BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga
atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya
(Dorlan, 2011).
Kurang lebih sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia
hamil setiap tahunnya. Pada umumnya kehamilan ini berlangsung dengan aman.
Tetapi, sekitar 1554 menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan
komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih
dari setengah juta ibu setiap tahun. Kematian ibu atau kematian maternal adalah
kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari setelah sesudah
berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan.
Indikator yang umum digunakan dalam kematian ibu adalah Angka Kematian Ibu (Maternal
Mortality Ratio) yaitu jumlah kematian ibu dalam 1.000.000 kelahiran hidup.
Angka ini mencerminka risiko obstetri yang dihadapi oleh seorang ibu sewaktu ia
hamil. Jika ibu tersebut hamil beberapa kali, risikonya meningkat dan digambarkan
sebagai risiko kematian ibu sepanjang hidupnya, yaitu pribabilitas menjadi
hamil dan probabilitas kematian karena kehamilan sepanjang masa reproduksi.
Kegawatdaruratan dapat
didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara
tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan
jiwa/ nyawa.
Kegawatdaruratan obstetri adalah
kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama
dan sesudah persalinan dan kelahiran.Terdapat sekian banyak penyakit dan
gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya.
1.2
Rumusan
Masalah
1
Bagaimana respon cepat
terhadap suatu kegawatdaruratan ?
2
Bagaimana Prinsip dasar penanganan
kegawatdaruratan ?
3
Bagaimana cara merujuk
secara cepat, tepat, dan aman ?
1.3
Tujuan Penulisan
1
Untuk mengetahui respon cepat terhadap suatu kegawatdaruratan
2
Untuk mengetahui Prinsip dasar penanganan
kegawatdaruratan
3
Untuk mengetahui cara merujuk secara cepat, tepat, dan aman
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Respon
Cepat Terhadap Suatu Kegawatdaruratan
Jika seorang ibu usia
subur mengeluhkan masalahnya, kaji secara cepat kondisinya untuk menetapkan
derajat kesakitannya.
Tabel.1
Kaji
|
Tanda
bahaya
|
Pertimbangan
|
Ja jalan
napas dan
P pernapasan
|
P perhatikan adanya :
Sianosis· (kebiruan)
Distress· (pernapasan)
P periksa :
Kulit· : pucat
Paru-paru· : ronchi dan wheezing
|
Anemia· berat
Gagal· jantung
Pneumonia·
Asma·
|
Si sirkulasi
(tanda syok)
|
P periksa :
kulit:· dingin dan lembab
denyut· nadi : cepat(110 atau lebih) dan lemah
tekanan· darah : rendah (sistolik kurang dari 90mmHg)
|
S
Syok
|
P perdarahan
pervaginam (pada awal atau akhir kehamilan)
|
T tanyakan apakah :
hamil;· usia kehamilan
baru· saja melahirkan
plasenta· dilahirkan
pPeriksa :
vulva:· banyaknya perdarahan, retensi plasenta, robekan
yang nyata
uterus· : atonia
kandung· kemih ; penuh
P pada tahap ini jangan lakukan periksa dalam
|
aborsi·
kehamilan· ektopik
kehamilan· mola
absurpsio· plasenta
ruptur· uterus
plasenta· previa
atonia· uterus
robekan· serviks dan vagina
retensio· plasenta
inversi· uterus
|
Ti tidak
sadar atau konvulsi
|
T tanyakan apakah :
hamil;· usia kehamilan
P periksa :
tekanan· darah; tinggi(diastolik 90 mmHg atau lebih)
suhu;· 38ºC atau lebih
|
eklamsi·
malaria·
epilepsi·
tetanus·
|
D demam yang
membahayakan
|
T tanyakan apakah :
lemah;letargi·
berkemih· sering dan nyeri
P periksa :
suhu;· 38ºC atau lebih
tidak· sadar
leher;kaku·
paru-paru;· pernapasan dangkal konsolidasi
abdomen· : nyeri tekan hebat
vulva· : rabas purulen
payudara· ; nyeri tekan
|
infeksi· saluran berkemih
malaria·
metritis·
abses· pelvik
peritonitis·
infeksi· payudara
komplikasi· aborsi
pneumonia·
|
N nyeri
abdomen
|
T tanyakan apakah :
hamil:· usia kehamilan
P periksa :
tekanan· darah rendah (sistolik 90 mmHg)
denyut· nadi : cepat (110 atau lebih)
suhu;· 38ºC atau lebih
uterus;· status kehamilan
|
kista· ovarium
apendistis·
kehamilan· ektopik
kemungkinan· persalinan term atau preterm
amnionitis·
absurpsio· plasenta
ruptur· uterus
|
2.2
Prinsip
Dasar Penanganan Kegawatdaruratan
2.2.1
Prinsip
Dasar
Dalam
menangani kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan utama (diagnosa) dan
tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang tidak
panik, walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam
kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah. Walaupun
prosedur pemeriksaan dan pertolongan dilakukan dengan cepat, prinsip komunikasi
dan hubungan antara dokter-pasien dalam menerima dan menangani pasien harus
tetap diperhatikan.
