1x
|
Antara minggu ke >12-24
|
III
|
2x
|
>24 minggu sampai kelahiran
|
Dalam melakukan
pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikanpelayanan yang
berkualitas sesuai standar, dan standar pelayanan yang harus diperoleh oleh
seorang ibu hamil adalah dengan 10 T sebagai berikut :
1.
Timbang
berat badan dan ukur Tinggi badan
2.
Ukur
Tekanan darah
3.
Nilai
status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas /LiLA)
4.
Ukur
Tinggi fundus uteri
5.
Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung
Janin (DJJ)
6.
Skrining
Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila
diperlukan
7.
Beri Tablet tambah darah (tablet besi)
8.
Periksa
laboratorium (rutin dan khusus)
9.
Tatalaksana/penanganan
Kasus
10. Temu wicara (konseling)
Masa kehamilan akan
diikuti oleh persalinan. Persiapan yang tidak kalah penting yang harus
diketahui ibu hamil yaitu mengetahui tanda-tanda persalinan karena akan membuat
tenang ibu hamil selama menjalani kehamilannya.
Tanda awal persalinan
1.
Lightening
atau dropping yaitu kepala turun memasuki ruang pintu ataspanggulterutama pada
primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2.
Perut
kelihatan melebar, fundus uteri turun.
3.
Ibu
sering kencing atau susah kencing karena kandung kemih tertekan olehbagian
terbawah janin.
4.
Perasaan
sakit di pinggang karena adanya kontraksi-kontraksi lemah dariuterus.
5.
Serviks
menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, bisabercampur darah
(bloody show).
Pemilihan tempat
persalinan dan penolong persalinan bisa di pengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya jarak dengan fasilitas pelayanan kesehatan, alat transportasi,
letak demografi daerah, dan pengetahuan dalam mencari penolong persalinan yang
aman. Pengetahuan tersebut akan mempengaruhi keputusan dalam meminta bantuan
penolong persalinan.
Setelah proses
persalinan masih ada hal penting yang harus diperhatikan yaitu masanifas karena
merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya, oleh karena itu selama masa
nifas ibu memperoleh pelayanan kesehatan paling sedikit 3 kaligunanya untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah – masalah yang terjadi termasuk
pemberian kapsul vitamin A, tablet tambah darah dan pelayanan KB pasca
persalinan.
Masa Nifas adalah:
masa setelah ari-ari lahir sampai kira-kira 42 hari (6 minggu) dimana alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Pelayanan nifas yang diperoleh
yaitu :
1.
Kunjungan
Nifas 1 (KF 1) : masa 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan
2.
Kunjungan
Nifas 2 (KF 2) : hari ke-4 sampai hari ke-28 setelah persalinan
3.
Kunjungan
Nifas 3 (KF 3) : hari ke-29 sampai hari ke-42 setelah persalinan
Pada Umumnya
kehamilan berakhir dengan persalinan dan masa nifas yang normal. Namun, 15-20
diantara 100 ibu hamil mengalami gangguan pada kehamilan, persalinan atau
nifas.Kehamilan normal tetap perlu diwaspadai, karena tanda bahaya dapat
terjadi sewaktu-waktu dan tidak terduga.
Tanda Bahaya pada Kehamilan antara lain:
1.
Ibu
tidak mau makan dan muntah terus menerus
2.
Demam Tinggi
3.
Bengkak
pada kaki, tangan/wajah, pusing dan dapat diikuti kejang
4.
Gerakan
janin berkurang atau tidak ada
5.
Perdarahan
6.
Ketuban
pecah sebelum waktunya
Dalam hal Proses
persalinan diduga akan mengalami gangguan jika didapatkan hal-hal sebagai
berikut:
1.
Pendarahan
dari jalan lahir
2.
Tali
pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
3.
Ibu
tidak kuat mengejan
4.
Mengalami
kejang
5.
Air
ketuban keruh dan berbau , Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
Tanda Bahaya pada Ibu Nifas adalah:
1.
Perdarahan
lewat jalan lahir
2.
Keluar
cairan berbau dari jalan lahir
3.
Bengkak
diwajah, tangan dan kaki atau sakit kepala dan kejang-kejang
4.
Demam
lebih dari n2 hari
5.
Payudara
bengkak, merah disertai rasa sakit
6.
Ibu
terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab (depresi)
Tanda bahaya pada
kehamilan, persalinan dan nifas adalah tanda/ gejala yang menunjukkan ibu atau
bayi yang dikandungnya dalam keadaan bahaya.Gangguan tersebut dapat terjadi
secara mendadak, dan biasanya tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Karena itu,
tiap ibu hamil, keluarga dan masyarakat perlu mengetahui dan mengenali tanda
bahaya, tujuannya agar mereka dapat segera mencari pertolongan ke bidan, dokter
atau langsung ke Rumah Sakit/ fasyankes terdekat untuk menyelamatkan jiwa ibu
dan bayi yang dikandungnya.
Pelayanan bayi baru
lahir sejalan dengan pelayanan Ibu Nifas dengan menggunakan pendekatan
Manajemen Terpadu Bayi Muda. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir oleh
bidan/perawat/dokter dilaksanakan minimal 3 kali, yaitu:
1.
Pertama
pada 6 jam – 48 jam setelah lahir
2.
Kedua pada
hari 3 – 7 setelah lahir
3.
