BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bab ini menguraikan berbagai proses yang
terjadi selama kala dua persalinan dan asuhan yang diperlukan untuk memandu
kelancaran proses tersebut. Proses-proses fisiologis yang terjadi terdiri dari
mulainya gejala dan tanda kala dua hingga lahirnya bayi. Penolong persalinan,
harus mampu untuk menangani berbagai proses di dalam periode tersebut diatas,
juga diharapkan terampil dalam mencegah terjadinya berbagai penyulit, mengenali
gangguan atau komplikasi kala dua sejak tahap yang paling dini, melakukan
resusitasi dan stabilisasi kegawatdaruratan medic dan merujuk ibu bersalin
secara optimal dan tepat waktu.
Persalinan normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18
jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin. (sarwono,1)
Kala II persalinan adalah proses
pengeluaran buah kehamilan sebagai hasil pengenalan dan piñata laksanaan kala
pembukaan, batasan kala II dimulai ketika pembukaan servik sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi, kala II juga disebut sebagai
pengeluaran bayi. (Depkes RI hal 79)
Kelahiran bayi
merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya
,sangat penting untuk di ingat bahwa persalian adalah proses yang normal dan
merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi
yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat
pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan terus menerus dan
penatalaksanaan yang terampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman
melahirkan yang menyenangkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan.
1.2
Rumusan masalah
1.
Apa pengertian dari kala II persalinan?
2.
Apa persiapan pertolongan persalinan?
3.
Apa saja penatalaksanaan fisiologis kala dua?
4.
Bagaimana prosedur menolong kelahiran bayi?
5.
Apa saja pemantauan selama kala II persalinan?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari kala II persalinan?
2.
Untuk mengetahui persiapan pertolongan persalinan?
3.
Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan fisiologis kala dua?
4.
Untuk mengetahui prosedur menolong kelahiran bayi?
5.
Untuk mengetahui apa saja pemantauan selama kala II persalinan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Kala dua persalinan dimulai dari pembukaan
lengkap serviks (10cm), dilanjutkan dengan upaya mendorong bayi keluar dari
jalan lahir dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua persalinan disebut juga
sebagai kala pengeluaran bayi.
Kala
II persalinan adalah kala pengeluaran bayi ,di mulai dari pembukaan lengkap
sampai bayi lahir Uterus dengan kekuatan hisnya di tambah kekuatan meneran akan
mendorong bayi hingga lahir .Proses ini biasanya berlangsung 2 Jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosi prsalina kala II ditegakkan
dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan
kepala janinsudah tampak pada vulva.
Kala
dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran
bayi. Kontraksi selama kala dua adalah sering, kuat dan sedikit lebih lama
yaitu kira-kira 2 menit yang berlangsung 60-90 detik dengan interaksi tinggi
dan semakin ekspulsif sifatnya.
2.1.1
Gejala dan Tanda Kala Dua Persalinan
Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah:
·
Ibu
merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
·
Ibu
merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/ atau vaginanya
·
Perineum
menonjol
·
Vulva
dan sfingter ani membuka
·
Meningkatnya
pengeluaran lender bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui
periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah:
·
Pembukaan
serviks telah lengkap, atau
·
Terlihatnya
bagian kepala bayi melalui introitus vagina
2.2
Persiapan penolong persalinan
Salah satu persiapan bagi penolong adalah
memastikan penerapan prinsip dan praktik pencegahan infeksi (PI) yang
dianjurkan, termasuk mencuci tangan, memakai sarung tangan DTT/ Steril dan
mengenakan perlengkapan perlindungan diri.
2.2.1
Sarung Tangan
Sarung tangan DTT/Steril harus selalu dipakai
selama melakukan periksa dalam, membantu kelahiran bayi, episiotomy, penjehitan
laserasi dan asuhan segera bagi bayi baru lahir. Sarung tangan DTT/Steril harus
menjadi bagian dari perlengkapan untuk menolong persalinan (partus set) dan prosedur penjahitan (suturing atau heckting set). Sarung tangan harus diganti apabila terkontaminasi,
robek atau bocor.
2.2.2
Perlengkapan Perlindungan Diri
Perlindungan diri merupakan penghalang atau barier
antara penolong dengan bahan-bahan yang berpotensi untuk menularkan penyakit.
Oleh sebab itu, penolong harus memakai celemek yang bersih dan penutup kepala
atau ikat rambut pada saat menolong persalinan. Juga gunakan masker penutup
mulut dan pelindung diri selama membantu kelahiran bayi dan plasenta serta saat
melakukan penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
2.2.3
Persiapan Tempat Persalinan, Peralatan dan
Bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan di
mana proses persalinan akan berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki
pencahayaan/penerangan yang cukup (baik melalui jendela, lampu di langit-langit
kamar ataupun sumber cahaya lainnya). Dimensi ruang untuk 1 ranjang bersalin
adalah 3x(2x2x3m³) dimana angka 3 pertama menunjukkan jumlah orang yang ada (1
pasien, 1 penolong, dan 1 pendamping) dan angka yang ada di dalam kurung adalah
dimensi atau ruang yang diperlukan untuk setiap orang (12m³) yang terbagi dalam
ukuran panjang, lebar dan tinggi. Jika di kamar bersalin ditempatkan 2 ranjang
bersalin maka dimensi ruangnya adalah 2 kali ukuran tersebut diatas atau
2x3x12m³ atau 72m³ atau 4 meter x 6 meter x 3 meter (lebar x panjang x tinggi).
Ibu dapat melaksanakan persalinan di tempat
tidur dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih, kain tebal dan
pelapis anti bocor (plastik). Jika tempat bersalin hanya beralaskan kayu atau
kasur yang diletakkan diatas lantai maka lapisan paling bahwa adalah kain tebal
yang diatasnya dilapisi dengan plastik anti bocor). Ruangan harus hangat
(tetapi jangan panas) dan terhalang dari tiupan angin secara langsung. Selain
itu, harus tersedia meja atau permukaan yang bersih, kering dan mudah dijangkau
untuk meletakkan semua peralatan yang diperlukan. Pastikan bahwa semua
perlengkapan dan bahan-bahan tersedia dan berfungsi dengan baik; termasuk
perlengkapan untuk menolong persalinan, menjahit laserasi atau luka episiotomy
dan resusitasi bayi baru lahir. Meja asuhan atau resusitasi bayi baru lahir
harus dalam jangkauan 30 detik atau jarak dibawah 2 meter dari lokasi ranjang
bersalin. Semua perlengkapan dan bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obat
esensial yang dibutuhkan untuk persalinan, membantu kelahiran dan asuhan bayi
baru lahir.
2.2.4
Penyiapan Tempat dan Lingkungan untuk
Kelahiran Bayi
Persiapan untuk mencegah terjadinya kelahiran
panas tubuh yang berlebihan pada bayi baru lahir harus dimulai dari sebelum
kelahiran bayi. Siapkan lingkungan yang sesuai bagi proses kelahiran bayi atau
bayi baru lahir dengan memastikan bahwa ruangan tersebut bersih, hangat
(minimal 25ºC), pencahayaannya cukup, dan bebas dari tiupan angina (matikan
kipas angin atau pendingin udara bila sedang terpasang). Sediakan penghangat
tubuh bayi diatas meja asuhan bayi baru lahir yaitu lampu pijar (bohlam) 60
watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. Lebih baik jika tersedia infant warmer elektrik yang dapat diatur
tingkat kehangatan atau temperatur dibawah elemen pemanas. Jika ibu bermukim di
daerah pegunungan atau beriklim dingin, sebaiknya disediakan minimal 2 selimut, kain atau handuk
yang kering dan bersih untuk mengeringkan dan menjaga kehangatan tubuh bayi.
2.2.5
Persiapan Ibu dan Keluarga
Asuhan
Sayang Ibu
·
Anjuran
ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan dan kelahiran
bayinya. Dukungan dari suami, orang tua, dan kerabat yang disukai ibu, sangat
diperlukan dalam menjalani proses persalinan.
Alasan: Hasil persalinan yang baik
ternyata erat hubungannya dengan dukungan
dari keluarga yang mendampingi ibu selama
proses persalinan (Enkin, et al, 2000).
·
Anjuran
keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu untuk berganti
posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman, teman
bicara, dan memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan melahirkan
bayinya.
·
Penolong
persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan anggota
keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau
kelahiran bayi kepada mereka.
·
Tenteramkan
hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala dua persalinan. Lakukan bimbingan
dan tawarkan bantuan jika diperlukan.
·
Bantu
ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
·
Setelah
pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran jika ada kontraksi atau dorongan
spontan dan kuat untuk meneran. Jangan
anjuran ibu untuk meneran berkepanjangan sehingga upaya bernafas akan
terhalang. Anjuran ibu beristirahat di antara kontraksi.
Alasan: Meneran secara berkepanjangan
menyebabkan upaya bernafas terganggu
sehingga terjadi kelelahan yang tak perlu dan
meningkatkan resiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunnya pasokan oksigen
melalui plasenta (Enkin, et al, 2000).
·
Anjuran
ibu untuk minum selama persalinan kala dua
Alasan: Ibu bersalin mudah mengalami dehidrasi
selama persalinan dan proses
kelahiran
bayi. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu mengalami dehidrasi (Enkin, et
al, 2000).
·
Jika ibu khawatir dalam menghadapi kala
II persalinan, berikan rasa aman, semangat dan dukungan selama persalinan
berlangsung. Semua itu akan mengurangi ketegangan sehingga dapat melancarkan
proses persalinan dan kelahiran bayi. Jelaskan tentang cara dan tujuan dari
setiap tindakan yang akan dilakukan, jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu,
dan jelaskan apa yang mungkin terjadi/dialami ibu dan bayi, juga temuan hasil
pemeriksaan yang dilakukan (misalnya tekanan darah, denyut jantung janin, hasil
periksa dalam, dsb).
Membersihkan Perineum Ibu
Praktik terbaik pencegahan infeksi pada persalinan
kala dua diantaranya adalah melakukan pembersihan vulva dan perineum menggunakan
air matang (DTT). Gunakan gulungan kapas atau kasa bersih yang dibasahi dengan
air DTT, bersihkan mulai dari bagian atas ke arah bawah (dari bagian anterior
vulva ke arah anus), cegah terjadinya kontaminasi tinja. Letakkan kain bersih
di bawah bokong saat ibu mulai meneran. Sediakan kain bersih cadangan di
dekatnya. Jika keluar tinja saat ibu meneran, jelaskan bahwa hal itu biasa
terjadi. Bersihkan tinja dengan kain alas bokong atau gulungan kassa sambil
tetap menggunakan sarung tangan. Ganti kain alas bokong dengan sarung tangan
DTT yang terkontaminasi tinja. Jika tak tersedia cukup waktu untuk membuang
tinja ke wadah yang tersedia atau ibu meneran dan bayi akan segera lahir maka
sisihkan dan tutupi tinja tersebut dengan kain bersih lainnya agar tidak
mengkontaminasi bayi.
Mengosongkan Kandung Kemih
Anjurkan ibu dapar berkemih setiap 2 jam atau lebih
sering jika kandung kemih selalu terasa penuh. Jika diperlukan, bantu ibu untuk
ke kamar mandi. Jika ibu tak dapat berjalan ke kamar mandi, bantu agar ibu
dapat duduk dan berkemih di wadah penampungan urin.
Alasan: Kandung kemih yang penuh
dapat mengacaukan penilaian sensasi nyeri, apakah akibat kandung kemih penuh
atau kontraksi. Sebelum ini, kandung kemih yang penuh dianggap sebagai
penghambat penurunan kepala bayi tetapi tidak ada bukti sahih yang menyokong
pendapat tersebut. Untuk menghindarkan cedera pada kandung kemih, pastikan
kandung kemih telah kosong sebelum melakukan tindakan per vaginam (misalnya,
ekstraksi vakum, ekstrasi forceps, penanganan distosia bahu, dsb).
Jangan
melakukan kateterisasi rutin pada kandung kemih sebelum/setelah kelahiran bayi
dan/atau plasenta. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan bila terjadi
retensi urin dan ibu tak mampu berkemih sendiri.
Alasan: Selain menyakitkan,
kateterisasi dapat meningkatkan resiko infeksi, trauma,
perlukaan, atau
morbiditas pada saluran kemih ibu.
2.2.6
Amniotomi
Lakukan amniotomi jika selaput ketuban belum
pecah, telah terjadi pembukaan lengkap, dan ibu meneran spontan. Perhatikan
warna air ketuban yang keluar (J,M,D) saat amniotomi. Jika terjadi pewarnaan
meconium pada air ketuban maka lakukan persiapan pertolongan bayi baru lahir
karena kondisi tersebut menunjukkan adanya hipoksia intrauteri.
2.3
Penatalaksanaan Fisiologis Kala Dua
Proses fisiologis kala dua persalinan
diartikan sebagai serangkaian peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang periode
tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan ibu
sendiri). Gejala dan tanda kala dua juga merupakan mekanisme alamiah bagi ibu
dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai. Setelah pembukaan lengkap, beritahukan pada
ibu bahwa akan terjadi dorongan alamiah berupa rasa tegang pada dinding perut
yang diikuti rasa nyeri dan ingin meneran (jika kepala bayi menekan pleksus
Frankenhauser pada rectum) untuk mengeluarkan bayi dari jalan lahir. Setelah
itu, kontraksi mereda dan ibu harus beristirahat hingga timbul kembali gejala
alamiah tersebut diatas (ibu harus beristirahat diantara kontraksi).
Ibu dapat memilih posisi yang nyaman, baik
berdiri, merangkak, berjongkok atau miring untuk memberi rasa nyaman dan
mempersingkat kala dua. Beri keleluasaan untuk ibu mengeluarkan suara selama
persalinan dan kelahiran bayi jika ibu memang menginginkannya atau dapat
mengurangi rasa tidak nyaman yang dialaminya.
Pada masa sebelum ini, sebagian besar
penolong akan segera meminta ibu agar “menarik nafas pajang dan meneran” setelah
terjadi pembukaan lengkap. Ibu dipimpin meneran tanpa henti selama 10 detik
atau lebih (“meneran dengan tenggorokan terkatup” atau manuver Valsava) hingga
tiga sampai empat kali per kontraksi (Sagady, 1995).
Hal ini ternyata akan mengurangi pasokan
oksigen ke bayi yang ditandai dengan menurunnya denyut jantung janin (DJJ) dan
nilai APGAR yang lebih rendah dari normal (Enkin, et al, 2000). Cara meneran
seperti tersebut diatas, bukan merupakan tatalaksana fisiologis kala dua. Pada
tatalaksana fisiologis kala dua, ibu mengendalikan dan mengatur saat meneran
dengan fasilitasi cara meneran yang efektif dan benar dari penolong persalinan.
Harap diingat bahwa sebagian besar daya dorong untuk melahirkan bayi,
dihasilkan dari kontraksi uterus. Meneran
hanya menambah daya kontraksi untuk mengeluarkan bayi.