1.
Menghormati hak pasien
Setiap pasien harus
diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang status sosial dan ekonominya.
Dalam hal ini petugas harus memahami dan peka bahwa dalam situasi dan kondisi
gawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan keprihatinan adalah wajar bagi
setiap manusia dan kelurga yang mengalaminya.
2.
Gentleness
Dalam
melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap langkah harus
dilakukan dengan penuh kelembutan, termasuk menjelaskan kepada pasien bahwa
rasa sakit atau kurang enak tidak dapat dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan
atau memerikan pengobatan, tetapo prosedur akan dilakukan selembut mungkin
sehingga perasaan kurang enak itu diupayakan sesedikit mungkin.
3.
Komunikatif
Petugas
kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan kalimat yang
tepat, mudah dipahami, dan memperhatikan nilai norma kultur setempat. Dalam
melakukan pemeriksaan, petugas kesehatan harus menjelaskan kepada pasien apa
yang akan diperikssssa dan apa yang diharapkan. Apabila hasil pemeriksaan
normal atau kondisi pasien sudah stabil,upaya untuk memastikan hal itu harus
dilakukan. Menjelaskan kondisi yang sebenarnya kepada pasien sangatlah penting.
4.
Hak Pasien
Hak-hak
pasien harus dihormati seperti penjelasan informed consent, hak
pasien untuk menolak pengobatan yang akan diberikan dan kerahasiaan status
medik pasien.
5.
Dukungan Keluarga (Family Support)
Dukungan
keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, petugas kesehatan
harus mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa memberikan penjelasan
kepada keluarga pasien tentang kondisi pasien, peka akan masalah kelurga yang
berkaitan dengan keterbatasan keuangan, keterbatasan transportasi, dan
sebagainya.
Dalam
kondisi tertentu, prinsip-prinsip tersebut dapat dinomorduakan, misalnya apa
bila pasien dalam keadaan syok, dan petugas kesehatan kebetulan hanya
sendirian, maka tidak mungkin untuk meminta informed consent kepada keluarga
pasien. Prosedur untuk menyelamatkan jiwa pasien harus dilakukan walaupun
keluarga pasien belum diberi informasi.
2.2.2
Penanganan
Dasar Dan Awal Kegawatdaruratan
Dalam menatalaksanakan
kegawatdaruratan hal yang harus dilakukan :
1.
Tetap tenang, berpikir secara logis dan fokuskan pada
kebutuhan ibu
2.
Jangan meninggalkan ibu sendirian.
3.
Laksanakan tanggung jawab hindari kebingungan dengan
menunjuk orang lain untuk bertanggung jawab.
4.
Berteriak minta bantuan. Minta satu orang untuk
mencari bantuan dan satu orang lainnya untuk mendapatkan peralatan dan
kesediaan barang kegawatdaruratan (misal:tabung oksigen, dan alat
kegawatdaruratan lainnya).
5.
Jika ibu tidak sadar. Kaji jalan napas, pernapasan dan
sirkulasinya.
6.
Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai terapi
walaupun tidak ada tanda syok, tetap kirkan tentang syok saat mengevaluasi ibu
lebih lanjut karna statusnya dapat memburuk dengan cepat.
7.
Atur posisi ibu berbaring miring kiri dengan
meninggikan kakinya. Longgarkan pakaian yang ketat.
8.
Bicara pada ibu dan bantu agar tetap tenang. Tanyakan
tentang apa yang terjadi dan gejala yang dialami.
9.
Lakukan pemeriksaan dengan cepat yang meliputi
pemeriksaan TTV dan warna kulit.
2.2.3
Prinsip
Pencegahan, Penentuan Dan Penanganan Syok
Syok adalah kondisi hilangnya
volume darah sirkulasi efektif.Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang
tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular.Pada beberapa
situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan
syok.Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok.
Penyebab syok harus ditentukan (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau
septik syok).(Bruner & Suddarth,2002).
Syok adalah kondisi kritis akibat
penurunan mendadak dalam aliran darah yang melalui tubuh.Ada kegagalan sistem
peredaran darah untuk mempertahankan aliran darah yang memadai sehingga
pengiriman oksigen dan nutrisi ke organ vital terhambat.Kondisi ini juga
mengganggu ginjal sehingga membatasi pembuangan llimbah dari tubuh.
Syok menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat.
Hasil akhirnya berupa lemahnya aliran darah yang merupakan petunjuk yang umum,
walaupun ada bermacam-macam penyebab. Syok dihasilkan oleh disfungsi empat
sistem yang terpisah namun saling berkaitan yaitu ; jantung, volume darah,
resistensi arteriol (beban akhir), dan kapasitas vena. Jika salah satu faktor
ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi
syok. Awalnya tekanan darah arteri mungkin normal sebagai kompensasi
peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. Jika syok berlanjut, curah jantung
menurun dan vasokontriksi perifer meningkat.
1.
Pencegahan syok.
Pencegahan syok dilakukan agar kondisi pasien tidak
menjadi dalam keadaan yang lebih parah lagi.
Sebelum melakukan pertolongan harus diingat bahwa tidak jarang anda
memasuki keadaan yang berbahaya. Selain resiko dari infeksi anda juga dapat
menjadi korban jika tidak memperhatikan kondisi sekitar pada saat melakukan
pertolongan. Ingatlah prioritas
keamanan pada saat memasuki daerah tugas :
a.
Keamanan
anda
Nampaknya egoistis, namun kenyataan adalah bahwa keamanan
diri sendiri merupakan prioritas utama. Mengapa ? Karena bagaimana kita akan dapat melakukan
pertolongan jika kondisi kita sendiri berada dalam bahaya. Akan merupakan hal
yang ironis seandainya kita bermaksud menolong tetapi karena tidak
memperhatikan situasi kita sendiri yang terjerumus dalam bahaya.
b.
Keamanan
lingkungan
Ingat rumus do no further harm karena
ini meliputi juga lingkungan sekitar penderita yang belum terkena cidera.
Sebagai contoh adalah saat mendekati mobil yang sudah mengalami kecelakaan, dan
keluar asap. Ingatkan dengan segera para penonton untuk cepat-cepat menyingkir
karena ada bahaya ledakan/api
c.
Keamanan
penderita
Betapapun ironisnya, tetapi prioritas terakhir adalah
penderita sendiri, karena penderita ini sudah cidera sejak awal. Apapun yang
dilakukan pada penderita ingatlah untuk do no further harm
Curigai
atau antisipasi kejadian syok jika terdapat kondisi berikut ini:
Perdarahan pada kehamilan muda
Perdarahan pada kehamilan lanjut atau pada saat persalinan
Perdarahan pascasalin
Infeksi berat (seperti pada abortus septik, korioamnionitis, metritis)
Kejadian trauma
Gagal jantung
2.
Penentuan Syok.
Kondisi berikut dapat menyebabkan terjadiya syok :
1.
Dehidrasi (syok hipovolemik)
2.
Serangan jantung (syok kardiogenik)
3.
Gagal jantung (syok kardiogenik)
4.
Trauma atau cedera berat
5.
Infeksi (syok septik)
6.
Reaksi alergi (syok anafilaktik)
7.
Cedera tulang belakang (syok neurogenik)
8.
Sindroma syok toksik.
3.
Penanganan Syok.
Penanggulangan syok dimulai
dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringan;
memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak
bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat
diberikan pengobatan kausal. Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan
prinsip resusitasi ABC. Jalan nafas (A = air way) harus bebas kalau perlu
dengan pemasangan pipa endotrakeal. Pernafasan (B = breathing) harus terjamin,
kalau perlu dengan memberikan ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%.
Defisit volume peredaran darah (C = circulation) pada syok hipovolemik sejati
atau hipovolemia relatif (syok septik, syok neurogenik, dan syok anafilaktik)
harus diatasi dengan pemberian cairan intravena dan bila perlu pemberian
obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi jantung atau obat
vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer. Segera menghentikan
perdarahan yang terlihat dan mengatasi nyeri yang hebat, yang juga bisa
merupakan penyebab syok. Pada syok septik, sumber sepsis harus dicari dan
ditanggulangi. Penanganannya meliputi:
a.
Tatalaksana Umum
·
Carilah bantuan tenaga kesehatan lain.
·
Pastikan jalan napas bebas dan berikan oksigen.
·
Miringkan ibu ke kiri.
·
Hangatkan ibu.
·
Pasang infus intravena (2 jalur bila mungkin) dengan
menggunakan
·
jarum terbesar (no. 16 atau 18 atau ukuran terbesar
yang tersedia).
·
Berikan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat) sebanyak 1 liter dengan cepat (15-20 menit).
·
Pasang kateter urin (kateter Folley) untuk memantau
jumlah urin yang keluar.
·
Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam 1 jam
pertama, atau hingga 3 liter dalam 2-3 jam (pantau kondisi ibu dan tanda
vital).
·
Cari penyebab syok dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang lebih lengkap secara simultan, kemudian beri tatalaksana yang tepat
sesuai penyebab.
Uraian gejala dan tanda berbagai tipe syok
TIPE SYOK PENYEBAB RESPON TERHADAP
Tipe Syok
|
Penyebab
|
Respon Terhadap Pemberian Cairan
|
Hipovolemik
|
- Perdarahan
- Muntah
- Diare
- Dehidrasi
|
Berespon
|
Kardiogenik
|
- Penyakit jantung iskemik
- Gangguan irama jantung berat memburuk
- Kelainan katup jantung
|
Tidak berespon atau kondisi
|
Distributif
|
- Syok sepsis
- Syok anafilaktik
- Syok neurogenik
|
Berespon
|
Obstruktif
|
- Tamponade jantung
- Pneumotoraks tension berespon
|
Dapat berespon atau tidak
|
·
Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit.
·
Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan kecepatan
infus menjadi 0,5 ml/menit (8-14.
Tetes/menit), pantau keseimbangan cairan.
2.2.4
Penanganan
Lanjut Kegawatdaruratan
Penanganan kegawatdaruratan
obstetrik ada tidak hanya membutuhkan sebuat tim medis yang menangani
kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas kesehatan yang terlatih
untuk setiap kasus-kasus kegawatdaruratan
Prinsip penanganan kasus
kegawatdaruratan
a.
Pastikan jalan napas bebas
b.
Pemberian oksigen
c.
Pemberian cairan intravena
d.
Pemberian tranfusi darah
e.
Pasang kateter kandung kemih
f.
Pemberian antibiotika
g.
Obat pengurang rasa nyeri
h.
Penanganan masalah utama
i.
Rujukan
2.2.5
Tanda
Dan Gejala Kegawatdaruratan
Jika terdapat keadaan kondisi seperti berikut maka dapat
mengindikasikan adanya kegawat daruratan :
1.
Gelisah, bingung, penurunan kesadaran
2.
Nadi >100 kali/menit, lemah
3.
Tekanan darah sistolik <90 mmHg
4.
Pucat
5.
Kulit dingin dan lembab
6.
Pernapasan >30 kali/menit
7.
Pembentukan air kemih berkurang atau sama sekali tidak
terbentuk air kemih. Jumlah urin <30 ml/jam
8.
Bibir dan kuku jari tangan tampak kebiruan
9.
Nyeri dada
10. Linglung
11. Pusing
12. Pingsan
2.2.6
Cara
Merujuk Cepat, Tepat Dan Aman
Rujukan adalah sistem yang
dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif, dan koordinatif untuk menjamin
pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dari
komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkan terutama ibu dan bayi baru lahir,
dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar dapat
dicapai peningkatan derajat kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada
(Depkes RI. 2006)
Kondisi
bagaimana pasien harus dirujuk ? dirujuk jika fasilitas kesehatan setempat
tidak memadai dan jika penangan tidak mengalami perubahan atau kondisi pasien
menjadi semakin buruk. Maka, korban dirujuk segera. sebelum merujuk maka yang
yarus dilakukan adalah mempersiapkan Penderita yang biasa disingkat BAKSOKUDA
yang diartikan sebgai berikut :
1.
BIDAN,
Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan
yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan
2.
ALAT,
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan bayi
baru lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat
rujukan.Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu
melahirkan sedang dalam perjalanan.
3.
KELUARGA, Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu
dan/atau bayi dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk.Jelaskan pada mereka
alasan dan keperluan upaya rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang
lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke tempat rujukan.
4.
SURAT, Berikan
surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu
dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil
pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru
lahir.Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan.
5.
OBAT, Bawa
obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-obatan
mungkin akan diperlukan selama perjalanan.
6.
KENDARAAN, Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk
ibu dalam kondisi yang cukup nyaman.Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan
itu cukup baik untuk.mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.
7.
UANG, Ingatkan
pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli
obat-obatan yang diperiukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperiukan
selama ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal di fesilitas rujukan.
8.
DARAH, Siapkan darah untuk
sewaktu-waktu membantu transfusi darah apabila terjadi perdarahan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kegawatdaruratan
dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang
terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna
menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).
Penanganan
kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya membutuhkan sebuat tim medis yang
menangani kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas kesehatan yang
terlatih untuk setiap kasus-kasus kegawatdaruratan.
Prinsip umum penanganan kasus kegawatdaruratan
a.
Pastikan jalan napas bebas
b.
Pemberian oksigen
c.
Pemberian cairan intravena
d.
Pemberian tranfusi darah
e.
Pasang kateter kandung kemih
f.
Pemberian antibiotika
g.
Obat pengurang
rasa nyeri
h.
Penanganan masalah utama
i.
Rujukan
.
3.2
Saran
Bidan seharusnya tetap tenang, jangan panik,
jangan membiarkan ibu sendirian tanpa penjaga/penunggu. Bila tidak ada petugas
lain, berteriaklah untuk meminta bantuan. Jika ibu tidak sadar, lakukan
pengkajian jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi dengan cepat. Jika dicurigai
adanya syok, mulai segera tindakan membaringan ibu miring ke kiri dengan bagian
kaki ditinggikan, longgarkan pakaian yang ketat seperti BH/Bra. Ajak bicara
ibu/klien dan bantu ibu/klien untuk tetap tenang. Lakukan pemeriksaan dengan
cepat meliputi tanda tanda vital, warna kulit dan perdarahan yang keluar.
Bidan mempunyai peranan penting dalam
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu melalui kemampuannya untuk
melakukan pengawasan, pertolongan pada ibu, pengawasan bayi baru lahir
(neonatus) dan pada persalinan, ibu post partum serta mampu mengidentifikasi
penyimpangan dari kehamilan dan persalinan normal dan melakukan penanganan yang
tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang tepat.
Pengenalan dan penanganan kasus kasus yang
gawat seharusnya mendapat prioritas utama dalam usaha menurunkan angka
kesakitan lebih lebih lagi angka kematian ibu, walaupun tentu saja pencegahan
lebih baik dari pada pengobatan. Dalam kegawatdaruratan, peran anda sebagai
bidan antara lain:
1.
Melakukan
pengenalan segera kondisi gawat darurat
2.
Stabilisasi
klien (ibu), dengan oksigen, terapi cairan, dan medikamentosa dengan :
a.
Menjamin
kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungsi system respirasi dan sirkulasi
b.
Menghentikan
perdarahan
c.
Mengganti
cairan tubuh yang hilang
d.
Mengatasi
nyeri dan kegelisahan
3.
Ditempat
kerja, menyiapkan sarana dan prasarana di kamar bersalin, yaitu:
a.
Menyiapkan
radiant warmer/lampu pemanas untuk mencegah kehilangan panas pada bayi
b.
Menyiapkan
alat resusitasi kit untuk ibu dan bayi
c.
Menyiapkan
alat pelindung diri
d.
Menyiapkan
obat obatan emergensi
4.
Memiliki
ketrampilan klinik, yaitu:
a.
Mampu
melakukan resusitasi pada ibu dan bayi dengan peralatan yang berkesinambungan.
Peran organisasi sangat penting didalam pengembangan sumber daya manusia (SDM)
untuk meningkatkan keahlian
b.
Memahami
dan mampu melakukan metode efektif dalam pelayanan ibu dan bayi baru lahir,
yang meliputi making pregnancy safer, safe motherhood, bonding attachment,
inisiasi menyusu dini dan lain lainnya.
Demikian yang dapat kami paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca
yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis
demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.
dr. Abdul Bari Saifuddin, SpOG., MPH, Prof. Dr.dr. Gulardi Hanifa Wiknjosastro,
SpOG., Prof. Dr. dr. Biran Affandi, SpOG., dr. Djoko Waspodo, SpOG. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. PT BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO : Jakarta.
Karen.
C. Comerford. 2010. Buku Saku
Maternal-Neonatal Edisi 2. EGC : Jakarta
Ben-Zion
Taber, M.D. 2011. Kapita Selekta
Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. EGC : Jakarta
Dr.
Ida Ayu Chandranita Manuaba, SpOG., dr. Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, SpOG.,
Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOGK. 2010. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.EGC :
Jakarta.
Dr.
Ida Ayu Chandranita Manuaba, SpOG., dr. Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, SpOG.,
Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOGK. 2011. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri Ginekologi Sosial
Untuk Profesi Bidan. EGC : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar