Jumat, 06 Desember 2019

Kepemimpinan (Materi Modul Pelatihan Manajemen Puskesmas)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Seiring dengan tuntutan masyarakat yang semakin meningkat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, seorang pimpinan puskesmas dituntut harus mampu menjadi seorang pemimpin yang dapat menggerakan kekuatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain yang ada di Puskesmas dan wilayahnya. Sehingga Puskesmas sebagai institusi pelayanan dasar yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat dapat memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat di wilayahnya.
Kepemimpinan tidak dilahirkan, melainkan pilihan yang dipercaya dan diyakini bagi setiap individu yang berkomitmen akan kebaikan dan kemudian dalam dirinya. Kepemimpinan kepala Puskesmas dalam proses pengelolaan suatu organisasi adalah mengntegrasikan berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh berbagai satuan kerja dalam organisasi demi tercapainya satuan gerak termasuk keluarga sehat. Kepemimpinan holistik adalah membawa masa depan organisasi lebih cerah. Hal ini menawarkan solusi yang dapat mengakibatkan peningkatan peluang yang baik bagi organisasi, kepuasan pribadi dan professional bagi karyawan dan inovasi yang mengarah ke pertumbuhan secara  bottom-line di organisasi.
Tim kerja Puskesmas tidak hanya melibatkan tenaga/ staf internal Puskesmas tetapi juga dapat melibatkan tenaga lain dan dari luar Puskesmas (lintas sektor, pemuka masyarakat, kader, dan anggota masyarakat lainnya)
Modul ini menguraikan tentang: implikasi kepemimpinan, model-model/ konsep kepemimpinan, peranan pemimpin dalam membuat keputusan, dan peran pemimpin dalam pembuatan keputusan dan langkah-langkah peningkatan kapasitas kepemimpinan. Metode pembahasan menggunakan metode yang melibatkan peran aktif peserta seperti tanya jawab,  curah pendapat, diskusi kelompok, simulasi dan analisa kasus.

1.2              Tujuan Pembelajaran
1.2.1        Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan pembelajaran umum materi ini adalah setelah mempelajari materi ini peserta mampu melakukan kepemimpinan di Puskesmas.
1.2.2        Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini peserta mampu:
1.      Menjelaskan Konsep kepemimpinan
2.      Melakukan peran pemimpin dalam pembuatan keputusan
3.      Menjelaskan kapasitas Kepemimpinan dan Anti Korupsi
4.      Menyusun langkah-langkah membangun kapasitas Kepemimpinan Holistik

1.3              Pokok Bahasan & Sub Pokok Bahasan
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan materi ini terdiri atas:
1.      Kepemimpinan
a.       Pengertian kepemimpinan
b.      Implikasi Kepemimpinan
c.       Kepemimpinan Perubahan
d.      Model-Model Kepemimpinan
e.       Kepemimpinan Tim

2.      Kepemimpinan dalam pembuatan keputusan
a.       Kepemimpinan dalam Pembuatan Keputusan
b.      Kepemimpinan dalam Pengelolaan Konflik
c.       Kepemimpinan dalam Koordinasi
d.      Kepemimpinan dalam Kolaborasi
3.      Membangun Kapasitas Kepemimpinan Holistik
a.       Kapasitas Kepemimpinan Holistik
b.      Implementasi Peningkatan Kapasitas Kepemimpinan
4.      Membangun Kapasitas Kepemimpinan & Anti Korupsi
a.       Kepemimpinan Anti Korupsi
1)      Latar Belakang
a)      Pendahuluan
b)      Pengertian Korupsi
c)      Dasar Hukum Pemberantasan Korupsi di Indonesia
d)     Faktor Penyebab & Korupsi
2)      Prinsip Anti Korupsi & Upaya Pencegahan
a)      Prinsip Anti Korupsi
b)      Upaya Pencegahan
c)      Penanaman Nilai-Nilai Anti Korupsi

1.4              Pokok Bahasan & Sub Pokok Bahasan
Modul Kepemimpinan & Anti Korupsi

1.5              Langkah Pembelajaran Kegiatan
Langkah 1: Pengkondisian (5menit)
·         Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan, waku yang tersedia serta alasan pentingnya materi “Kepemimpinan dan Anti Korupsi” diperlukan dalam pelatihan Manajemen Puskesmas, serta keterkaitan dengan materi sebelumnya.
·         Menjelaskan kapasitas Kepemimpinan dan Anti Korupsi
·         Fasilitator menggali pendapat peserta tentang pengertian kepemimpinan, berdasarkan pengalaman di Puskesmas.
·         Fasilitator memandu peserta untuk menyimpulkan hasilnya
Langkah 2: Membahas Pokok Bahasan 1 (30 menit)
·         Fasilitator melanjutkan menyampaikan uraian materi pokok bahasan 1 (Pengertian Kepemimpinan), secara singkat. Selanjutnya memberi kesempatan pada peserta untuk bertanya tentang pengertian kepemimpinan, dan implikasi kepemimpinan serta model-model Kepemimpinan.
·         Fasilitator membagi peserta dalam 5 kelompok, untuk mendiskusikan kelemahan dan kekuatan Pemimpin.
·         Fasilitator menjelaskan tentang Kepemimpinan perubahan.
·         Selanjutnya fasilitator bersama peserta menyimpulkan hasil diskusi tentang kelemahan dan kekuatan kepemimpinan yang efektif di era perubahan.
Langkah 3: Membahas Pokok Bahasan 2 (80 menit)
·         Fasilitator menggali pendapat tentang peran pemimpin dalam membuat keputusan
·         Fasilitator menyampaikan Pokok Bahasan 2 dengan metode ceramah tanya jawab
·         Selanjutnya peserta di bagi dalam 5 kelompok  dan setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain berpartisipasi aktif dalam mengamati peran pemimpin dalam penanganan konflik dan pembuatan keputusan.
·         Fasilitator menyimpulkan materi dengan merangkum pendapat peserta dikaitkan dengan materi dalam modul.
Langkah 4: Membahas Pokok Bahasan 3 (45 menit)
·         Fasilitator menggali pendapat peserta tentang langkah peningkatan kapasitas kepemimpinan di puskesmas
·         Fasilitator menyampaikan Pokok Bahasan 3 dengan metode ceramah tanya jawab
·         Selanjutnya peserta di bagi menjadi 5 kelompok, dan melakukan pendalaman persepsi tentang instrument, dianjurkan latihan penggunaan instrument peningkatan kapasitas kepemimpinan Holistik dengan mengambil kasus di instansi masing-masing
·         Setiap kelompok mempresentasi hasil diskusi, kelompok lain berpartisipasi aktif
·         Fasilitator meyimpulkan materi dengan merangkum pendapat peserta dikaitkan dengan meteri dalam modul.
Langkah 5: Membahas Pokok Bahasan 4 (90 menit)
·         Fasilitator menggali pendapat peserta tentang langkah-langkah peningkatan kapasitas kepemimpinan dan Anti Korupsi di Puskesmas
·         Fasilitator menyampaikan Pokok Bahasan 4 dengan metode ceramah tanya jawab
·         Selanjutnya peserta di bagi dalam 5 kelompok, dan melakukan pendalaman persepsi tentang Anti Korupsi dengan mengambil kasus di instansi masing-masing
·         Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi, kelompok lain berpartisipasi aktif
·         Fasilitator menyimpulkan materi dengan merangkum pendapat peserta dikaitkan dengan materi dalam modul.
Langkah 6: Rangkuman (10 menit)
Fasilitator mengajak peserta untuk lebih memahami peran kepemimpinan puskesmas. Kemudian fasilitator menyampaikan beberapa pertanyaan evaluasi untuk mengetahui daya serap peserta latih terhadap materi Kepemimpinan. Fasilitator memberikan umpan balik pada peserta latih atas respon peserta terhadap pertanyaan evaluasi. Sebelum menutup pembelajaran, fasilitator merangkum pembelajaran.
















BAB II
                                                               PEMBAHASAN

2.1              Kepemimpinan
2.1.1        Pengertian Kepemimpinan
Dalam organisasi, kepemimpinan bisa berkembang dengan luas sehingga makna kepemimpinan secara umum berasal dari istilah organum yang berarti tubuh manusia dengan berbagai fungsi yang digunakan dalam istilah kepemimpinan. Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu: pemimpin sebagai subjek, dan yang dipimpin sebagai objek.
 Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.
Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama.
Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut Anderson (1988), "leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance".
Perbedaan Manajer dan Pemimpin
  Perjalanan suatu tim dari keadaan biasa menjadi luar biasa  dapat terjadi  jika adanya pemahaman yang benar tentang perbedaan antara manajemen dan kepemimpinan. Menurut penulis dan konsultan Peter Drucker, "Manajemen adalah suatu upaya untuk melakukan sesuatu hal dengan cara yang benar; kepemimpinan adalah melakukan hal yang benar”.
Perbedaan antara pemimpin dan manajer dinyatakan secara jelas oleh Bennis and Nanus (1995). Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat ("managers are people who do things right and leaders are people who do the right thing"). Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat, sedangkan manajemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.
2.1.2        Implikasi Kepemimpinan
Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi. Antara lain:
1.      Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga.
2.      Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi.
3.      Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Menurut French dan Raven (1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari:
·         Reward power (Kekuasaan balas jasa), yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya. Kekuasaan balas jasa (reward) ini timbul karena posisi atau jabatan seseorang yang memungkinkan dirinya memberikan penghargaan atau imbalan terhadap pekerjaan atau tugas yang dilakukan oleh orang lain. Balas jasa atau reward dapat berupa gaji, upah, bonus, promosi, dan pujian.
·         Coercive power (kekuasaan paksaan), yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya. Disini pemimpin menghukum atau memperlakukan seseorang yang tidak melakukan permintaan atau perintah. Contohnya seorang manajer yang memiliki kekuasaan untuk melakukan penilaian kinerja sehingga dapat melakukan besaran kenaikan gaji terhadap bawahannya.
·         Legitimate power (kekuasaan sah), yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya. Pemimpin yang bercirikan Legitimate Power memperoleh hak dari pemegang kekuatan untuk menuntut ketaatan pegawainya dalam menegakkan peraturan yang ditetapkan. Contoh dari Legitimate Power adalah : Pegawai polisi memberhentikan kendaraan yang dianggap telah melanggar rambu-rambu lalu lintas, fasilitator menuntutu peserta pelatihan untuk menaati tata tertib selama pelatihan.
·         Referent power (kekuasaan rujukan), yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya. Contoh dari referent power adalah : Misalnya seorang karyawati dalam suatu toko, sangat mengagumi sang pemilik, karena sang pemilik tersebut memiliki pribadi yang disiplin, baik hati, bersikap mengayomi kepada semua karyawan maupun karyawatinya, dan tidak pernah bersikap otoriter.
·         Expert power (kekuasaan keahlian), yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seseorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya. Expert power (Kekuasaan Keahlian) Pengaruh berdasarkan pada kepercayaan bahwa pemegang kekuasaan memiliki keahlian dan kemampuan yang superior dalam bidangnya. Seseorang yang memang ahli dalam bidangnya, akan mudah untuk menguasai/mempengaruhi orang lain. Misalnya Contoh dari expert power adalah : orang - orang percaya akan orang pintar - paranormal, pasien percaya akan hasil pemeriksaan dokter. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk - bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
2.1.3        Kepemimpinan Perubahan
Kepemimpinan Efektif di Era Perubahan(Kepimpinan Perubahan)
Kepemimpinan yang efektif akan mendorong bawahan untuk mengubah upaya menjadi kinerja. Pemimpin dalam organisasi yang berubah selalu berhadapan  dengan pilihan terhadap gaya kepemimpinan yang mana yang tepat dan sesuai untuk diterapkan di organisasi. Fungsi kunci seorang pemimpin adalah membangun visi organisasi dan mengkomunikasikan kepada bawahan. Terdapat beberapa karakteristik dari pernyataan visi yaitu: ringkas, jelas, abstrak, menantang, orientasi ke depan, stabilitas, dan disenangi. Kebijakan dan prosedur yang spesifik diperlukan untuk mengimplementasikan visi ini  terdiri dari enam kategori yaitu: 
·         Menstrukturisasi 
·         Menyeleksi, melatih, dan menyesuaikan diri bawahan 
·         Memotivasi bawahan 
·         Mengelola informasi 
·         Membangun tim  
·         Perubahan kemajuan 
Perubahan dalam organisasi melibatkan lompatan besar (big leap) dari fase pre change yaitu organisasi terikat dengan paradigma lama dan segala sesuatu yang bersifat rutin menuju pada post change yaitu organisasi sedang menuju pada paradigma baru dan pembentukan sikap pengelolaan perubahan.

Kemampuan Mengelola Perubahan (Leading Change)
Sedangkan kepemimpinan perubahan (Leading Change) menurut Menpan RB (2017), merupakan salah satu dari kompetensi standar yang harus dimiliki oleh seorang manajer Aparatur Sipil Negara yaitu :
·         Visioner (Memiliki Visi)
·         Keluwesan Berpikir
·         Pemikiran Strategis
·         Pembaharu, Kreatif /Inovatif
·         Daya Juang/Keuletan
·         Pembelajar
·         Manajemen Perubahan
·         Adaptasi Terhadap Perubahan
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan/ mensosialisasikan/ mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi dimasa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil. Agar menjadi pemimpin yang visioner, maka seseorang harus : (a) Memahami Konsep Visi. Visi adalah idealisasi pemikiran tentang masa depan organisasi yang merupakan kekuatan kunci bagi perubahan organisasi yang menciptakan budaya dan perilaku organisasi yang maju dan antisipatif terhadap persaingan global sebagai tantangan zaman. “Visionary Kepemimpinan” adalah visi kepemimpinan yang harus dimiliki berdasarkan rambu-rambu tersebut di atas untuk mewujudkan organisasi yang bermutu. (b) Memahami Karaktersitik dan Unsur Visi. Suatu visi memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) memperjelas arah dan tujuan, mudah dimengerti dan diartikulasikan, (2) mencerminkan cita-cita yang tinggi dan menetapkan standar of excellence, (3) menumbuhkan inspirasi, semangat, kegairahan dan komitmen, (4) menciptakan makna bagi anggota organisasi, (5) merefleksikan keunikan atau keistimewaan organisasi, (6) menyiratkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh organisasi, (7) konstektual dalam arti memperhatikan secara seksama hubungan organisasi dengan lingkungan dan sejarah perkembangan organisasi yang bersangkutan. (c) Memahami Tujuan Visi. Visi yang baik memiliki tujuan utama yaitu: (1) memperjelas arah umum perubahan kebijakan organisasi, (2) memotivasi karyawan untuk bertindak dengan arah yang benar, (3) membantu proses mengkoordinasi tindakan-tindakan tertentu dari orang yang berbeda-beda.
Strategi pemimpin perubahan melalui perubahan lingkungan kerja
Pemimpin perubahan tidak boleh cukup puas dengan berbagai peran yang dimiliki. Karena lingkungan eksternal akan selalu berubah, dan selalu membuka kesempatan baru untuk berkembang. Dengan demikian pemimpin harus memiliki kebutuhan untuk berkembang dan berubah dalam cara memimpin jika ia ingin sukses. Beberapa strategi yang bisa dipertimbangkan adalah:
·         Mengembangkan perspektif luas
·         Membangun jejaring dengan pihak diluar organisasi
·         Belajar dari kesalahan
·         Menghargai perbedaan
·         Menangani ketidakpuasan
Mengembangkan perspektif luas:
Pemimpin seharusnya memiliki kebutuhan untuk merespon berbagai isu-isu bisnis baru diberbagai kesempatan. Dengan demikian mereka akan butuh untuk meningkatkan ketrampilan teknis dan lebih berpengalaman dalam menghadapi masalah-masalah dilingkungan organisasi mereka. Dengan cara membuka perspektif luas di organisasi anda, Anda selalu terbuka terhadap perubahan di organisasi dan tampil dalam posisi yang terbaik.
Beberapa ide yang bisa dijadikan pembelajaran tambahan adalah sebagai berikut:
·         senang menambah pengetahuan dengan membaca bermacam-macam buku diluar bidang fungsi keahlian,
·         mengembangkan berbagai talenta untuk menjadi -pelaku penting” (key players)”
·         membina hubungan dengan melakukan pertemuan diskusi dengan stakeholder eksternal (pihak yang berkepentingan diluar organisasi) untuk mengembangkan kerjasama. 
·         Belajar dari berbagai bidang organisasi melalui riset dan melakukan wawancara dengan kolega di organisasi.
Membangun jejaring lintas organisasi
Hampir sebagian besar pemimpin tau jejaring kerja adalah strategi pengembangan karir yang baik. Praktik daripada kegiatan ini adalah apabila pemimpin memfokuskan kegiatan dengan membangun jejaring diluar organisasi. Namun, hal tersebut tidak menghilangkan kesempatan untuk membangun jejaring didalam organisasi. Dengan terbukanya kesempatan, pemimpin dengan jejaring kerja yang baik dapat meraih kesempatan diluar, mencari informasi yang mereka butuhkan, memperkuat pemimpin tim dan memposisikan mereka untuk meraih kesuksesan didalam menjalani peran pengembangan dimasa depan secara cepat.
Belajar dari kesalahan
Kegagalan adalah hal yang penting dalam meraih sukses. Anda harus menjadi orang yang selalu membutuhkan tantangan secara terus menerus sebagai pemimpin. Lakukan apa yang dapat Anda lakukan untuk mengantisipasi risiko kegagalan, tetapi jika Anda gagal, belajar dari kegagalan tersebut dan berupaya untuk bangkit kembali dan melakukan hal yang lebih baik.Jika Anda gagal, membuka diri untuk mencari apa kekurangan Anda, dan tunjukkan kepada orang lain bahwa Anda mampu mengatasi kegagalan Anda dengan berbuat lebih baik lagi.
Menghargai perbedaan
Didalam dunia bisnis global yang terus meningkat, pemimpin membutuhkan kesempatan untuk berkembang dengan cara mengapresiasi perbedaan. Lingkungan kerja kita memiliki banyak  
perbedaan. Pemimpin perlu membuka diri dan menerima kultur gender dan perbedaan yang ada dilingkungannya.
Menangani Ketidakpastian
Pemimpin menunjukkan kemampuannya sebagai pemimpin di masa depan bahwa dia mampu untuk bergerak maju dan bertindak berani walaupun ia tidak memiliki semua jawaban atas ketidakpastian yang terjadi. Pemimpin bahkan tidak hanya memahami kompleksitas isu-isu bisnis, tetapi juga diharapkan membantu orang lain dalam menangani ketidakpastian dan mendampingi mereka dalam menjalani proses kegiatan. (leadership solutions, DR.David S.Weiss et.all.)
2.1.4        Model-Model Kepemimpinan
Berikut ini akan dibahas tentang perkembangan pemikiran ahli-ahli manajemen mengenai model-model Kepemimpinan
1.      Model Watak Kepemimpinan (Traits Model of Leadership)
Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974). Bukti-bukti yang ada menyarankan bahwa "leadership is a relation that exists between persons in a social situation, and that persons who are leaders in one situation may not necessarily be leaders in other situation" (Stogdill 1970).
2.      Model Kepemimpinan Situasional (Model of Situasional Leadership)
Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Studi tentang kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan sebagai faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin.
Keempat kuadran diberi label sesuai dengan  gaya kepemimpinan yang sesuai berkaitan dengan masing-masing dari empat bagian dari model berikut :

a.      Gaya pemberitahu (telling)
Gaya Pemberitahu adalah gaya pemimpin yang selalu memberikan instruksi yang jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan dari jarak dekat. Gaya Pemberitahu membantu untuk memastikan pekerja yang baru untuk menghasilkan kinerja yang maksimal, dan akan menyediakan fundasi solid bagi kepuasan dan kesuksesan mereka di masa datang.
b.      Gaya penjual (selling)
Gaya Penjual adalah gaya pemimpin yang menyediakan pengarahan, mengupayakan komunikasi dua-arah, dan membantu membangun motivasi dan rasa percaya diri pekerja. Gaya ini muncul tatkala kesiapan pengikut dalam melakukan pekerjaan meningkat, sehingga pemimpin perlu terus menyediakan sikap membimbing akibat pekerja belum siap mengambil tanggung jawab penuh atas pekerjaan. Sebab itu, pemimpin perlu mulai menunjukkan perilaku dukungan guna memancing rasa percaya diri pekerja sambil terus memelihara antusiasme mereka.
c.       Gaya partisipatif (participating)
Gaya Partisipatif adalah gaya pemimpin yang mendorong pekerja untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan bawahan dengan semangat yang mereka tunjukkan. Mereka mau membantu pada bawahan. Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa percaya diri dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap sebagai pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini melakukannya dengan cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang baik serta siap membantu pengikutnya.
d.      Gaya pendelegasi (delegating)
Gaya Pendelegasi adalah gaya pemimpin yang cenderung mengalihkan tanggung jawab atas proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala pekerja ada pada tingkat kesiapan tertinggi sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut dianggap telah kompeten dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya. Gaya Kepemimpinan berubah tergantung kepada “situasi” dan kompetensi serta motivasi mereka. Berikut table yang menggambarkan Kepemimpinan Situasional (Hersey-Blanchard, 1970/80).






Tabel 1. Gaya Kepemimpinan Situasional/contingency
KOMPETENSI
KOMPETENSI
RENDAH
KOMPETENSI
KADANG
KADANG
KOMPETENSI
TINGGI
KOMPETENSI
TINGGI
Motivasi
Komitmen rendah/tidak mampu dan tidak bersedia atau tidak aman
Komitmen bervariasi/Tidak mampu, tetapi bersedia atau bermotivas
Komitmen bervariasi/Mampu tetapi tidak bersedia atau tidak aman
Komitmen tinggi/Mampu dan bersedia atau termotivas
Gaya Kepemimpinan
DIRECTIVE (Telling)
COACHING (Selling)
SUPPORTIVE (Participating)
DELEGATORY (Observing)

Fiedler mengemukakan tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam mempelajari suatu situasi organisasi : (1) Kekuatan-kedudukan pemimpin, (2) Struktur tugas (3) Hubungan anggota – pemimpin. Kombinasi dari ketiga faktor tersebut akan dapat menghasilkan 9 kemungkinan yang dikenal dengan Model Kepemimpinan Situasional (Contingency Model by Fiedler).

OKTAN
Kekuatan/ Kedudukan
Struktur Tugas
Hubungan PemimpinAnggota
Gaya Kepemimpinan
I
Kuat
Jelas
Baik
TO
II
Kuat
Jelas
Jelek
TO
III
Kuat
Tidak jelas
Baik
RO
IV
Kuat
Tidak jelas
Jelek
TO/RO
V
Lemah
Jelas
Baik
RO
VI
Lemah
Jelas
Jelek
TO
VII
Lemah
Tidak jelas
Baik
RO
VIII
Lemah
Tidak jelas
Jelek
TO
IX
Kuat
Jelas
Amat jelek
TO

TO=Task Oriented       RO : Relation Oriented

3.      Model Pimpinan yang efektif (Model of Effective Leaders)
Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (types of behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat dikategorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating structure) dan konsiderasi (consideration). Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta sampai sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka.
4.      Model kepimpinan Kontingensi (Contingency Model)
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional. Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987). Teori Kepemimpinan Contingency  memfokuskan pada variabel khusus berkaitan dengan lingkungan yang bisa menetapkan gaya kepemimpinan yang sesuai untuk situasi kerja tertentu. Berkaitan dengan teori tersebut, tidak ada satu gaya kepemimpinan yang tepat didalam semua situasi. Kesuksusesan tergantung kepada jumlah variabel, termasuk gaya kepemimpinan, kualitas pengikut dan bentuk situasi (Charry, 2012).
5.      Model Kepemimpinan Transformasional (Model of Transformational Leadership)
Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studistudi kepemimpinan. Burns (1978) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit mendefinisikan kepemimpinan transformasional. Beberapa ahli manajemen menjelaskan konsep-konsep kepemimpinan yang mirip dengan kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan yang karismatik, inspirasional dan yang mempunyai visi (visionary). Meskipun terminologi yang digunakan berbeda, namun fenomena-fenomana kepemimpinan yang digambarkan dalam konsep-konsep tersebut lebih banyak persamaannya dari pada perbedaannya. Bryman (1992) menyebut kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan baru (the new leadership), sedangkan Sarros dan Butchatsky (1996) menyebutnya sebagai pemimpin penerobos (breakthrough leadership).
2.1.5        Kepemimpinan Tim
Pendekatan Kepemimpinan Tim
·         Tim adalah kelompok di dalam organisasi yang anggota-anggotanya saling bergantung satu sama lain, saling berbagi tujuan bersama, dan dicirikan oleh adanya satu orang yang mengkoordinasikan kegiatan bersama mereka. Koordinasi tersebut dilakukan demi mencapai tujuan bersama. Contoh dari sebuah tim adalah tim manajemen proyek, gugus tugas, unit-unit kerja, atau tim pengembang organisasi.
·         Di dalam tim, fungsi utama kepemimpinan adalah berupaya mencapai tujuan organisasi (tim) secara kolektif, bukan individual. Tim umumnya memiliki seorang pemimpin yang telah ditentukan. Pemimpin tersebut dapat berasal dari dalam tim itu sendiri maupun dari luar.
·         Peran kepemimpinan di dalam mengelola tim semakin penting. Cara yang lebih bermakna didalam merumuskan tugas pemimpin adalah memfokuskan prioritas pada dua hal yaitu : (1) mengelola batas luar tim tersebut dan (2) memfasilitasi proses tim.
·         Peran kepemimpinan di dalam tim juga bisa disebar di antara sejumlah anggota tim tanpa harus ditentukan seorang pemimpin secara formal. Kepemimpinan yang tersebar tersebut umum ditemukan dalam kepemimpinan tim. Posisi kepemimpinan dalam tim tidak lagi bercorak satu pemimpin formal selaku pemegang tanggung jawab utama melainkan jatuh ke tangan beberapa orang yang berpengalaman di dalam tim.
Ada empat peran yang prioritas harus dilakukan pemimpin:
Pertama, pemimpin tim sebagai penghubung dengan pihak luar,
Kedua, pemimpin sebagai penyelesai masalah,
Ketiga, pemimpin adalah manajer konflik,
Keempat, pemimpin tim adalah pembina
Model kepemimpinan tim dicontohkan sebagai berikut:
·         Apakah tim punya tujuan yang spesifik, masuk akal, dan disampaikan secara jelas?
·         Apakah tim memiliki struktur pencapaian hasil?
·         Apakah para anggota tim memenuhi syarat?
·         Adakah kesatuan dalam tim yang didasarkan pada komitmen atas tujuan tim?
·         Adakah iklim kerjasama diantara anggota tim?
·         Adakah standar prima yang membimbing tim?
·         Adakah dukungan eksternal serta pengakuan bagi tim?
·         Adakah kepemimpinan tim yang efektif ?

2.2              Kepemimpinan Dalam Pembuatan Keputusan
2.2.1        Pengertian Pengambilan Keputusan
Pada akhirnya, kegiatan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat merupakan bagian dari kegiatan administrasi dimaksudkan agar permasalahan yang akan menghambat roda organisasi dapat segera terpecahkan dan terselesaikan sehingga suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif. Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan.
Setelah pengertian keputusan disampaikan, kiranya perlu pula diikuti dengan  pengertian tentang ―pengambilan keputusan‖. Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan, dalam hal ini arti pengambilan keputusan sama dengan pembuatan keputusan, misalnya Terry, definisi pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih (tindakan pimpinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatifalternatif yang dimungkinkan).
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk mencapai tujuan organisasinya yang dimana diinginkan semua kegiatan itu dapat berjalan lancar dan tujuan dapat dicapai dengan mudah dan efisien. Namun, kerap kali terjadi hambatan-hambatan dalam melaksanakan kegiatan. Ini merupakan masalah yang hatus dipecahkan oleh pimpinan organisasi. Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut. 
Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan
Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif. Menurut Iqbal Hasan (2002: 2-3), pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi antara lain :
1.      Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional.
2.      Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa yang akan datang, dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
3.      Sedangkan tujuan dari pengambilan keputusan itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.       Tujuan yang bersifat tunggal.
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya dengan masalah lain.
b.      Tujuan yang bersifat ganda
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa satu keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah (atau lebih), yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak kontradiktif.
Unsur dan Dasar Pengambilan Keputusan
Agar pengambilan keputusan dapat lebih terarah, maka perlu diketahui unsur-unsur / komponen-komponen dari pengambilan keputusan tersebut.
Unsur-unsur / komponen-komponen dari pengambilan keputusan yaitu:
1.      Tujuan dari pengambilan keputusan
2.      Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah.
3.      Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya / diluar jangkauan manusia.
4.      Sarana atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu pengambilan keputusan.
Dasar Pengambilan Keputusan
1.      Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
a.       Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan. 
b.      Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan. 
2.      Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional  berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.
3.      Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta  
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
4.      Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman 
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip pengambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.
5.      Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanen sifatnya.
2.2.2        Kepemimpinan Dalam Pengelolaan Konflik
Kepemimpinan dalam pengelolaan konflik (Manajemen Konflik)
Pencegahan Konflik
Tahap pertama dari konflik (dan api) adalah ketika orang mengumpulkan bahan-bahan yang mudah terbakar. Dalam tahap ini, terdapat bahan-bahan dasar yang dapat menimbulkan konflik, namun konflik itu sendiri belum ada. Dengan kata lain, terdapat potensi konflik. Pada tingkat ini, kita perlu mencegah timbulnya konflik.
Jelaskan bahwa ada tiga peran pihak ketiga dalam pencegahan konflik. Setiap peran ini memiliki tujuan yang berbeda :
a.       PENYEDIA mencoba menyediakan kebutuhan dasar dari pihak yang berkonflik dengan:    
·         Memberikan sumber penghasilan.
·         Membantu orang memenuhi kebutuhan mereka.
·         Memberdayakan orang. 
·         Mendengarkan semua pihak. 
b.      PENGAJAR memberikan keterampilan yang dibutuhkan oleh orang-orang dalam menangani konflik dengan :  
·         Mengajarkan prinsip non-kekerasan dan toleransi. 
·         Mengajarkan cara menyelesaikan konflik. 
·         Mendengarkan semua pihak. 
c.       PENJEMBATAN menciptakan hubungan dan membangun rasa percaya dengan: 
·         Membantu orang-orang untuk bertemu satu sama lain dengan aman. 
·         Membantu orang-orang untuk mendengarkan satu sama lain. 
·         Membantu menciptakan dialog di antara pihak-pihak yang berkonflik. 
·         Mendengarkan semua pihak.
Mengelola Konflik
Mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu yang sederhana. Cepattidaknya suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan pihakpihak yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot atau tingkat konflik tersebut. Kemampuan puskesmas melayani masyarakat semakin hari seharusnya semakin baik, tidak hanya memuaskan pelanggan (customer satisfaction), tetapi puskesmas juga harus mampu menyediakan pelayanan yang bernilai bagi masyarakat (customer value). Didalam organisasi yang melayani berbagai level masyarakat tidak bisa dihindari terjadinya konflik-konflik.Oleh karenanya seorang pimpinan puskesmas harus mampu mengatasi konflik di lingkungannya.
Langkah langkah yang harus dilakukan sebelum menyelesaikan konflik adalah sebagai berikut:
1.      Usahakan memperoleh semua fakta mengenai keluhan itu,
2.      Usahakan memperoleh dari kedua belah pihak,
3.      Selesaikan problema itu secepat mungkin.
dan keunikan setiap orang harus dihargai.
         Kelebihan Kedua pihak mendapatkan apa yang mereka inginkan dan perasaan negative bisa dikurangi.
         Kekurangan: Perlu waktu dan proses yang lama
         Target : Kedua belah pihak menang (win-win solution)
Kompromi :
         Deskripsi ; Memerhatikan hubungan dengan pihak lain sekaligus tujuan pribadi. Bersedia mengorbankan beberapa tujuan  sambal tetap meyakinkan pihak lain untuk meyerahkan.
         Perspektif Konflik: Konflik adalah perbedaan yang saling menguntungkan yang bisa dipecahkan dengan cara kerja sama dan kompromi.
         Kelebihan : Hubungan terpelihara dan konflik berhasil diselesaikan.
         Kekurangan : Menciptakan hasil akhir yang kurang ideal (keduanya) bisa sama sama kalah, atau menang-kalah)
         Target: Kooperatif hasilnya bisa menang-kalah atau kalah-kalah.

Akomodasi
·         Deskripsi : Menerima pandangan dari pihak lain dan membiarkan pandangan tersebut menang. Seadngkan ia sendiri menyerah, mendukung atau mengaku salah. Ia memutuskan bahwa perbedaan ini bukan masalah besar atau bukan masalah sama sekali. Menekankan hubungan antar manusia, mengacuhkan tujuannya sendiri dan berupaya meredakan konflik dengan cara menyerahkan keputusan pada pihak lain.
·         Perspektif konflik: Konflik adalah musIbah, jadi lebih baik menyerah. Kepentingan bisa dikorbankan, masalah bisa diacuhkan dan hubungan harus dipentingkan demi menjaga perdamaian.
·         Kelebihan: Hubungan dengan pihak lain akan terjaga
·         Kekurangan tidak produktif: 
·         Target: menciptakan situasi menang-kalah untuk pihak lain.
Penghindaran:
·         Deskripsi: Menunda atau menghindari respon, menarik diri, mengalihkan perhatian, lebih suka bersembunyi dan mengabaikan konflik daripada menyelesaikannya, tidak kooperatif, cenderung mengalah dan menampilkan tingkah lain pasif. Prinsipnya adalah “Saya lebih suka tidak menghadapinya  sekarang”
·          Perspektif Konflik: Tidak ada harapan dalam konflik. Menghindari adalah langkah terbaik.
·         Kelebihan: Hubungan dengan pihak lain akan terjaga.
·         Kekurangan : Konflik tidak terselesaikan dan justru bisa semakin memburuk
·         Target: Menciptakan situasi kalah-kalah
KOMPETISI
·         Deskripsi: Mengontrol hasil akhir, tidak menerima perbedaan pendapat, memaksakan pandangan dan berorientasi pada tujuan, sementara hubungan ditempatkan pada prioritas rendah. Orang-orang ini terkadang tidak segan menggunakan perilaku agresif untuk memecahkan masalah, tidak kooperatif, cenderung mengancam dan mengintimidasi, serta sangat membutuhkan kemenangan sehingga harus mengalahkan pihak lain. 
·         Perspektif Konflik: konflik adalah peristiwa yang sangat jelas, isu pokoknya adalah mengenai siapa  yang benar. Tekanan dan penindasan merupakan tindakan yang penting.
·         Kelebihan: Jika keputusan orang ini benar, maka konflik bisa berakhir dengan keputusan yang benar.
·         Kekurangan: Menyulut kemarahan dari pihak lain.
·         Target : Menciptakan situasi menang-kalah.

Tes Gaya Konflik 
Tujuan : untuk mengetahui gaya konflik yang paling dominan untuk mengetahui gaya mana yang dipilih dalam menangani masalah (konflik).
a)      Fasilitator membagikan lembaran Tes Gaya Konflik (terlampir). Minta peserta untuk menjawab semua pertanyaannya dan melakukan penilaian untuk mengetahui gaya konflik yang paling dominan dari diri mereka.
b)      Fasilitator menjelaskan kelemahan dan kelebihan dari kelima gaya konflik. Tekankan bahwa kelima gaya tersebut merupakan pilihanpilihan yang dimiliki oleh seseorang dalam menghadapi masalah atau konflik. Masing-masing pilihan memiliki dampak dan resiko yang berbeda-beda.

Kesimpulan :

c)      Beberapa pertanyaan yang dapat Anda ajukan kepada peserta adalah:
d)     Bagaimana latihan ini memberdayakan kita? 
e)      Bagaimana latihan ini memberi kita pilihan lebih? 
f)       Bagaimana latihan ini membantu kita hidup bersama dengan orang yang berbeda?

Tes Gaya Konflik
Berdasarkan Mastering Human Relations, 3rd Ed. by A. Falikowski 2002 Pearson Education http://www.pearsoned.ca
Instruksi: Daftar di bawah ini memuat 15 pernyataan. Tiap pernyataan menyediakan sebuah kemungkinan strategi dalam menangani konflik. Respon terhadap setiap pernyataan ini dinilai dengan angka (1= Selalu, 2= Sangat sering, 3=Kadang-kadang, 4=Tidak terlalu sering, 5=Jarang). Jawab sesuai dengan perilaku Anda sebenarnya.
a.       Saya berdebat pandangan dengan teman sejawat untuk menunjukkan kekuatan dari pijakan yang saya pegang.
b.      Saya mencoba mencapai kompromi melalui negosiasi.
c.       Saya berusaha untuk memenuhi harapan orang lain.
d.      Saya mendiskusikan masalah dengan orang lain untuk mencari solusi yang sama-sama dapat diterima.
e.       Saya mempertahankan sikap/prinsip/posisi saya dengan gigih,   khususnya ketika memperjuangkan pendapat saya atas suatu masalah.
f.       Saya mencoba menghindari perhatian terhadap diri saya, dengan cara menghindari konflik dengan yang lain dan menyimpan masalah hanya untuk diri sendiri.
g.      Saya mendukung dan mencoba menerapkan solusi saya terhadap suatu masalah.
h.      Saya berkompromi untuk mencapai solusi.
i.        Saya berbagi hal-hal penting dengan yang lain sehingga masalah-masalah dapat dipecahkan bersama-sama.
j.        Saya menghindari untuk mendiskusikan perbedaan-perbedaan yang saya miliki dengan yang lain.
k.      Saya berusaha untuk mengakomodasi harapan- harapan teman saya.
l.        Saya mencari perhatian setiap orang agar terbuka dalam rangka memecahkan perselisihan dengan cara yang sebaik mungkin.
m.    Saya memosisikan diri di tengah dalam upaya untuk memecah kebuntuan diantara orang-orang yang berseberangan pendapat.
n.      Saya menerima rekomendasi teman sejawat saya.
o.      Saya menghindari adanya perasaan dongkol dengan menyimpan sendiri ketidaksetujuan saya terhadap yang lain.

Lima belas pernyataan yang baru saja Anda baca berada dalam lima kategori bawahi ni. Setiap kategori berisi abjad abjad dari tiga pernyataan. Salinlah angka-angka yang Anda tempatkan di sebelah setiap pernyataan. Kalkulasi jumlah totalnya di bawah setiap kategori.
Kompetisi
Kaloborasi
Penghindaran
Akomodasi
Kompromi
A.
D.
F.
C.
B.
E.
I.
J.
K.
H.
G.
L.
O.
N.
M.
Total :
Total :
Total :
Total :
Total :
 Hasil :
Cara dominan saya adalah (skor terendah anda)


 
Cara dominan saya adalah (skor terendah kedua anda)


 
Resolusi Konflik
Empat peran dalam resolusi konflik. Setiap peran ini memiliki tujuan yang berbeda: 
a.       MEDIATOR membantu orang untuk membuat kesepakatan yang memenuhi kepentingan dan kebutuhan masing-masing dengan:
         Membantu orang-orang di dalam konflik untuk mulai saling berbicara dan bernegosiasi. 
         Membantu orang-orang untuk berkomunikasi. 
         Membantu orang-orang agar bisa mengajukan solusi masing-masing. 
         Mendengarkan semua pihak.
b.      PEMISAH membuat keputusan bagi semua pihak berdasarkan hak-hak mereka dengan: 
·         Mencapai keadilan. 
·         Mendengarkan klaim masing-masing pihak. 
·         Membuat keputusan berdasarkan hukum dan tradisi. 
·         Mendengarkan semua pihak.
c.       PENYETARA menciptakan kekuatan (power) yang seimbang antara pihak-pihak yang berkonflik dan memiliki hubungan yang tidak setara dengan: 
·         Memberdayakan orang. 
·         Menciptakan keadilan (fairness). 
·         Membantu orang mendapatkan martabat. 
·         Mendengarkan semua pihak.
d.      PENGOBAT memperbaiki perasaan dan hubungan yang terluka dengan: 
·         Menunjukkan rasa empati kepada semua pihak.
·         Membantu orang-orang untuk mengingat dan menghormati korban jiwa di masa lalu. 
·         Mendorong adanya permintaan maaf, pemaafan dan rekonsiliasi. 
·         Mendengarkan semua pihak.
e.       PENAHANAN : tahap ketiga dari konflik adalah ketika konflik sudah berada di luar kontrol. Ibaratnya, barisan api telah menjalar dan menghancurkan orang-orang serta masyarakat. Pada  level ini, kita perlu menahan konflik. Penahanan berarti membatasi atau menahan perlawanan sehingga orang-orang bisa hidup aman dan dialog bisa dimulai lagi. 
Ada tiga peran dalam penahanan konflik. Setiap peran ini memiliki tujuan yang berbeda beda : 
a.       SAKSI memerhatikan eskalasi konflik dan mengingatkan orang untuk membawa bantuan dengan: 
·         Mencari tanda peringatan awal.
·         Memberitahukan informasi tentang konflik kepada orang orang sehingga tidak ada yang disembunyikan. 
·         Mencari bantuan dengan cepat.
·         Mendengarkan semua pihak. 
b.      WASIT membuat batasan, norma atau aturan agar konflik bisa berjalan seimbang dengan: 
·         Menegakkan aturan. 
·         Melucuti senjata. 
·         Menghentikan pihak-pihak yang melanggar aturan.
c.       PENJAGA PERDAMAIAN menyediakan perlindungan bagi orang-orang yang terlibat dalam konflik dengan:
·         Menciptakan penghalang fisik di antara orang-orang yang tengah berkonflik
·         Menegakkan perdamaian. 
·         Menghentikan kekerasan. Kekuatan (force) hanya digunakan dalam keadaan mendesak.
2.2.3        Kepemimpinan Dalam Koordinasi
Koordinasi adalah salah satu fungsi manajemen yang tidak bisa terpisah dari fungsi manajemen lainnya karena fungsi koordinasi adalah fungsi yang menghubungkan fungsifungsi manajemen lainnya.
Masalah-masalah Pencapaian Koordinasi yang Efektif :
1.      Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik. Misalnya bagian penjualan menganggap bahwa diversifikasi produk harus lebih diutamakan daripada kualtias produk. Bagian akuntansi melihat pengendalian biaya sebagai faktor paling penting sukses organisasi.
2.      Perbedaan dalam orientasi waktu.
Manajer produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek. Biasanya bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang.
3.      Perbedaan dalam orientasi antar pribadi
Setiap individu dalam organisasi selalu berbeda dalam orientasi kerja, kehidupan, keluarga, dan lain-lain. Apabila dalam koordinasi antara bawahan dengan atasan atau sesama satu jenjang jabatan di satu organisasi memiliki orientasi yang berbeda-beda tersebut maka sudah jelas pasti diperlukan koordinasi tersebut untuk menyatukan persepsi langkah mencapai tujuan organisasi.
4.      Perbedaan formalitas struktur
Setiap jenjang jabatan dalam unit-unit suatu organisasi dapat memiliki struktur jabatan yang berbeda tergantung keperluan tugasnya masing masing. Namun permasalahannya ketika antar struktur harus saling berhubungan, maka diperlukan koordinasi untuk menyamakan persepsi. ada koordinasi, apalagi menghubungkan dengan fungsi manajemen yang lainnya. Inti dari fungsi koordinasi adalah komunikasi
Tujuan Koordinasi
Sedangkan tujuan dilakukannya koordinasi dalam perusahaan atau organisasi meliputi :
1)      Menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran
2)      Mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke arah tercapainya sasaran perusahaan
3)      Menghindari kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan
4)      Menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran perusahaan.    
5)      Mengintegrasikan tindakan dan pemanfaatan unsur manajemen ke arah sasaran             organisasi atau perusahaan
Pendekatan-pendekatan untuk Pencapaian Koordinasi yang Efektif.
Komunikasi adalah pendekatan yang paling efektif. Koordinasi secara langsung tergantung pada perolehan, penyebaran, pemrosesan informasi. Semakin besar ketidakpastian tugas yang dikoordinasi, semakin membutuhkan informasi.
·         Melakukan bimbingan pada bawahan secara teratur kearah yang benar dan menginspirasi bawahan dalam mencapai tujuan bersama,
·         Mengadakan supervisi personal untuk menghilangkan perbedaan pendapat;
·         Mengurangi ketergantungan pada hal-hal yang bersifat otoritas seperti:kewenangan, aturan dan prosedur ;
·         Serta melakukan koordinasi yang efektif dengan melakukan hubungan interpersonal,untuk menciptakan iklim yang  saling percaya dan kerjasama yang baik.
Cara Mengadakan Koordinasi
Tahapan pelaksanaan koordinasi dilakukan cara sebagai berikut:
1.      Memberi keterangan langsung
2.      Mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan dicapai oleh anggota tidak menuruti kehendak tujuan masing-masing individu anggota. Tujuan itu adalah tujuan bersama
3.      Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide, saransaran, dsb
4.      Mendorong para anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan penciptaan sasaran
5.      Membina human relations yang baik antara sesama karyawan
2.2.4        Kepemimpinan Dalam Kolaborasi
Pengertian dan Konsep tentang Kolaborasi
Pengertian Kolaborasi
Menurut Abdulsyani,Roucek, dan Warren, kolaborasi adalah bekerja bersamasama untuk mencapai tujuan bersama.Ia merupakan proses social yang paling dasar. Biasanya, kolaborasi melibatkan pembagian tugas, dimana setiap orang mengerjakan setiap pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya demi terwujudnya tujuan bersama. Sedangkan dalam istilah administrasi, pengertian kolaborasi sebagaimana yang dijelaskan oleh Hadari Nawawi adalah usaha untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan melalui pembagian tugas/pekerjaan, tidak sebagai pengkotakan kerja akan tetapi sebagai satu kesatuan kerja, yang semuanya terarah pada pencapaian tujuan.
Pengertian dan pentingnya kolaborasi menurut para ahli: 
1.      Jonathan (2004) mendefinisikan kolaborasi sebagai proses interaksi di antara beberapa orang yang berkesinambungan.
2.      Menurut Kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggabungan pemikiran. 
3.      Gray (1989) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berpikir dimana pihak yang terlibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan pandangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.
4.      Kolaborasi merupakan proses kompleks yang membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab (Lindeke dan Sieckert, 2005).
Manfaat kolaborasi 
1.      Memberikan pelayanan atau usaha yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik profesional. 
2.      Memaksimalkan produktivitas serta efektivitas dan efesiensi sumber daya.  
3.      Meningkatkan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja. 
4.      Meningkatkan kohesivitas antar pelaku yang terlibat di dalamnya 
5.      Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar pelaku yang terlibat di dalamnya 
Struktur Elemen-elemen kolaborasi 
Praktik kolaborasi mengganti pendekatan pengelompokan hirarkis dengan pendekatan yang mendorong interaksi antara sesama anggota. Model hirarkis menekankan komunikasi satu arah, terdapat tokoh yang dominan. Model praktik kolaboratif menekankan komunikasi dua arah, tetapi tetap menempatkan salah satu tokoh pada posisi utama. Model melingkar menekankan kontinuitas, kondisi timbal balik satu dengan yang lain dan tak ada satu anggota stakeholder yang melakukan kolaborasi mendominasi terus menerus. Upaya pencapaian tujuan tdk hanya dilakukan melalui cara mengalahkan saingan, melainkan juga dpt dilakukan melalui kerjasama & kolaborasi. Kolaborasi adalah “a purposive relationship”. (Schrage, 1995 : 29).
Tujuan kolaborasi: 
Secara singkat kolaborasi bertujuan untuk: 
1.      memecahkan masalah; 
2.      menciptakan sesuatu(Schrage, 1995 : 29).
3.      menemukan sesuatu di dalam sejumlah hambatan. 
Tujuan kolaborasi sektor publik
Tujuan utama dalam kolaborasi sektor publik diperuntukkan pada peningkatan pelayanan pada masyarakat.
Mengapa diperlukan Kolaborasi ?
1.      Membangun pemahaman melalui sharing gagasan, informasi, antara berbagai pihak,   memberikan mekanisme penyelesaian suatu ketidakpastian
2.      Membangun mekanisme pengambilan keputusan yang efektif melalui proses yang fokus pada masalah bersama, dan membangun dukungan 
3.      Menghasilkan alat kerja yang efektif melalui koordinasi lintas batas, manajemen bersama, dan mobilisasi perluasan gagasan 
4.      Mengembangkan kapasitas bersama multi pihak untuk menghadapi tantangan dimasa depan
Faktor sukses kolaborasi (Yaffe 2000) 
1.      Common ground (pandangan yang sama) 
2.      Kesempatan baru berinterkasi 
3.      Pelembagaan bersama dalam interaksi yang intens 
4.      Mengatasi masalah dengan cara-cara baru dan berbeda 
5.      Peka terhadap tanggung jawab dan komitmen (them=us) 
6.      Kemitraan inti = individu per individu bukan lembaga
7.      Energik, penuh pengabdian , proaktif, berani, inovatif 
8.      Mendapatkan dan menghargai bantuan pihak lain
Pendekatan kepemimpinan kolaboratif
1.      Kekuasaan
Pendekatan baru kepemimpinan kolaboratif mengakui bahwa kekuatan paling besar adalah kolektifitas suatu tim.
2.      Informasi
Keterbukaan dan berbagi informasi adalah landasan kepemimpinan kolaboratif. Memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang dalam organisasi untuk berbagi informasi. Bagi kepemimpinan kolaboratif unsur pendidikan juga memainkan peran penting.
3.      Menguraikan Ide
Seni kolaborasi memberikan semua orang di tim kesempatan bersuara. Pemimpin umumnya terbuka untuk saran dan ide-ide dari tim mereka dan mengakui bahwa curah pendapat dan perspektif yang berbeda dapat membawa wawasan yang unik.
4.      Pemecahan Masalah
Dalam lingkungan kolaboratif, solusi dilakukan dengan cara brainstorming antara anggota tim dan difasilitasi oleh manajemen. Pemimpin kolaboratif mengenali kekuatan pendekatan kelompok untuk pemecahan masalah.
5.      Alokasi Sumber Daya
Sebuah lingkungan kolaboratif diciptakan berdasarkan kepercayaan, dan sumber daya dapat disampaikan secara proaktif.
6.      Aturan dan Tanggung Jawab
Dalam lingkungan kolaboratif tim didorong untuk bekerja sama. Informasi, sumber daya, pengetahuan, waktu dan  upaya selalu dibagi bersama.
7.      Menyelesaikan Masalah
Dasar kepemimpinan kolaboratif adalah kepercayaan. Karena anggota tim diberi tanggung jawab lebih untuk pekerjaan mereka, para pemimpin lebih sering terlibat dalam proses.
8.      Kinerja dan Umpan Balik
Sifat lingkungan kolaboratif berarti bahwa para pemimpin dan anggota tim samasama dihargai dan bekerja sama setiap hari. Hal ini memberikan kesempatan untuk menerima umpan balik sesegera mungkin serta pujian dan kritik yang membangun.

2.3              Membangun Kapasitas Kepemimpinan Holistik
Abraham Lincoln pernah mengatakan, “A man’s character is like a tree and his reputation like it’s shadow; The shadow is what we think of it; The tree is the real thing.‖ Rekam jejak pemimpin diperlukan untuk memahami kejadian yang ada dilingkungannya, data-data tersebut perlu dibaca dengan penuh kehati-hatian. Pemimpin dapat mengolah data-data tersebut menjadi informasi yang akan dijadikan sebagai dasar pembuatan keputusan. Membangun kapasitas kepemimpinan adalah suatu misi yang penting. Oleh karenanya seorang Pimpinan Puskesmas harus membangun kapasitas kepemimpinan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan masa depan dengan lebih inovatif.  Visi yang diciptakan pemimpin harus dijalankan secara konsisten serta harus menuntut perubahan budaya yang lebih berorientasi pada mutu baik proses maupun hasil pendidikan. Dengan demikian hal penting yang memposisikan diri sebagai komponen yang memberikan pengaruh yang kuat pada efektifitas pencapaian pendidikan yang berkualitas di era desentralisai adalah Visionary Leadership.
Untuk itu strategi  Kepemimpinan holistik adalah salah satu strategi kepemimpinan yang antisipatif dalam menghadapi masalah yang kompleks secara terintegrasi (holistik) dan inovatif di era persaingan.
2.3.1        Kapasitas Kepemimpinan Holistik
Kepemimpinan Holistik
Salah satu keunikan Kepemimpinan holistik adalah sebelum bertindak pemimpin lebih dahulu mengukur kesenjangan kapasitas kepemimpinan  dari enam elemen yaitu elemen kepemimpinan pelanggan, kepemimpinan strategi bisnis, kepemimpinan budaya dan kepemimpinan nilai, kepemimpinan kerja tim, kepemimpinan organisasi, kepemimpinan personal.
Elemen Kepemimpinan holisti
1.      Kepemimpinan pelanggan-menyampaikan nilai pada pelanggan eksternal. Mempresentasikan kebutuhan dan nilai-nilai pelanggan dan menekankan pada individu-individu untuk membuat keputusan berdasarkan pada kepentingan yang terbaik dari pelanggan.
2.      Kepemimpinan strategi bisnis-menciptakan dan melaksanakan strategi bisnis yang memberikan keuntungan kompetitif. Menjamin bahwa penentuan arah strategi adalah kunci penting untuk semua pembuatan keputusan di organisasi.
3.      Kepemimpinan berbudaya dan bernilai-mengangkat peran budaya dan nilai-nilai untuk mewujudkan kesuksesan di organisasi.Pemimpin seharusnya melobi secara efektif untuk memastikan dampak budaya dalam pembuatan keputusan bisnis dan menjamin agar program dan kebijakan sejalan dengan budaya organisasi;
4.      Kepemimpinan organisasi-menembus batas-batas fungsional untuk memberdayakan sumber daya secara bersama-sama di organisasi. Mendorong pemikiran integratif dan mendorong pembuatan keputusan dengan mengintegrasikan peluang dan isu-isu secara lintas fungsional.
5.      Kepemimpinan tim-membangun tim yang kuat memberikan kekuatan yang lebih besar dari penjumlahan masing masing bagian. Membangun tim yang kredibel dan menggali sumber daya untuk mendukung kegiatan tim.
6.      Kepemimpinan personal-mengupayakan kepemimpinan personal yang efektif dan memodel nilai organisasi mereka. Mengomunikasikan hasyrat dan harapan seseorang dan menterjemahkannya dalam bentuk nilai-nilai/ norma yang kredibel untuk mendukung tujuan organisasi.
Kemampuan pemimpin holistik
Ada 5 langkah yang harus dimiliki oleh seorang kepemimpinan holistik adalah sebagai berikut :
1.   Kemampuan 1:
Penginderaan (Sensing), yaitu kemampuan pemimpin untuk memahami perspektif orang lain. Penginderaan tersebut meliputi mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan menggunakan informasi tersebut untuk mengenali dan mengantisipasi nilai, kebutuhan dan keinginan pelanggan.
2.   Kemampuan 2 :
Menciptakan (Creating), Kemampuan menciptakan adalah kemampuan pemimpin untuk membangun suatu solusi yang baru sebagai cara merespon situasi dan apa yang sudah dipelajari dari lingkungan.
3.   Kemampuan 3 :
Mengimplementasikan (Implementing), kemampuan mengimplementasikan adalah kemampuan pemimpin dalam memobilisasi sumber daya dan orang dalam menjalankan rencana yang sudah disusun.
4.   Kemampuan 4 :
Membangun hubungan (Connecting), Membangun hubungan adalah kemampuan pemimpin untuk membangun hubungan dengan kelompok stakeholder yang berbeda. Hal ini meliputi membangun kepercayaan, memengaruhi harapan dan mewujudkan ide pemikiran yang jujur.
5.   Kemampuan 5 :
Advokasi (Advocating), Advokasi adalah kemampuan pemimpin melobi kelompok stakeholder, atau kelompok kepentingan khusus dan memastikan posisi mereka diperhitungkan dalam pembuatan keputusan.
2.3.2        Implementasi Peningkatan Kapasitas Kepemimpinan
Implementasi Kapasitas Kepemimpinan
Langkah langkah untuk mengimplementasikan kapasitas pemimpin yang baik adalah dengan melakukan :
1.      Menetapkan kebutuhan Kepemimpinan Puskesmas di masa yang akan datang.Misalnya: beberapa pemimpin ingin mewujudkan organisasi yang lebih progressif yang mampu menyediakan dan mengalokasikan sumber daya untuk membangun Kapasitas Kepemimpinan.
2.      Mengukur kesenjangan kapasitas Kepemimpinan secara holistik
Melakukan self assessment untuk mengevaluasi perilaku kepemimpinan holistik dari setiap individu pimpinan sehingga memberikan gambaran perspektif secara luas. Kesenjangan ini memberikan data yang bernilai yang berkaitan dengan potensi pemimpin secara spesifik.
3.      Bertindak untuk membangun kapasitas
Pemimpin perlu menargetkan pengembangan dirinya di wilayah yang menunjukkan kekurangan. Beberapa panduan untuk memprioritaskan sasaran pada Kesenjangan Kapasitas sebagai berikut:
·         Membangun kapasitas pada elemen dan kemampuan. (keenam elemen kepemimpinan menunjukkan wilayah yang kritis yang harus menjadi perhatian pemimpin agar mampu mempraktekkan kepemimpinan holistik. Dengan memperhatikan pada keenam elemen tersebut dapat membantu pemimpin melakukan transisi dari mempraktekkan aspek fungsional kepemimpinan kepada aspek yang lebih holistik.Selain itu perhatian pemimpin juga sama pentingnya untuk meningkatkan diri didalam kelima kapasitas (sensing, creating, implementing, communicating dan advocating).
·         Melengkapi satu set ketrampilan. Cara efektif lainnya untuk menargetkan kesenjangan kepemimpinan adalah dengan cara bekerja dengan pemimpin yang lebih mumpuni untuk dapat melengkapi satu set ketrampilan yang dibutuhkan pemimpin. Misalnya jika anda kuat didalam kemampuan sensing (membaca kebutuhan) pelanggan, tetapi memiliki kekurangan didalam mengimplementasikan dan menghubungkan, temukan kolega yang kuat didalam wilayah tersebut. Dengan bekerja bersama, anda akan mengembangkan kekuatan didalam kapasitas kepemimpinan.
·         Menargetkan pembangunan kapasitas pada tempat yang kritis didalam siklus hidup Kepemimpinan. Cara yang lain untuk menargetkan kemampuan pemimpin adalah dengan memfokuskan perhatian pada tempat tempat kritis didalam siklus kepemimpinan anda.Misalnya jika anda ditugaskan untuk menjalani transisi kepemimpinan, dari posisi sebagai pegawai menjadi manajer di saat pertama kali. Transisi ini memberikan tantangan pada anda sehingga anda harus merubah cara berpikir dalam mengemban tugas baru anda.
4.      Melakukan rencana pemimpin untuk mendukung upaya memajukan organisasi. Strategi yang disusun adalah sebagai berikut:
a.       Pemimpin mengambil bagian dalam kegiatan / program peningkatan kapasitas kepemimpinan.
b.      Sebagai fasilitator perubahan yang senantiasa mendorong perubahan, bukan menjadi penghambat.
c.       Mendorong praktik praktik untuk membangun kapasitas kepemimpinan
d.      Membangun kualitas kepemimpinan holistik didalam organisasi dan tim.




















BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan
Menetapkan kebutuhan Kepemimpinan Puskesmas di masa yang akan datang.Misalnya: beberapa pemimpin ingin mewujudkan organisasi yang lebih progressif yang mampu menyediakan dan mengalokasikan sumber daya untuk membangun Kapasitas Kepemimpinan.
Mengukur kesenjangan kapasitas Kepemimpinan secara holistik Melakukan self assessment untuk mengevaluasi perilaku kepemimpinan holistik dari setiap individu pimpinan sehingga memberikan gambaran perspektif secara luas. Kesenjangan ini memberikan data yang bernilai yang berkaitan dengan potensi pemimpin secara spesifik. Self assessment dilakukan dengan instrumen kapasitas kepemimpinan Holistik yang berisi enam (6) elemen. Self assessment menghasilkan peta Kapasitas Kepemimpinan. Dengan hasil assessment pemimpin bisa mengetahui kekurangannya (area yang lemah) dan kekuatannya (area yang kuat). Misalnya : Potensi pemimpin yang terbaik adalah sebagai Role model; potensi kedua adalah Pemimpin berkualitas, potensi ketiga adalah Pemimpin yang butuh pengembangan.
Bertindak untuk membangun kapasitas Pemimpin perlu menargetkan pengembangan dirinya di wilayah yang menunjukkan kekurangan. Beberapa panduan untuk memprioritaskan sasaran pada Kesenjangan Kapasitas sebagai berikut:  Membangun kapasitas pada elemen dan kemampuan.(keenam elemen kepemimpinan menunjukkan wilayah yang kritis yang harus menjadi perhatian pemimpin agar mampu mempraktekkan kepemimpinan holistic.Dengan memperhatikan pada keenam elemen tersebut dapat membantu pemimpin melakukan transisi dari mempraktekkan aspek fungsional kepemimpinan kepada aspek yang lebih holistik.Selain itu perhatian pemimpin juga sama pentingnya untuk meningkatkan diri didalam kelima kapasitas (sensing, creating, implementing, communicating dan advocating)
Melengkapi satu set ketrampilan. Cara efektif lainnya untuk menargetkan kesenjangan kepemimpinan adalah dengan cara bekerja dengan pemimpin yang lebih mumpuni untuk dapat melengkapi satu set ketrampilan yang dibutuhkan pemimpin.Misalnya jika anda kuat didalam kemampuan sensing (membaca kebutuhan) pelanggan, tetapi memiliki kekurangan didalam mengimplementasikan dan menghubungkan, temukan kolega yang kuat didalam wilayah tersebut.Dengan bekerja bersama, anda akan mengembangkan kekuatan didalam kapasitas kepemimpinan.
Menargetkan pembangunan kapasitas pada tempat yang kritis didalam siklus hidup Kepemimpinan. Cara yang lain untuk menargetkan kemampuan pemimpin adalah dengan memfokuskan perhatian pada tempat tempat kritis didalam siklus kepemimpinan anda.Misalnya jika anda ditugaskan untuk menjalani transisi kepemimpinan, dari pegawai menjadi manajer yang pertama kali. Transisi ini memberikan tantangan pada anda sehingga anda harus merubah cara berpikir dalam mengemban tugas baru anda.
Melakukan rencana pemimpin untuk mendukung upaya memajukan organisasi. Strategi yang disusun adalah sebagai berikut: a. Pemimpin mengambil bagian dalam kegiatan / program peningkatan kapasitas kepemimpinan. b. Sebagai fasilitator perubahan yang senantiasa mendorong perubahan, bukan menjadi penghambat. c. Mendorong praktik praktik untuk membangun kapasitas kepemimpinan d. Membangun kualitas kepemimpinan holistik didalam organisasi dan tim

3.2              Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan ini belum mencapai titik kesempunaan, jadi kritikan yang membangun sangat diharapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pelayanan Penyakit Menular TB di Keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1               Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular, disebabkan oleh kuman...