2.3.1
Membimbing Ibu untuk Meneran
Jika kala dua telah dapat dipastikan, tunggu
sampai ibu merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran. Teruskan pemantauan
kondisi ibu dan bayi.
Diagnosis
Kala II dan Memulai Upaya Meneran:
·
Cuci
tangan (gunakan sabun dan air bersih yang mengalir)
·
Pakai
sarung tangan DTT / Steril untuk periksa dalam
·
Beritahu
ibu saat, prosedur dan tujuan pemeriksaan dalam
·
Lakukan
pemeriksaan dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah lengkap (10cm),
lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur PI
·
Jika
pembukaan belum lengkap, tenteramkan
ibu dan bantu ibu mencari posisi nyaman (bila ingin berbaring) atau
berjalan-jalan di sekitar ruang bersalin. Ajarkan cara bernafas selama
kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayinya dan catatkan semua temuan
pada partograf.
·
Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan
belum lengkap, beritahukan belum saatnya untuk meneran, beri nasehat untuk
tidak meneran dan ajarkan cara bernafas cepat selama kontraksi berlangsung.
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dan beritahukan untuk menahan
diri untuk meneran hingga penolong memberitahukan saat yang tepat untuk itu.
·
Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa
ingin meneran, bantu ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk
meneran secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi.
Anjurkan keluarga ibu untuk membantu dan mendukung usahanya. Catatkan hasil
pemantauan pada partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat beristirahat di antara
kontraksi.
·
Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada
dorongan untuk meneran, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila
masih mampu, anjurkan untuk berjalan-jalan). Posisi berdiri dapat membantu
penurunan bayi yang berlanjut dengan dorongan untuk menran. Ajarkan cara
bernafas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayi dan catatkan
semua temuan pada partograf. Berikan cukup cairan dan anjurkan / perbolehkan
ibu untuk berkemih sesuai kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit. Stimulasi
putting susu mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi. Jika
ibu ingin meneran, lihat petunjuk pada butir 7 diatas.
·
Jika ibu masih meneran ada dorongan untuk
meneran setelah 60 menit (nulipara) atau 30 menit (multipara) sejak pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran di setiap
puncak (fase acme) kontraksi. Anjurkan ibu mengubah posisinya secara teratur,
tawarkan untuk minum, dn pantau DJJ setiap 5-10 menit. Lakukan stimulasi
putting susu untuk memperkuat kontraksi.
·
Jika Bayi tidak lahir setelah 60 menit (nulipara)
atau 30 menit (multipara) meneran dan kontraksi adekuat atau jika
kelahiran bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karenan tidak
turunnya kepala bayi mungkin disebabkan disproporsi kepala panggul ; (CPD).
2.3.2
Posisi Ibu Saat Meneran
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling
nyaman. Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala II karena hal
ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling
efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik.
Gambar Posisi Duduk dan Setengah Duduk
Posisi duduk dan setengah duduk dapat
memberikan rasa nyaman bagi ibu dan memberi kemudahan baginya untuk beristirahat
di antara kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah gaya gravitasi
untuk membantu ibu melahirkan bayinya.
Gambar
Posisi Jongkok, Berdiri, dan Litotomi
Posisi jongkok atau berdiri dapat membantu
mepercepat kemajuan kala dua persalinan dan mengurangi rasa nyeri, sedangkan
posisi litotomi setengah duduk cukup efektif untuk meneran.
Gambar
Posisi Telungkup atau Berbaring Miring ke Kiri
Beberapa ibu merasa bahwa telungkup (bertahan
pada kedua tangan dan lutut) atau berbaring miring ke kiri membuat mereka lebih
nyaman dan efektif untuk meneran. Kedua posisi tersebut juga akan membantu
perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput
anterior.
Posisi telungkup seringkali membantu ibu
mengurangi nyeri punggung saat persalinan. Posisi berbaring miring ke kiri
memudahkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami
kelelahan dan juga dapat mengurangi resiko terjadinya laserasi perineum.
Cara
Meneran
·
Anjurkan
ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama kontraksi.
·
Beritahukan
untuk tidak meahan nafas saat meneran.
·
Minta
untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontraksi.
·
Jika
ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk meneran
jika lutut ditarik kea rah dada dan dagu ditempelkan ke dada.
·
Minta
ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
·
Tidak diperbolehkan mendorong fundus untuk
membantu kelahiran bayi. Dorongan
pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan ruptura uteri. Peringatkan
anggota keluarga ibu untuk tidak mendorong fundus bila mereka mencoba
melakukannya.
Catatan:
jika ibu adalah Primigravida dan
bayinya belum lahir atau persalinan tidak akan segera terjadi setelah dua jam meneran maka ia harus segera
dirujuk ke fasilitas rujukan. Lakukan hal yang sama apabila seorang multigravida belum juga melahirkan
bayinya atau persalinan tidak akan segera terjadi setelah satu jam meneran (lihat Alur Penetalakasanaan Fisiologis Kala Dua).
2.4
Mendorong Kelahiran Bayi
2.4.1
Posisi Ibu Saat Melahirkan
Ibu dapat melahirkan bayi pada posisi apapun
kecuali pada posisi berbaring terlentang (supine
position) yang terlalu lama (lebih dari 10 menit).
Alasan:
jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, cairan
ketuban, plasenta, dll) akan menekan vena cava inferior ibu. Hal ini akan
mengurangi pasokan oksigen melalui sirkulasi utero-plasenter sehingga akan
menyebabkan hipoksia pada bayi. Berbaring terlentang juga akan mengganggu
kemajuan persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif (Enkin, et
al, 2000).
Apapun posisi yang
dipilih oleh ibu, pastikan tersedia alas kain atau sarung bersih di bawah ibu
dan kemudahan untuk menjangkau semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan
untuk membantu kelahiran bayi. Tempatkan juga kain handuk bersih di atas perut
ibu sebagai alas tempat meletakkan bayi baru lahir.
2.4.2
Pencegahan Laserasi
Laserasi spontan
pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu
dilahirkan.kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat
dan tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual
yang tepat (dibahas di bagian selanjutnya) dapat mengatur kecepatan kelahiran
bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama akan sangat bermanfaat saat
kepala bayi pada diameter 5-6cm tengah membuka vulva (crowning) karena pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter
kapala saat melewati introitus dan perineum dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya robekan. Bimbing ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernafas
cepat pada waktunya.
Gambar yang memperagakan bagaimana cara
membimbing ibu untuk melahirkan kepala bayi
Gambar kepala membuka vulva Ø5-6cm (crowning
of the head)
Episiotomi
hanya dilakukan jika ada indikasi dan tidak dilakukan secara rutin. Beberapa indikasi episiotomi diantaranya
adalah perineum yang rigid, makrosomia, atau tindakan medik operatif pervaginam
(ekstrasi forceps, distosia bahu, dsb). Episiotomi dapat mengarahkan alur luka,
mencegah robekan perineum yang berlebihan, irisan yang rata akan memudahkan
proses penjahitan (reparasi), mengurangi tekanan pada kepala dan infeksi.
Episiotomi yang dilakukan secara rutin, dapat merugikan dan meningkatkan
mordibitas yang tidak perlu dan dan menambah biaya persalinan. Para penolong
persalinan harus cermat membaca kata rutin
pada episiotomi karena hal itulah yang tidak dianjurkan, bukan
episiotominya.
Episiotomi
rutin tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan:
·
Meningkatkan
jumlah darah yang hilang dan resiko hematoma
·
Kejadian
laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak pada episiotomi rutin
dibandingkan dengan tanpa episiotomy
·
Meningkatkan
nyeri pasca persalinan di daerah perineum
·
Meningkatnya
resiko infeksi (terutama jika prosedur Pencegahan Infeksi diabadikan)
Gambar
Episiotomi Mediolateralis
Indikasi
untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat kelahiran bayi jika:
·
Gawat
janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan pervaginam
·
Penyulit
kelahiran pervaginam (sungsang, distosia bahu, ekstrasi cunam (forsep) atau
ekstraksi vakum)
·
Jaringan
parut pada perineum atau vulva yang memperlambat kemajuan persalinan
|
Gambar
Bimbingan Saat Membantu Kelahiran Kepala Bayi
Disadur
dari Beck, Buffington & Mc Dermot.
2.4.3
Melahirkan Kepala
Saat kepala bayi membuka vulva 5-6cm (crowning), letakkan kain yang bersih dan
kering yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan siapkan kain/handuk bersih
pada perut bawah ibu (untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir). Lindungi
perineum dengan satu tangan (diselubungi kain bersih dan kering), jika jari
pada salah sisi perineum, 4 jari tangan pada sisi yang lain , dan tangan lain
pada belakan kepala. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi
pada saat keluar secara bertahap melewati vulva dan perineum.
Alasan:
melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara bertahap dan
hati-hati dapat mengurangi regangan berlebihan (robekan) pada vagina dan
perineum.
Gambar
Menahan Belakang Kepala Dan Perineum
Jika bayi menangis
dan bernafas spontan, tidak perlu dilakukan penghisapan mukus. Jika diperlukan
(bayi asfiksia), pertama kali lakukan penghisapan mukus pada mulut, baru
kemudian dilakukan penghisapan mukus pada hidung. Menghisap mukus pada hidung
terlebih dulu, dapat menybabkan bayi menarik nafas dan terjadi aspirasi
mekonium atau cairan yang berada pada muara saluran nafas. Jangan masukkan
kateter atau bola karet penghisap terlalu dalam pada mulut atau hidung bayi.
Hisap mukus/lendi pada bayi secara lembut, hindari penghisapan yang terlalu
dalam dan agresif.
Periksa
Tali Pusat Pada Leher
Setelah kepala bayi
lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernafas cepat. Periksa leher bayi
apakah terlilit oleh tapi pusat. Jika ada dan lilitan di leher bayi cukup longggar maka lepaskan lilitan
tersebut dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat sangat erat maka
klem jpit tali pusat 2 tempat di mana jarak antara masing-masing klem adalah 3
cm, kemudian potong tali pusat di antara 2 klem tersebut.