Ketiga
pada hari ke 8 – 28 setelah lahir
Pelayanan neonatal
esensial yang diberikan yaitu pada segera setelah lahir dilakukan Inisiasi
menyusu dini (IMD) dalam 1 jam setelah lahir jika kondisi bayi stabil, menjaga
bayi tetap hangat, pemberian vitamin K1 Injeksi dan imunisasi Hepatitis B0,
perawatan tali pusat.
Pada kunjungan
neonatal dilakukan pelayanan Menimbang Berat Badan (gram), Mengukur panjang
badan (cm), Mengukur suhu (0C), Menanyakan apakah ibu, bayi sakit apa?,
Memeriksa kemungkinan penyakit berat atau infeksi bakteri
Frekuensi napas
(kali/menit), Frekuensi denyut jantung (kali/menit), Memeriksa adanya diare,
Memeriksa ikterus (bayi kuning), Memeriksa kenungkinan berat badan rendah,
memeriksa status pemberian Vitamin K1, Memeriksa status imunisasi HB-0, dan
Memeriksa masalah keluhan ibu.Pelayanan yang sudah dilakukan dicatat di Buku
KIA.Ibu dan keluarga dapat meminta kepada petugas kesehatan jika ada pelayanan
yang belum didapatkan.
2.1.2
Kelas Ibu
Salah satu upaya strategis dalam meningkatkan
kemandirian keluarga dan masyarakat dalam memelihara dan merawat kesehatan ibu
dan anak adalah melalui penggunaan Buku KIA. Agar buku KIA tersebut dapat
digunakan dengan benar dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, maka perlu
diberikan pemahaman tentang buku KIA melalui wadah komunikasi yang ada di
masyarakat yang kemudian disebut sebagai Kelas Ibu dan kelas Ibu Balita.
Kelas Ibu merupakan salah satu kegiatan
penting dalam peningkatan pemanfaatan Buku KIA di masyarakat dan sebagai upaya
pembelajaran ibu, suami dan keluarga agar memahami isi Buku KIA melalui metode
kegiatan belajar bersama yang difasilitasi oleh petugas kesehatan yang
kompeten. Kelas Ibu dikembangkan untuk dua sasaran, yaitu Kelas Ibu Hamil yang
ditujukan bagi para ibu yang tengah hamil serta dan Kelas Ibu Balita ditujukan
bagi Ibu yang mempunyai Balita. Keduanya dilaksanakan sebagai upaya
meningkatkan cakupan dan pemanfaatan Buku KIA dalam pelayanan kesehatan ibu dan
anak.
Kegiatan Kelas Ibu Hamil bertujuan untuk
mempersiapkan ibu hamil menghadapi persalinan yang aman, nyaman, dan melahirkan
dengan selamat, serta bayi lahir sehat dan cerdas.Sementara kegiatan Kelas Ibu
Balita bertujuan untuk mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal.
Dalam kelas ibu hamil, ibu-ibu akan mendapatkan informasi dan saling
bertukar informasi mengenai kehamilan, persalinan, nifas serta perawatan bayi
baru lahir. Kelas ibu diikuti paling sedikit 4 kali pertemuan, dan sebaiknya 1
kali pertemuan dihadiri bersama suami/keluarga.
Di kelas Ibu juga, ibu hamil
diajarkan untuk melakukan latihan fisik ringan sesuai kondisi fisik-mental dan
usia kehamilannya. Latihan fisik yang baik, benar, terukur, dan teratur akan
membantu ibu hamil untuk menyesuaikan dengan kondisi fisik selama kehamilan dan
nifas serta mengurangi keluhan-keluhan yang timbul selama kehamilan dan nifas.
Sementara di kelas ibu balita, para ibu yang
mempunyai anakberusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi,
tukar pendapat, tukar pengalaman serta tukar informasi mengenai tumbuh kembang
anak, imunisasi, perawatan bayi dan balita serta penyakit yang sering terjadi
pada bayi dan balita. Untuk prinsip pelaksanaan hampir sama dengan kelas ibu
hamil.
2.1.3
Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan
Komplikasi (P4K), IMD dan KB Pasca Persalinan
Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan
mencanangkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
dengan Stiker yang merupakan “upaya terobosan” dalam percepatan penurunan angka
kematian ibu dan bayi baru lahir melalui kegiatan peningkatan akses dan
kualitas pelayanan, yang sekaligus merupakan kegiatan yang membangun potensi
masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat untuk persiapan dan tindakan dalam
menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir, karena dalam menyongsong persalinannya
seorang ibu membutuhkan persiapan. Persiapan dalam Perencanaan persalinan
disebut denganProgram Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
dengan stiker.
P4K merupakan suatu kegiatan yang
difasilitasi oleh Bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif suami,
keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan
menghadapi komplikasi bagi ibu hamil; termasuk perencanaan penggunaan KB pasca
persalinan. Penggunaan stiker dalam P4K merupakan media notifikasi sasaran
dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan
bayi baru lahir.
Sementara
pendataan ibu hamil dengan stiker adalah suatu kegiatan pendataan,
pencatatan dan pelaporan keadaan ibu hamil dan bersalin di wilayah kerja bidan
melalui penempelan stiker di setiap rumah ibu hamil dengan melibatkan peran
aktif unsur–unsur masyarakat di wilayahnya (Kader, Forum peduli KIA/ Pokja
Posyandu, dan Dukun). Stiker P4K memuat informasi tentang:
1.
Lokasi
tempat tinggal ibu hamil
2.
Identitas
ibu hamil
3.
Taksiran
persalinan
4.
Penolong
persalinan, pendamping persalinan dan fasilitas tempat persalinan.
5.
Calon
donor darah, transportasi yang akan digunakan serta pembiayaan.
Melalui stiker,
pendataan dan pemantauan ibu hamil dapat dilakukan secara intensif oleh bidan
bersama dengan suami, keluarga, kader, masyarakat, Forum Peduli KIA; serta
pendeteksian dini kejadian komplikasi sehingga ibu hamil dapat menjalani
kehamilan dan persalinan dengan aman dan selamat, serta bayi yang dilahirkan
sehat. Pemasangan ”Stiker P4K” bukanlah sekedar menempelkan stiker pada setiap
rumah ibu hamil, tapi juga ajang salah satu konseling kepada ibu hamil, suami
dan keluarga untuk mendapat kesepakatan dan kesiapan dalam merencanakan
persalinan.
(contok Stiker P4K terlampir).
Amanat persalinan
adalah kesepakatan kesanggupan ibu hamil beserta dengan suami dan/ keluarga
atas komponen-komponen P4K dengan Stiker.Kesahihan kesepakatan ini ditentukan
oleh tanda tangan ibu hamil, suami/ keluarga terdekat dan bidan. Amanat
persalinan ini akan sangat membantu ibu mendapatkan pertolongan yang sangat
dibutuhkan pada saat kritis, yakni ketika ibu tidak dapat membuat keputusan
penting menyangkut dirinya sehubungan dengan kondisinya.
Dokumen Amanat
Persalinan ini memperkuat pencatatan ibu hamil dengan stiker. Stiker berfungsi
sebagai notifikasi atau pemberi tanda kesiapsiagaan, sementara Amanat
Persalinan memperkuat komitmen ibu hamil dan suami. Amanat Persalinan
berisikan:
1.
warga
yang sanggup menjadi pendonor darah;
2.
warga
yang memiliki sarana transportasi/ ambulan desa;
3.
proses
pencatatan perkembangan ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir;
4.
rencana
pendampingan suami saat persalinan;
5.
rencana
inisiasi menyusu dini;
6.
rencana
penggunaan KB pasca persalinan;
7.
kesiapan
Bidan untuk kunjungan nifas;
8.
termasuk
upaya penggalian dan pengelolaan dana.
(Contoh format Amanat Persalinan terlampir
dalam Buku KIA)
Salah satu point
yang dituliskan dalam Amanat Persalinan ini adalah mengenai Inisiasi Menyusus
Dini (IMD), yaitu proses menyusui dimulai secepatnya segera setelah lahir. IMD
dilakukan dengan cara meletakkan bayi di dada ibu (kontak kulit ibu dan kulit bayi) segera setelah lahir dan
berlangsung minimal satu jam.
IMD merangsang
keluarnya ASI, memberi kekebalan pada bayi serta meningkatkan kekuatan batin
antara ibu dan bayinya. IMD juga dapat mengurangi perdarahan sesudah melahirkan. Pada waktu
IMD, bayi mendapat kolostrum yang penting untuk kelangsungan hidupnya.
Sementara itu
Indikator keberhasilan P4K dengan Stiker salah satunya adalah persentase
penggunaan metode KB pasca persalinan. Upaya peningkatan pelayanan KB khususnya
pasca persalinan dinilai merupakan strategi yang tepat karena cakupan pelayanan
K1, K4, dan Pn sudah cukup tinggi. Diharapkan dengan adanya kontak yang lebih
banyak antara penyedia pelayanan kesehatan dengan ibu hamil saat pemeriksaan
kehamilan maupun melahirkan dapat memotivasi mereka untuk menggunakan
kontrasepsi segera setelah persalinan. Keterangan lebih lanjut dibahas dalam
pokok bahasan Keluarga Berencana.
2.2
Keluarga Berencana
2.2.1
Manfaat KB
Kontrasepsi merupakan salah satu kebutuhan
hidup sehat. Pasangan usia subur yang belum/tidak berencana punya anak lagi dan
tidak memakai kontrasepsi, masuk ke dalam kelompok yang berisiko tinggi.
Keluarga Berencana (KB) membantu mewujudkan tiga pesan utama menuju kehamilan
sehat dengan mengatur jarak kehamilan, yaitu:
1.
Setelah
persalinan, wanita seharusnya menunggu 2 tahun untuk kembali hamil lagi
2.
Setelah
abortus, wanita seharusnya menunggu 6 bulan sebelum hamil kembali
3.
Wanita
seharusnya menunggu hingga usia20 tahun, untuk hamil yang pertama
2.2.2
Jenis-Jenis Alat KB
Terdapat beberapa metode kontrasepsi modern
yang efektif dalam mencegah kehamilan.Berdasarkan waktunya, pelayanan KB
dibedakan menjadi:
1.
KB
interval, yaitu PUS yang menggunakan alat kontrasepsi di luar KB Pasca
Persalinan
2.
KB
pasca persalinan, yaitu PUS yang menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah
melahirkan sampai dengan 42 hari.
KB Interval
KB Interval terbagi berdasarkan lama waktu
aktif penggunaan kontrasepsi yang dibagi menjadi Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) dan Non-MKJP.
1. Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Penggunaan
MKJP saat ini lebih direkomendasikan, karena:
·
Memiliki
efektivitas yang tinggi, dari 1000 kehamilan hanya ditemukan 6 akibat dari
kegagalan pemakaian metode KB jangka panjang.
·
Sangat
efektif karena tingkat kegagalan dalam penggunaannya sangat kecil (tidak perlu
minum pil tiap hari atau suntik tiap bulan).
·
Tidak
akan mengganggu dalam melakukan hubungan seksual.
·
Lebih aman
karena keluhan/efek samping MKJP lebih sedikit.
a. Metode
Operasi Wanita (MOW)/Tubektomi
MOW
bekerja dengan menghambat ovum dengan cara mengoklusi tuba falopii sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Metode ini harus melalui prosedur
medis/ operasi.
Keuntungan:
1)
Sangat
efektif 0.5 kehamilan per 100 pengguna selama setahun pertama
2)
Tidak
mempengaruhi senggama dan tidak mengganggu produksi ASI
3)
Tidak
ada efek samping hormonal
b. Metode
Operasi Pria (MOP) / Vasektomi
MOP
bekerja dengan cara menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan mengikat vas
deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan fertilisasi tidak
terjadi. Metode ini harus melalui prosedur medis/ operasi. MOP dapat bekerja
sangat efektif (setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan post operasi) dan tidak
memiliki efek samping jangka panjang.
c. Metode
AKDR
Sesuai
dengan namanya, AKDR merupakan alat kontrasepsi dengan memasukkan alat kedalam
rahim. AKDR dapat dipasang kapan saja selama dipastikan tidak hamil, bisa
dilakukan dalam 48 jam pascaplasenta atau setelah 4 minggu pasca persalinan.
Cara kerja AKDR adalah dengan mencegah ovum dan sperma bertemu, menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum
ovum mencapai kavum uteri, serta mencegah implantasi embrio dalam uterus. AKDR
tersedia dalam bentuk AKDR tanpa progestin dan AKDR dengan progestin.
Keuntungan:
1)
Efektivitas
tinggi 0.6-0.8 kehamilan per 100 pengguna dalam 12 bulan pertama pemakaian
(segera efektif setelah dipasang)
2)
Dapat
digunakan sampai menopause (masa aktif 5-8 tahun)
3)
Praktis
(tidak seperti pil yang harus diminum setiap hari)
4)
Tidak
mempengaruhi hubungan seksual dan tidak mempengaruhi ASI
5)
Tidak
ada efek hormonal (AKDR tanpa progestin)
6)
Tidak
ada interaksi dengan obat-obat
7)
Membantu
mencegah kehamilan ektopik
8)
Kembalinya
kesuburan dalam waktu singkat setelah AKDR dilepaskan
Efek Samping:
1)
Perubahan
siklus haid (terutama 3 bulan pertama) misalnya haid jadi lebih banyak dan
nyeri, dan perdarahan antar menstruasi
2)
Merasa
nyeri dan kram perut 3-5 hari setelah pemasangan
3)
Perforasi
dinding uterus apabila sukar dalam pemasangan
d.
Metode Implan
Implan
merupakan metode dengan memasukkan kapsul berisi hormon di bawah kulit. Metode
ini dapat aktif selama 3-4 tahun pemakaian. Implan bekerja dengan cara mencegah
ovulasi, mempengaruhi transformasi endometrium sehingga implantasi sulit,
mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma, serta
mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.
Keuntungan
1)
Efektivitas
tinggi 0,5 kehamilan per 100 pengguna dalam 1 tahun pemakaian
2)
Tidak menganggu
hubungan seksual dan tidak mempengaruhi ASI
3)
Efek
samping sedikit terhadap kesehatan
4)
Dapat
dihentikan setiap saat (kesuburan cepat kembali bila implan dicabut)
5)
Tidak
mengandung estrogen (tidak meningkatkan gangguan pembekuan darah, kurang meningkatkan
tekanan darah, nyeri kepala, dan depresi)
6)
Mengurangi
jumlah, lama, dan nyeri haid
7)
Mencegah
kanker endometrium dan ovarium
Efek Samping:
1)
Gangguan
pada haid (perdarahan sela, spotting, amenorea)
2)
Peningkatan
berat badan
3)
Payudara
menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat
4)
Risiko
kehamilan ektopik cukup tinggi (tapi lebih rendah bila dibandingkan dengan
wanita yang tidak ber-KB)
2. Non-MKJP
a. Metode
Suntikan
Metode
suntikan tersedia dalam bentuk Suntikan Progestin (3 bulanan) dan Suntikan
Kombinasi (1 bulanan). Metode ini bekerja dengan cara mencegah ovulasi,
mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati
sperma, serta mengganggu pergerakan tuba, sehingga mengganggu transportasi sel
telur. Suntikan diberikan saat haid antara hari 1 hingga 7 (bila disuntikan
diluar masa haid, gunakan kontrasepsi lain atau tidak berhubungan selama 7
hari). Jika menyusui, digunakan sejak 6 minggu pascapersalinan. Jika tidak
menyusui atau setelah abotrus, digunakan segera mungkin.
Keuntungan
1)
Efektifitas
tinggi, 0.3 kehamilan per 100 pengguna selama 12 bulan pertama
2)
Tidak
mempengaruhi hubungan suami istri
3)
Risiko
dan efek samping terhadap kesehatan kecil
4)
Mengurangi
jumlah, lama, dan nyeri haid
5)
Mencegah
kehamilan ektopik, kanker ovarium dan endometrium
Efek Samping:
1)
Perubahan
pola haid, perdarahan bercak atau spotting sampai 10 hari
2)
Mual,
sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan akan menghilang setelah suntikan kedua
atau ketiga
3)
Penembahan
berat badan
4)
Dapat
terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke, gangguan
pembekuan darah, timbulnya tumor hati
b. Metode
Pil
Metode
Pil hampir sama dengan metode suntikan (dari segi cara kerja, keuntungan dan
efek samping), hanya saja digunakan dengan cara diminum. Pil dapat bekerja
efektif selama penggunaan yang benar, diminum setiap hari pada jam yang sama
dan tidak ada tablet yang terlupa serta kesuburan dapat kembali segera setelah
penggunaan dihentikan. Pil tersedia dalam bentuk Pil Progestin (minipil) dan
Pil Kombinasi.
c. Metode
Barrier(Kondom)
Kondom
bekerja dengan cara menghalangi sperma masuk ke uterus. Kondom dapat bekerja
efektif mencegah kehamilan selama digunakan secara benar dan digunakan setiap
kali melakukan hubungan seksual. Keuntungan menggunakan kondom adalah tidak
mengganggu ASI, tidak ada efek samping hormonal serta dapat mencegah penyakit
seksual.
d. Metode
AmenoreLaktasi (MAL)
MAL
merupakan metode kontrasepsi dengan mengandalkan pemberian ASI yang secara
tidak langsung dapat menekan ovulasi. Metode ini harus dipersiapkan secara
benar dan hanya efektif dalam 6 bulan pertama. Keuntungan dari metode ini,
selain dari segi kontrasepsi, bayi juga mendapat sumber gizi terbaik, yaitu
ASI. Metode ini tidak memiliki efek samping, tidak memerlukan biaya, dan tidak
mengganggu senggama.
KB Pasca Persalinan
KB pasca persalinan merupakan salah satu
upaya terobosan penting untuk mendukung penurunan angka kematian ibu melalui
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan yang berisiko. KB
pasca persalinan adalah penggunaan metode KB yang dilaksanakan pada periode
setelah plasenta lahir sampai dengan 42 hari setelah bersalin.Metode ini tidak
boleh mengganggu proses laktasi. Salah satu metode yang strategis adalah
penggunaan AKDR pascaplasenta yang dipasang dalam 10 menit setelah plasenta
lahir. Beberapa hal yang harus diinformasikan dalam konseling KB pasca
persalinan pada ibu menyusui adalah:
a.
Jika
menggunakan MAL (terpenuhi syarat yang ada) dapat digunakanmaksimal6 bulan, setelah
6 bulan harus menggunakan metode kontrasepsi lainnya
b.
Jika
menyusui namun tidak penuh (tidak dapat menggunakan MAL) hanya terproteksi
sampai 6 minggu pasca persalinan dan selanjutnya harus menggunakan kontrasepsi
lain seperti metode hormonal progestin yang dimulai 6 minggu pasca persalinan
c.
Dapat
menggunakan kondom kapanpun
d.
Dapat
memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
e.
Untuk
pasangan yang mau membatasi anak dapat memilih kontrasepsi MOW atau MOP dan
dapat dimulai segera pasca persalinan.
Dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan
seorang ibu tidak dapat menyusui anaknya, walaupun demikian, pemilihan metode
kontrasepsi dan waktu yang tepat harus tetap dilakukan.
2.2.3
Cara-Cara Memperoleh Pelayanan KB
Dalam memutuskan menggunakan KB, klien tentunya
harus mengetahui informasi mengenai KB yang akan digunakan, berdasarkan kondisi
klien masingmasing, serta klien dapat memilih mtode KB yang diinginkan.
Pemberian informasi ini harus segera dimulai bahkan sejak kehamilan dimulai
(jika berencana menggunakan KB pasca persalinan), informasi ini dapat diperoleh
dari konseling KB oleh tenaga kesehatan. Konseling juga dapat diperoleh dari
para petugas di lapangan (Non Klinik) yaitu PPLKB, PLKB, PKB, PPKB, SubPPKBD
dan kader yang sudah mendapatkan pelatihan konseling yang standar. Klien dapat
memperoleh pelayanan KB antara lain di FKTP dan FKRTL.
2.3
Imunisasi
Terdiri dari imunisasi rutin ( dasar lengkap
pada bayi (idl), lanjutan pada anak baduta, lanjutan pada usia sekolah dasar,
lanjutan pada wus)
2.3.1
Pengertian Dan Manfaat Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Program imunisasi merupakan upaya kesehatan
masyarakat sebagai tindakan pencegahan yang terbukti paling cost effective dan
telah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Dengan program ini,
Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun
1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI)
dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio,
Tetanus,Hepatitis B, sertaPenumonia.Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
membawa program imunisasi ke dalam penyelenggaraan pelayanan yang bermutu dan
efisien. Upaya tersebut didukung dengan kemajuan yang pesat dalam bidang
penemuan vaksin baru (Rubella,Rotavirus, Japanese Encephalitis, Human Papiloma
Virusdan lainlain). Perkembangan teknologi lain adalah menggabungkan beberapa
jenis vaksin dapat digabung sebagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat
meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan dan kontak dengan
petugas imunisasi.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa upaya
imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat population immunity
(kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga PD3I dapat dibasmi, dieliminasi
atau dikendalikan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, upaya
imunisasi dapat semakin efektif, bermutu dan efisien.
Manfaat Imunisasi
Imunisasi
|
Manfaat
|
Tindakan
|
Hepatitis
B
|
Mencegah
penyakit hepatitis B dan kerusakan hati (sirosis dan kanker hati)
|
Penyuntikan
secara Intramuskular di paha sebanyak
0,5 ml
|
BCG
|
Mencegah
penyakit Tuberkulosis (TB) berat pada bayi.
|
Penyuntikan
secara Intrakutan di lengan kanan atas
sebanyak 0,05 ml
|
Polio
Oral (OPV)
|
Mencegah
penyakit polio yang menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai dan atau
lengan.
|
Tetes
oral di mulut sebanyak dua tetes
|
Polio
Suntik (IPV)
|
Mencegah
penyakit polio yang menyebabkan lumpuh layu pada tungkai dan atau lengan.
|
Penyuntikan
secara Intramuskular di paha sebanyak
0,5 ml
|
DPT-HB-Hib
|
Mencegah
penyakit Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), tetanus, Hepatitis B, Pneumonia
(radang paru) dan Meningitis (radang paru) dan Meningitis (radang selaput
otak) yang disebabkan oleh bakteri Haemophylus influenza tipe b.
|
Penyuntikan
secara Intramuskular di paha untuk
bayi dan Lengan kanan atas (untuk baduta) sebanyak 0,5 ml
|
Campak
|
Mencegah
penyakit campak yang mengakibatkan komplikasi radang paru, radang otak dan
kebutaan.
|
Penyuntikan
secara Intramuskular di Lengan kiri
atas sebanyak 0,5 ml
|
DT
|
Mencegah
penyakit difteri dan tetanus
|
Penyuntikan
secara Intramuskular di Lengan kiri
atas sebanyak 0,5 ml
|
Td
|
Mencegah
penyakit difteri dan tetanus
|
Penyuntikan
secara Intramuskular di Lengan kiri
atas sebanyak 0,5 ml
|
2.3.2
Jenis Dan Jadwal Imunisasi
Imunisasi Rutin
1.
Imunisasi
Dasar
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar
Umur
|
Jenis
|
Interval Minimal untuk jenis Imunisasi yang
sama
|
0-24 jam
|
Hepatitis
B
|
|
1 bulan
|
BCG,
Polio 1
|
|
2 bulan
|
DPT-HB-Hib,
Polio 2
|
1
bulan
|
3 bulan
|
DPT-HB-Hib,
Polio 3
|
|
4 bulan
|
DPT-HB-Hib,
Polio 4, IPV
|
|
9 bulan
|
Campak
|
|
Catatan:
·
Pemberian
Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca persalinan,
dengan didahului suntikan vitamin K1
·
sebelumnya,
khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih diperkenankan
sampai <7 hari.
·
Bayi
lahir di Institusi Rumah Sakit,
Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
·
Pemberian
BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan sampai usia <1
tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
·
Bayi
yang telah mendapatkan imunisasi dasar
DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval
sebagaimana Tabel 1, maka dinyatakan mempunyai status imunisasi T2.
·
IPV
mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
·
Pada
kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan sebelum bayi
berusia 1 tahun.
·
Mulai
bulan Agustus 2017 untuk pulau Jawa, Vaksin Campak diganti dengan vaksin MR
atau Measles Rubbela sedangkan serentak diseluruh Indonesia akan dimulai pada
tahun 2018.
2.
Imunisasi
Lanjutan
Imunisasi lanjutan
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menjamin terjaganya tingkat imunitas pada anak Baduta, anak usia sekolah dasar,
dan wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil.
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah
Tiga Tahun
Umur
|
Jenis Imunisasi
|
Interval minimal setelah Imunisasi dasar
|
18
bulan
|
DPT-HB-Hib
|
12
bulan dari DPT-HB-Hib 3
|
Campak
|
6
bulan dari campak dosis pertama
|
Catatan:
·
Pemberian
imunisasi lanjutan pada batita
DPT-HB-Hib dan Campak dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan
·
Batita
yang telah lengkap imunisasi dasar dan mendapatkan imunisasi lanjutan
DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status imunisasi T3.
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia
Sekolah Dasar
Sasaran
|
Imunisasi
|
Waktu Pelaksanaan
|
Kelas
1 SD
|
Campak
DT
|
Agustus
November
|
Kelas
2 SD
|
Td
|
November
|
Kelas
5 SD
|
Td
|
November
|
Catatan:
·
Anak
usia sekolah dasar yang telah lengkap imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta
mendapatkan imunisasi DT dan Td dinyatakan mempunyai status imunisasi T5.
Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur
(WUS)
Status Imunisasi
|
Interval Minimal Pemberian
|
Masa Perlindungan
|
T1
|
|
|
T2
|
4
minggu setelah T1
|
3
tahun
|
T3
|
6
bulan setelah T2
|
5
tahun
|
T4
|
1
tahun setelah T3
|
10
tahun
|
T5
|
1
tahun setelah T4
|
Lebih
dari 25 tahun
|
Catatan:
·
Sebelum
imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi T (screening) terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan
antenatal.
·
Pemberian
imunisasi TT/Td tidak perlu diberikan, apabila pemberian Imunisasi TT/Td sudah
lengkap (status T5) yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak,
kohort dan/atau rekam medis.
2.3.3
Efek Simpang Dan Penanganannya
Seiring dengan cakupan imunisasi yang tinggi
maka penggunaan vaksin juga meningkat dan sebagai akibatnya kejadian berupa reaksi simpang yang
diduga berhubungan dengan imunisasi juga meningkat. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang
selanjutnya disingkat KIPI atau efek simpang adalah kejadian medik yang diduga
berhubungan dengan imunisasi.
Untuk mengetahui hubungan antara imunisasi
dengan KIPI diperlukan pencatatan dan pelaporan semua reaksi simpang yang
timbul setelah pemberian imunisasi yang merupakan kegiatan dari surveilans
KIPI. Surveilans KIPI tersebut sangat membantu imunisasi, untuk mengetahui
apakah kejadian tersebut berhubungan dengan vaksin yang diberikan ataukah
terjadi secara kebetulan hal ini penting untuk memperkuat keyakinan masyarakat
akan pentingnya imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling
efektif.
Pemantauan KIPI yang efektif melibatkan:
1.
Masyarakat
atau petugas kesehatan di lapangan, yang bertugas melaporkan bila ditemukan
KIPI kepada petugas kesehatan Puskesmas setempat;
2.
Supervisor
tingkat Puskesmas (petugas kesehatan/Kepala Puskesmas) dan Kabupaten/Kota, yang
melengkapi laporan kronologis KIPI;
3.
Tim
KIPI tingkat Kabupaten/Kota, yang menilai laporan KIPI dan menginvestigasi KIPI
apakah memenuhi kriteria klasifikasi lapangan, dan melaporkan kesimpulan
investigasi ke Komda PP KIPI;
4.
KOMDA
PP KIPI;
5.
KOMNAS
PP KIPI; dan
6.
Badan
Pengawas Obat dan Makanan, yang bertanggung jawab terhadap keamanan
vaksin.
Tujuan utama pemantauan KIPI adalah untuk
mendeteksi dini, merespon KIPI dengan cepat dan tepat, mengurangi dampak
negatif imunisasi terhadap kesehatan individu dan terhadap imunisasi. Hal ini
merupakan indikator kualitas program.Bagian yang terpenting dalam pemantauan
KIPI adalah menyediakan informasi KIPI secara lengkap agar dapat dengan cepat
dinilai dan dianalisis untuk mengidentifikasi dan merespon suatu masalah.Respon
merupakan suatu aspek tindak lanjut yang penting dalam pemantauan KIPI.
Pemantauan KIPI pada dasarnya terdiri dari
penemuan, pengobatan pelacakan, analisis kejadian, tindak lanjut, pelaporan dan
evaluasi. Pelaporan KIPI dibedakan atas pelaporan KIPI serius dan KIPI Non
serius.
KIPI serius kejadiannya jarang, tetapi
diantisipasi dan diminimalisasi dengan melakukan KIPI non serius.
Pemantauan KIPI serius dan non serius
dilakukan dengan surveilans KIPI.
KIPI setelah pemberian imunisasi rutin pada
dasarnya relatif ringan. KIPI serius
jarang terjadi. KIPI non serius dengan reaksi ringan yang sering ditemui
adalah :
·
Nyeri,
kemerahan dan bengkak di daerah bekas suntikan
·
Demam,
lesu, nyeri otot, nyeri kepala dan menggigil
Penanganan yang dapat dilakukan adalah kompres
hangat dan diberikan Parasetamol.Apabila keluhan tidak membaik maka harus
segera dirujuk ke Puskesmas terdekat.
Apabila ditemukan KIPIserius seperti syok
anafilaktik, abses, dan lain lain maka harus segera dilaporkan kepada petugas
kesehatan untuk dilakukan pengobatan perawatan serta kajian oleh Komite
Independen (Komda dan Komnas PP KIPI).
2.4
Pemanfaatan Buku KIA (Kesehatan Ibu)
2.4.1
Pengertian
Buku KIA merupakan satu-satunya alat
pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil, melahirkan dan
selama nifas hingga bayi yang dilahirkan berusia 6 tahun(prasekolah). Buku KIA
berisi informasi penting tentang kesehatan ibu dan anak yang berguna bagi
ibu/keluarga, kader dan petugas kesehatan,antara lain mengenai kesehatan ibu,
kesehatan anak, imunisasi, gizi dan tumbuh kembang anak, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan terhadap tanda bahaya serta kewaspadaan keluarga dan
masyarakat akan kesakitan dan masalah kegawatdaruratan pada ibu hamil, bayi
baru lahir dan balita. Setiap ibu hamil mendapat 1 (satu) Buku KIA, jika ibu
melahirkan bayi kembar, maka ibu memerlukan tambahan buku KIA lagi.Buku KIA
tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan (Posyandu, Polindes/Poskesdes, Pustu,
Puskesmas, bidan, dokter praktik, rumah bersalin, dan rumah sakit).
Panduan dalam Buku KIA antara lain:
1.
Buku
ini untuk dibaca oleh ibu, suami dan anggota keluarga lain karena berisi
informasi yang sangat berguna untuk kesehatan ibu dan anak.
2.
Buku
ini dibawa oleh ibu atau keluarga setiap kali ke fasilitas pelayanan kesehatan.
3.
Buku
ini disimpan, jangan sampai hilang karena berisi informasi dan catatan
kesehatan ibu dan anak. Catatan yang ada di dalam buku ini akan sangat bermanfaat
bagi ibu, anak dan petugas kesehatan.
4.
Tanya
ke dokter, dokter gigi, bidan, perawat, petugas gizi, dan petugas kesehatan
lainnya jika ada hal-hal yang ingin diketahui atau ada masalah kesehatan ibu
dan anak. Jangan malu dan ragu untuk bertanya.
Isi dari Buku KIA merupakan Informasi tentang
kesehatan ibu dan anak yang sederhana dan mudah dimengerti, sehingga bisa membantu ibu untuk memantau
status kesehatan ibu serta anak. Buku ini juga berisi petunjuk praktis untuk
menjaga kesehatan ibu dan anak.
Pada topik kesehatan ibu berisi informasi
tentangIbu Hamil terdapat pada halaman 1-9, Ibu bersalin halaman 10-12, ibu
nifas halaman 13-17, keluarga berencana halaman 18, catatan kesehatan ibu hamil
halaman 19-23, catatan kesehatan ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir
halaman 24 -27, Cuci tangan pakai sabun halaman 28, Keterangan Lahir halaman
29-31. Sedangkan topik kesehatan anak
berisi informasi tentangbayi baru lahir /neonatus (0-28 hari) halaman 32 – 37,
catatan imunisasi anak halaman 38 – 39, dan anak usia 29 hari – 6 tahun halaman
40-49.
2.4.2
Manfaat Buku KIA
1.
Umum
Ibu
dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anak
berumur enam tahun
2.
Khusus
a.
Untuk
mencatat dan memantau kesehatan Ibu dan Anak
b.
Alat
komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting bagi Ibu,
keluarga dan masyarakat tentang kesehatan, gizi dan standar pelayanan kesehatan
Ibu dan Anak
c.
Alat
untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan Ibu dan
Anak
d.
Catatan
pelayanan gizi dan kesehatan Ibu dan Anak termasuk rujukannya
Integrasi penggunaan Buku KIA dilakukan dalam
beberapa hal, yaitu:
1.
Kemudahan
dalam mendapatkan Akte Kelahiran,
2.
PAUD
(Buku KIA sebagai pemantauan tumbuh kembang),
3.
Beberapa
daerah menggunakan sebagai persyaratan untuk masuk TK/SD,
4.
Program
Keluarga Harapan,
5.
Jaminan
Kesehatan Nasional,
6.
Indikator
Keluarga Sehat
2.5
Instrumen Pendataan Pelayanan KIA
Adapun pengertian atau Definisi Operasional
dari Indikator yang menyangkut pelayanan KIA adalah 3 Indikator antara lain:
1.
Keluarga
mengikuti program KB adalah jika keluarga merupakan pasanganusia subur, suami
atau isteri atau keduanya, terdaftar secara resmisebagai peserta/akseptor KB
dan atau menggunakan alat kontrasepsi
2.
Ibu
melakukan persalinan di fasilitas kesehatan adalah jika di keluarga terdapat
ibu pasca bersalin (usia bayi 0-11 bulan) dan persalinan ibu tersebut,
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik,
bidan praktek swasta).
3.
Bayi
mendapat imunisasi dasar lengkap adalah jika di keluarga terdapat bayi (usia
12-23 bulan), bayi tersebut telah mendapatkan imunisasi HB0, BCG, DPT-HB1,
DPT-HB2, DPT-HB3, Polio1, Polio2, Polio3, Polio4, Campak.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di
bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi
gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem
kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon
genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan
informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta
pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal,
bagi ibu dan keluarganya. Serta
setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami pelayanan KIA di keluarga,
menjelaskan pelayanan kesehatan reproduksi, kehamilan, persalinan, nifas, Bayi
Baru Lahir (BBL), menjelaskan Keluarga Berencana (KB), menjelaskan Imunisasi,
menjelaskan pemanfaatan buku KIA (Kesehatan Ibu), dan menjelaskan instrumen
pendataan pelayanan KIA .
3.2
Saran
Penulis menyadari bahwa
penulisan ini belum
mencapai titik kesempunaan, jadi kritikan yang membangun sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
·
PP 61
Th 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
·
PMK 25
Th 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
·
PMK 97
Th 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Melahirkan,
Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi Serta
Pelayanan Kesehatan Seksual
·
Permenkes
No. 42 tentang Penyelenggaraan Imunisasi tahun 2013
·
Buku
Kesehatan Ibu dan Anak, 2016 Kementerian Kesehatan RI
·
Buku
Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, 2015 Kementerian Kesehatan RI
·
Paket
Kelas Ibu Hamil, 2015 Kementerian Kesehatan RI
·
Pedoman
Pelayanan Neonatal Esensial, 2014 Kementerian Kesehatan
·
Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2012
·
Pedoman
Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan, Kemenkes
2012
·
Buku
Pedoman Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan
Stiker
Did you realize there's a 12 word sentence you can communicate to your partner... that will trigger deep emotions of love and impulsive attractiveness to you buried within his heart?
BalasHapusThat's because hidden in these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's impulse to love, please and protect you with his entire heart...
12 Words That Trigger A Man's Desire Instinct
This impulse is so hardwired into a man's mind that it will make him try better than before to take care of you.
As a matter of fact, fueling this influential impulse is so essential to having the best possible relationship with your man that once you send your man one of the "Secret Signals"...
...You'll soon find him expose his soul and heart for you in a way he haven't experienced before and he'll distinguish you as the one and only woman in the universe who has ever truly interested him.