Gambar
Memeriksa Lilitan Tali Pusat dan Melepaskannya
Seperti yang telah
diuraikan diatas, jangan melakukan penghisapan lendir secara rutin pada mulut
dan hidung bayi. Sebagian besar bayi sehat dapat menghilangkan lendir tersebut
secara alamiah melalui mekanisme bersin dan menangis saat lahir. Penghisapan
lendir yang terlalu dalam dapat menyebabkan ujung kanul penghisap menyentuh
daerah orofaring yang memiliki banyak anyaman syaraf parasimpatis sehingga
dapat menimbulkan reaksi vaso-vagal. Reaksi ini menyebabkan perlambatan denyut
jantung (bradikardia) dan/atau henti nafas (apnea) yang sangat membahayakan
keselamatan jiwa bayi (Enkin, et al, 2000). Terkait dengan hal tersebut, tidak
dianjurkan melakukan penghisapan mucus/lendir pada mulut dan hidung secara
rutin.
Gambar
Melahirkan Bahu Anterior Dan Posterior
2.4.4
Melahirkan Bahu
·
setelah
menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi
berikut dan terjadinya putaran paksi luar secara spontan.
·
Letakkan
tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu meneran sambil penolong
meletakan kepala kea rah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu depan
melewati simfisis.
·
Setelah
bahu depan lahir, gerakkan kepala keatas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu
bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan.
Catatan:
Sulit untuk memperkirakan kapan distosia bahu dapat terjadi. Sebaiknya
selalu diantisipasi kemungkinan terjadinya distosia bahu pada setiap kelahiran
bayi, terutama pada bayi-bayi besar dan penurunan kepala lebih lambat dari
biasanya. Jika terjadi disotosia bahu maka tatalaksana sebaik mungkin.
Tanda-tanda dan gejala-gejala
distosia bahu adalah sbagai berikut:
·
Kepala
seperti tertahan di dalam vagina
·
Kepala
lahir tetapi tidak terjadi putaran paksi luar.
·
Sebagian
kepala keluar saat ibu meneran kuat tapi kemudian kembali ke dalam vagina
setelah meneran selesai (turtle sign).
Gambar
Melahirkan Tubuh Bayi
2.4.5
Melahirkan Seluruh Tubuh Bayi
·
Saat
bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) kea rah perineum dan
sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut.
·
Gunakan
tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan lengan bawah posterior saat
melewati perineum
·
Tangan
bawah (posterior) menopang bagian samping posterior tubuh bayi saat dilahirkan.
·
Secara
simultan, tangan atas (anterior) menelusuri dan memegang bahu, siku dan lengan
bawah anterior.
·
Lanjutkan
penelusuran dan pegang bagian punggung, bokong dan kaki.
·
Dari
arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas diantara kedua kaki bayi yang
kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari tangan lainnya.
·
Letakkan
bayi dia atas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut bawah ibu dan
posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.
·
Segera
keringkan dan lakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan kain atau
selimut di atas perut ibu. Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dengan baik.
Tabel : Indikasi untuk Tindakan dan Rujukan
Segera selama Persalinan Kala Dua
Penilaian
|
Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan
|
Rencana Asuhan atau Perawatan
|
·
Nadi
·
Tekanan
Darah
·
Pernafasan
·
Kondisi
Keseluruhan
·
Urin
|
Tanda atau gejala syok:
·
Nadi
cepat, isi kurang (110x/menit atau lebih)
·
Tekanan
darah rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg)
·
Pucat
pasi
·
Berkeringat
atau dingin, kulit lembab
·
Nafas
cepat (lebih dari 30x/menit)
·
Cemas,
bingung atau tidak sadar
·
Produksi
urin sedikit (kurang dari 30cc/jam)
|
1.
Baringkan
miring ke kiri.
2.
Naikkan
kedua kaki untuk meningkatkan aliran darah ke jantung.
3.
Pasang
infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL
atau NS. Infuskan 1L dalam 15 sampai 20 menit; jika mungkin infuskan 2L dalam
satu jam pertama, kemudian 125cc/jam.
4.
Segera
rujuk ke RS PONEK.
5.
Dampingi
ibu ke tempat rujukan.
|
·
Nadi
·
Urin
|
Tanda atau gejala dehidrasi:
·
Nadi
cepat (100x/menit atau lebih)
·
Urin
pekat
·
Produksi
urin sedikit (kurang dari 30cc/jam.
|
1.
Anjurkan
untuk minum
2.
Nilai
ulang setiap 30 menit (menurut pedoman di partograf). jika kondisinya tidak
membaik dalam waktu satu jam, pasang infus menggunakan jarum diameter besar
(ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS 125cc/jam.
3.
Segera
rujuk ke RS PONEK.
4.
Damping
ibu ke tempat rujukan.
|
·
Nadi
·
Suhu
·
Cairan
Vagina
·
Kondisi
secara umum
|
Tanda atau gejala infeksi:
·
Nadi
cepat(110x/menit atau lebih)
·
Suhu
lebih dari 38ºC
·
Menggigil
·
Air
ketuban atau cairan vagina yang berbau
|
1.
Baringkan
miring ke kiri.
2.
Pasang
infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL
atau NS 125cc/jam.
3.
Berikan
ampisilin 2 gr atau amoksilin 2 gr per oral.
4.
Segera
rujuk ke RS PONEK.
5.
Dampingi
ibu ke tempat rujukan.
|
·
Tekanan
darah
·
Urin
·
Keluhan
subyektif
·
Kesadaran
·
Kejang
|
Tanda atau gejala preeklampsia ringan:
·
Tekanan
darah diastolic 90-110 mmHg
·
Proteinuria
hingga 2+
|
1.
Nilai
ulang tekanan darah setiap 15 menit (saat di antara kontraksi atau meneran).
2.
Miring
ke kiri dan cukup istirahat. Nifedipin Slow Release 2x30 mg
3.
Bila
gejala bertambah berat maka tatalaksana sebagai preeclampsia berat (diastolic
>110mmHg, pandangan kabur, aura, dsb).
|
Penilaian
|
Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan
|
Rencana Asuhan atau Perawatan
|
|
Tanda atau gejala preeklampsia berat atau
eklampsia:
·
Tekanan
darah diastolik 110mmHg atau lebih
·
Tekanan
darah diastolik 90mmHg atau lebih dengan kejang
·
Nyeri
kepala
·
Gangguan
penglihatan
·
Kejang
(eklampsia)
|
1.
Baringkan
miring ke kiri.
2.
Pasang
infus dengan menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan
RL atau NS 125cc/jam.
3.
Berikan
dosis awal 4 G MgSO4 40% IV dengan kecepatan 0,5-1 G/menit.
4.
Berikan
dosis pemeliharaan MgSO4 40% 1 G jam Segera rujuk ke RS PONEK.
5.
Nifedipin
5-6 mg.
6.
Dampingi
ibu ke tempat rujukan.
|
Kontraksi
|
Tanda-tanda inersia uteri:
·
Kurang
dari 3 kontraksi dalam waktu 10 menit, lama kontraksi kurang dari 40 detik
pada fase aktif persalinan.
|
1.
Anjurkan
untuk mengubah posisi dan berjalan-jalan.
2.
Anjurkan
untuk minum.
3.
Jika
selaput ketuban masih utuh dan membuka >6cm lakukan amniotomi (gunakan
setengah Kocher DTT)
4.
Stimulasi
puting susu.
5.
Kosongkan
kandung kemihnya.
6.
Jika
bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran (primigravida) atau 1 jam
(multigravida), segera rujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
7.
Damping
ibu ke tempat rujukan.
|
Penilaian
|
Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan
|
Rencana Asuhan atau Perawatan
|
Denyut
Jantung Janin
|
Tanda gawat janin:
·
DJJ
kurang dari 120 atau lebih dari 160x/menit, mulai waspada tanda awal gawat
janin
·
DJJ
kurang dari 100 atau lebih dari 180x/menit
|
1.
Baringkan
miring ke kiri, anjurkan ibu untuk menarik nafas panjang perlahan-lahan dan
berhenti meneran.
2.
Nilai
ulang DJJ setelah 5 menit:
a.
Jika
DJJ normal, minta ibu kembali meneran dan pantau DJJ setelah setiap
kontraksi. Pastikan ibu tidak berbaring terlentang dan tidak menahan nafasnya
saat meneran.
b.
Jika
DJJ abnormal, rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawatdarurat obstetric dan bayi baru lahir
c.
Dampingi
ibu ke tempat rujukan
|
Penurunan
Kepala Bayi
|
Kepala bayi tidak turun
|
1.
Minta
ibu meneran jongkok/berdiri.
2.
Jika
penurunan kepala di partograf melewati garis waspada, pembukaan dan kontraksi
memadai maka rujuk pasien ke fasilitas rujukan.
3.
Dampingi
ibu ke tempat rujukan.
|
Lahirnya
Bahu
|
Tanda-tanda distosia bahu:
·
Kepala
bayi tidak melakukan putaran paksi luar.
·
Kepala
bayi keluar kemudian tertarik kembali ke dalam vagina (kepala kura-kura)
|
Lakukan
tindakan dan upaya lanjut (tergantung hasil tindakan yang dilakukan):
1.
Perasat
Mc Robert
2.
Prone
Mc Robert (Menungging)
3.
Anterior
dysimpact
|
Penilaian
|
Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan
|
Rencana Asuhan atau Perawatan
|
|
·
Bahu
bayi tidak dapat lahir
|
4.
Perasat
Corkscrew dari Wood
5.
Perasat
Schwartz-Dixon
|
Cairan
Ketuban
|
Tanda-tanda cairan ketuban bercampur
mekonium:
·
Cairan
ketuban berwarna hijau (mengandung mekonium)
|
1.
Nilai
DJJ:
a.
Jika
DJJ normal, minta ibu kembali meneran dan pantau DJJ setelah setiap
kontraksi. Pastikan ibu tidak berbaring terlentang dan tidak menahan nafasnya
saat meneran.
b.
Jika
DJJ tidak normal, tangani sebagai gawat janin.
2.
Setelah
bayi lahir, lakukan penilaian segera dan bila bayi tidak bernafas maka hisap
lendir di mulut kemudian hidung bayi denga penghisap lendir DeLee
(DTT/steril) atau bola karet penghisap (baru&bersih). Lakukan tindakan
lanjutan sesuai dengan hasil penilaian.
|
Tali
Pusat
|
Tanda-tanda tali pusat menumbung
·
Tali
pusat teraba atau terlihat saat periksa dalam
|
1.
Nilai
DJJ, jika ada:
·
Segera
rujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
·
Dampingi
ibu ke tempat rujukan.
·
Posisikan
ibu seperti sujud dan dada menempel pada kasur/brancart. Atau
Isi kandung kemih dengan larutan NS 0,9/air
steril sekitar 150-200ml kemudian klem ujung
|
Penilaian
|
Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan
|
Rencana Asuhan atau Perawatan
|
|
|
kateter dan tinggikan bokong sambil ibu
miring ke kiri agar menekan tali pusat dan tangan lain di abdomen untuk
menahan bayi pada posisinya (keluarga dapat membantu melakukannya).
2.
Jika
DJJ tidak ada
·
Beritahu
ibu dan keluarganya
Lahirkan
bayi dengan cara yang paling aman.
|
|
Tanda-tanda lilitan tali pusat:
·
Tali
pusat melilit leher bayi
|
1.
Jika
tali pusat melilit longgar di leher bayi, lepaskan melewati kepala bayi.
2.
Jika
tali pusat melilit erat di leher bayi, lakukan penjepitan tali pusat dengan
klem di dua tempat kemudian potong diantaranya, kemudian lahirkan bayi dengan
segera.
|
Untuk
kehamilan kembar tak terdeteksi
|
Kehamilan kembar tak terdeteksi
|
1.
Nilai
DJJ.
2.
Jika
bayi kedua presentasi kepala dan kepala segera turun, lahirkan seperti bayi
pertama.
3.
Jika
kondisi diatas tidak terpenuhi, baringkan ibu miring ke kiri.
4.
Segera
rujuk ibu ke RS PONEK
5.
Dampingi
ibu ke tempat rujukan.
|
2.5
Pemantauan Selama Kala II Persalinan
Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan
harus selalu dipantau secara berkala dan ketat selama berlangsungnya kala II
persalinan.
Pantau,
periksa dan catat:
·
Nadi
ibu setiap 30 menit
·
Frekuensi
dan lama kontraksi setiap 30 menit
·
DJJ
setiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit
·
Penurunan
kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen (pemeriksaan luar) dan
pemeriksaan dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi, hal ini dilakukan
lebih cepat
·
Warna
cairan ketuban jika selaputnya pecah (jernih atau bercampur meconium atau
darah)
·
Apakah
ada presentasi majemuk atau tali pusat di samping atau terkemuka
·
Putaran
paksi luar segera setelah kepala bayi lahir
·
Kehamilan
kembar yang tidak diketahui sebelum bayi pertama lahir
·
Catatkan
semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kala II persalinan
adalah kala pengeluaran bayi ,di mulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir
Uterus dengan kekuatan hisnya di tambah kekuatan meneran akan mendorong bayi
hingga lahir. Asuhan ini meliputi perubahan fisiologis pada kala II,
posisi meneran, pemantauan kala II, mekanisme persalinan normal, menolong
persalinan sesuai dengan APN, manufer tangan dan langkah – langkah dalam
persalinan.Selain itu juga dapat dilakukan tindakan Amniotomi dan Episiotomi
sesuai dengan indikasi.
Amniotomi/pemecahan
selaput ketuban dilakukan bila selaput ketuban masih utuh, ada dorongan yang
besar. Selama selaput ketuban masih utuh
janin akan terhindar dari infeksi dan afiksia . Cairan amniotik berfungsi
sebagai perisai yang melindungi janin dari tekanan penuh dikarenakan kontraksi
. Oleh karena itu perlu dihindarkan amniotomi dini pada kala I . Biasanya
selaput ketuban akan pecah secara spontan .
Episiotomi adalah
suatu sayatan di dinding belakang vagina agar bukaan lebih lebar sehingga bayi
dapat keluar dengan lebih mudah. Di lakukan episiotomi dengan tujuan agar supaya tidak
terjadi robekan-robekan perineum yang tidak teratur dan robekan musculus
princter ani yang bila tidak di jahit dan dirawat dengan baik akan menyebabkan
inkontinensia alvi.
3.2
Saran
Penulis menyadari bahwa
penulisan ini belum
mencapai titik kesempunaan, jadi kritikan yang membangun sangat diharapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Marmi.2012.INTRANATAL CARE Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.Yogyakata:
PUSTAKA PELAJAR.
TIM Rukiyah Ai Yeyeh.2009.Asuhan Kebidanan II (persalinan).Jakarta:Trans
Info Media
Prawirohardjo Sarwono.2010.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT.BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar