Selasa, 27 Maret 2018

RESPON CEPAT TERHADAP SUATU KEGAWATDARURATAN & PRINSIP DASAR PENANGANAN KEGAWATDARURATAN DALAM MATERNAL NEONATAL


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan,  2011).
Kurang lebih sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil setiap tahunnya. Pada umumnya kehamilan ini berlangsung dengan aman. Tetapi, sekitar 1554 menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun. Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari setelah sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan. Indikator yang umum digunakan dalam kematian ibu adalah Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio) yaitu jumlah kematian ibu dalam 1.000.000 kelahiran hidup. Angka ini mencerminka risiko obstetri yang dihadapi oleh seorang ibu sewaktu ia hamil. Jika ibu tersebut hamil beberapa kali, risikonya meningkat dan digambarkan sebagai risiko kematian ibu sepanjang hidupnya, yaitu pribabilitas menjadi hamil dan probabilitas kematian karena kehamilan sepanjang masa reproduksi.
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/ nyawa.
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran.Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya.

1.2                          Rumusan Masalah
1           Bagaimana respon cepat terhadap suatu kegawatdaruratan ?
2           Bagaimana Prinsip dasar penanganan kegawatdaruratan ?
3           Bagaimana cara merujuk secara cepat, tepat, dan aman ?



1.3              Tujuan Penulisan
1           Untuk mengetahui respon cepat terhadap suatu kegawatdaruratan
2           Untuk mengetahui Prinsip dasar penanganan kegawatdaruratan
3           Untuk mengetahui cara merujuk secara cepat, tepat, dan aman




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1              Respon Cepat Terhadap Suatu Kegawatdaruratan
Jika seorang ibu usia subur mengeluhkan masalahnya, kaji secara cepat kondisinya untuk menetapkan derajat kesakitannya.
Tabel.1
Kaji
Tanda bahaya
Pertimbangan
Ja   jalan napas dan
P  pernapasan
P perhatikan adanya :
         Sianosis· (kebiruan)
         Distress· (pernapasan)
P periksa :
         Kulit· : pucat
         Paru-paru· : ronchi dan wheezing
         Anemia· berat
         Gagal· jantung
         Pneumonia·
         Asma·
Si  sirkulasi (tanda syok)
P periksa :
         kulit:· dingin dan lembab
         denyut· nadi : cepat(110 atau lebih) dan lemah
         tekanan· darah : rendah (sistolik kurang dari 90mmHg)
S             Syok
P  perdarahan pervaginam (pada awal atau akhir kehamilan)
T tanyakan apakah :
         hamil;· usia kehamilan
         baru· saja melahirkan
         plasenta· dilahirkan
 pPeriksa :
         vulva:· banyaknya perdarahan, retensi plasenta, robekan yang nyata
         uterus· : atonia
         kandung· kemih ; penuh
P pada tahap ini jangan lakukan periksa dalam
         aborsi·
         kehamilan· ektopik
         kehamilan· mola
         absurpsio· plasenta
         ruptur· uterus
         plasenta· previa
         atonia· uterus
         robekan· serviks dan vagina
         retensio· plasenta
         inversi· uterus
Ti  tidak sadar atau konvulsi
T tanyakan apakah :
         hamil;· usia kehamilan
P periksa :
         tekanan· darah; tinggi(diastolik 90 mmHg atau lebih)
         suhu;· 38ºC atau lebih
         eklamsi·
         malaria·
         epilepsi·
         tetanus·
D  demam yang membahayakan
T tanyakan apakah :
         lemah;letargi·
         berkemih· sering dan nyeri
P  periksa :
         suhu;· 38ºC atau lebih
         tidak· sadar
         leher;kaku·
         paru-paru;· pernapasan dangkal konsolidasi
         abdomen· : nyeri tekan hebat
         vulva· : rabas purulen
         payudara· ; nyeri tekan
         infeksi· saluran berkemih
         malaria·
         metritis·
         abses· pelvik
         peritonitis·
         infeksi· payudara
         komplikasi· aborsi
         pneumonia·
N  nyeri abdomen
T tanyakan apakah :
         hamil:· usia kehamilan
P  periksa :
         tekanan· darah rendah (sistolik 90 mmHg)
         denyut· nadi : cepat (110 atau lebih)
         suhu;· 38ºC atau lebih
         uterus;· status kehamilan
         kista· ovarium
         apendistis·
         kehamilan· ektopik
         kemungkinan· persalinan term atau preterm
         amnionitis·
         absurpsio· plasenta
         ruptur· uterus



2.2              Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan
2.2.1        Prinsip Dasar
Dalam menangani kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan utama (diagnosa) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik, walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah. Walaupun prosedur pemeriksaan dan pertolongan dilakukan dengan cepat, prinsip komunikasi dan hubungan antara dokter-pasien dalam menerima dan menangani pasien harus tetap diperhatikan.
1.         Menghormati hak pasien
Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang status sosial dan ekonominya. Dalam hal ini petugas harus memahami dan peka bahwa dalam situasi dan kondisi gawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan keprihatinan adalah wajar bagi setiap manusia dan kelurga yang mengalaminya.
2.         Gentleness
Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap langkah harus dilakukan dengan penuh kelembutan, termasuk menjelaskan kepada pasien bahwa rasa sakit atau kurang enak tidak dapat dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan atau memerikan pengobatan, tetapo prosedur akan dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan kurang enak itu diupayakan sesedikit mungkin.
3.         Komunikatif
Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan kalimat yang tepat, mudah dipahami, dan memperhatikan nilai norma kultur setempat. Dalam melakukan pemeriksaan, petugas kesehatan harus menjelaskan kepada pasien apa yang akan diperikssssa dan apa yang diharapkan. Apabila hasil pemeriksaan normal atau kondisi pasien sudah stabil,upaya untuk memastikan hal itu harus dilakukan. Menjelaskan kondisi yang sebenarnya kepada pasien sangatlah penting.
4.         Hak Pasien
Hak-hak pasien harus dihormati seperti penjelasan informed consent,  hak pasien untuk menolak pengobatan yang akan diberikan dan kerahasiaan status medik pasien.

5.         Dukungan Keluarga (Family Support)
Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, petugas kesehatan harus mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi pasien, peka akan masalah kelurga yang berkaitan dengan keterbatasan keuangan, keterbatasan transportasi, dan sebagainya.
Dalam kondisi tertentu, prinsip-prinsip tersebut dapat dinomorduakan, misalnya apa bila pasien dalam keadaan syok, dan petugas kesehatan kebetulan hanya sendirian, maka tidak mungkin untuk meminta informed consent kepada keluarga pasien. Prosedur untuk menyelamatkan jiwa pasien harus dilakukan walaupun keluarga pasien belum diberi informasi.

2.2.2        Penanganan Dasar Dan Awal Kegawatdaruratan
Dalam menatalaksanakan kegawatdaruratan hal yang harus dilakukan :
1.         Tetap tenang, berpikir secara logis dan fokuskan pada kebutuhan ibu
2.         Jangan meninggalkan ibu sendirian.
3.         Laksanakan tanggung jawab hindari kebingungan dengan menunjuk orang lain untuk bertanggung jawab.
4.         Berteriak minta bantuan. Minta satu orang untuk mencari bantuan dan satu orang lainnya untuk mendapatkan peralatan dan kesediaan barang kegawatdaruratan (misal:tabung oksigen, dan alat kegawatdaruratan lainnya).
5.         Jika ibu tidak sadar. Kaji jalan napas, pernapasan dan sirkulasinya.
6.          Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai terapi walaupun tidak ada tanda syok, tetap kirkan tentang syok saat mengevaluasi ibu lebih lanjut karna statusnya dapat memburuk dengan cepat.
7.         Atur posisi ibu berbaring miring kiri dengan meninggikan kakinya. Longgarkan pakaian yang ketat.
8.          Bicara pada ibu dan bantu agar tetap tenang. Tanyakan tentang apa yang terjadi dan gejala yang dialami.
9.         Lakukan pemeriksaan dengan cepat yang meliputi pemeriksaan TTV dan warna kulit.



2.2.3        Prinsip Pencegahan, Penentuan Dan Penanganan Syok
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif.Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular.Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok.Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentukan (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner & Suddarth,2002).
Syok adalah kondisi kritis akibat penurunan mendadak dalam aliran darah yang melalui tubuh.Ada kegagalan sistem peredaran darah untuk mempertahankan aliran darah yang memadai sehingga pengiriman oksigen dan nutrisi ke organ vital terhambat.Kondisi ini juga mengganggu ginjal sehingga membatasi pembuangan llimbah dari tubuh.
Syok menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Hasil akhirnya berupa lemahnya aliran darah yang merupakan petunjuk yang umum, walaupun ada bermacam-macam penyebab. Syok dihasilkan oleh disfungsi empat sistem yang terpisah namun saling berkaitan yaitu ; jantung, volume darah, resistensi arteriol (beban akhir), dan kapasitas vena. Jika salah satu faktor ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Awalnya tekanan darah arteri mungkin normal sebagai kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. Jika syok berlanjut, curah jantung menurun dan vasokontriksi perifer meningkat.

1.         Pencegahan syok.
Pencegahan syok dilakukan agar kondisi pasien tidak menjadi dalam keadaan yang lebih parah lagi.  Sebelum melakukan pertolongan harus diingat bahwa tidak jarang anda memasuki keadaan yang berbahaya. Selain resiko dari infeksi anda juga dapat menjadi korban jika tidak memperhatikan kondisi sekitar pada saat melakukan pertolongan. Ingatlah prioritas keamanan pada saat memasuki daerah tugas :
a.         Keamanan anda
Nampaknya egoistis, namun kenyataan adalah bahwa keamanan diri sendiri merupakan prioritas utama. Mengapa ? Karena bagaimana kita akan dapat melakukan pertolongan jika kondisi kita sendiri berada dalam bahaya. Akan merupakan hal yang ironis seandainya kita bermaksud menolong tetapi karena tidak memperhatikan situasi kita sendiri yang terjerumus dalam bahaya.
b.        Keamanan lingkungan
Ingat rumus do no further harm karena ini meliputi juga lingkungan sekitar penderita yang belum terkena cidera. Sebagai contoh adalah saat mendekati mobil yang sudah mengalami kecelakaan, dan keluar asap. Ingatkan dengan segera para penonton untuk cepat-cepat menyingkir karena ada bahaya ledakan/api
c.         Keamanan penderita
Betapapun ironisnya, tetapi prioritas terakhir adalah penderita sendiri, karena penderita ini sudah cidera sejak awal. Apapun yang dilakukan pada penderita ingatlah untuk do no further harm
Curigai atau antisipasi kejadian syok jika terdapat kondisi berikut ini:
  Perdarahan pada kehamilan muda
  Perdarahan pada kehamilan lanjut atau pada saat persalinan
  Perdarahan pascasalin
  Infeksi berat (seperti pada abortus septik, korioamnionitis, metritis)
  Kejadian trauma
  Gagal jantung

2.         Penentuan Syok.
Kondisi berikut dapat menyebabkan terjadiya syok :
1.        Dehidrasi (syok hipovolemik)
2.        Serangan jantung (syok kardiogenik)
3.        Gagal jantung (syok kardiogenik)
4.        Trauma atau cedera berat
5.        Infeksi (syok septik)
6.        Reaksi alergi (syok anafilaktik)
7.        Cedera tulang belakang (syok neurogenik)
8.        Sindroma syok toksik.

3.         Penanganan Syok.
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal. Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC. Jalan nafas (A = air way) harus bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal. Pernafasan (B = breathing) harus terjamin, kalau perlu dengan memberikan ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%. Defisit volume peredaran darah (C = circulation) pada syok hipovolemik sejati atau hipovolemia relatif (syok septik, syok neurogenik, dan syok anafilaktik) harus diatasi dengan pemberian cairan intravena dan bila perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi jantung atau obat vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer. Segera menghentikan perdarahan yang terlihat dan mengatasi nyeri yang hebat, yang juga bisa merupakan penyebab syok. Pada syok septik, sumber sepsis harus dicari dan ditanggulangi. Penanganannya meliputi:
a.     Tatalaksana Umum
·           Carilah bantuan tenaga kesehatan lain.
·           Pastikan jalan napas bebas dan berikan oksigen.
·            Miringkan ibu ke kiri.
·           Hangatkan ibu.
·           Pasang infus intravena (2 jalur bila mungkin) dengan menggunakan
·           jarum terbesar (no. 16 atau 18 atau ukuran terbesar yang tersedia).
·           Berikan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) sebanyak 1 liter dengan cepat (15-20 menit).
·           Pasang kateter urin (kateter Folley) untuk memantau jumlah urin yang keluar.
·           Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam 1 jam pertama, atau hingga 3 liter dalam 2-3 jam (pantau kondisi ibu dan tanda vital).
·           Cari penyebab syok dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap secara simultan, kemudian beri tatalaksana yang tepat sesuai penyebab.
Uraian gejala dan tanda berbagai tipe syok
TIPE SYOK PENYEBAB RESPON TERHADAP
Tipe Syok
Penyebab
Respon Terhadap Pemberian Cairan
Hipovolemik
- Perdarahan
- Muntah
- Diare
- Dehidrasi
Berespon
Kardiogenik
- Penyakit jantung iskemik
- Gangguan irama jantung berat memburuk
- Kelainan katup jantung
Tidak berespon atau kondisi
Distributif
- Syok sepsis
- Syok anafilaktik
- Syok neurogenik
Berespon
Obstruktif
- Tamponade jantung
- Pneumotoraks tension berespon
Dapat berespon atau tidak
·           Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit.
·           Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan kecepatan infus menjadi 0,5 ml/menit (8-14.  Tetes/menit), pantau keseimbangan cairan.

2.2.4        Penanganan Lanjut Kegawatdaruratan
Penanganan kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya membutuhkan sebuat tim medis yang menangani kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas kesehatan yang terlatih untuk setiap kasus-kasus kegawatdaruratan
Prinsip penanganan kasus kegawatdaruratan
a.         Pastikan jalan napas bebas
b.         Pemberian oksigen
c.         Pemberian cairan intravena
d.        Pemberian tranfusi darah
e.         Pasang kateter kandung kemih
f.          Pemberian antibiotika
g.         Obat pengurang rasa nyeri
h.         Penanganan masalah utama
i.           Rujukan    

2.2.5        Tanda Dan Gejala Kegawatdaruratan
Jika terdapat keadaan kondisi seperti berikut maka dapat mengindikasikan adanya kegawat daruratan :
1.      Gelisah, bingung, penurunan kesadaran
2.      Nadi >100 kali/menit, lemah
3.      Tekanan darah sistolik <90 mmHg
4.      Pucat
5.      Kulit dingin dan lembab
6.      Pernapasan >30 kali/menit
7.      Pembentukan air kemih berkurang atau sama sekali tidak terbentuk air kemih. Jumlah urin <30 ml/jam
8.      Bibir dan kuku jari tangan tampak kebiruan
9.      Nyeri dada
10.  Linglung
11.  Pusing
12.  Pingsan

2.2.6        Cara Merujuk Cepat, Tepat Dan Aman
Rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif, dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dari komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkan terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada (Depkes RI. 2006)
Kondisi bagaimana pasien harus dirujuk ? dirujuk jika fasilitas kesehatan setempat tidak memadai dan jika penangan tidak mengalami perubahan atau kondisi pasien menjadi semakin buruk. Maka, korban dirujuk segera. sebelum merujuk maka yang yarus dilakukan adalah mempersiapkan Penderita yang biasa disingkat BAKSOKUDA yang diartikan sebgai berikut :
1.        BIDAN, Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan
2.        ALAT, Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat rujukan.Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.
3.        KELUARGA, Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk.Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan upaya rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke tempat rujukan.
4.        SURAT, Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru lahir.Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan.
5.        OBAT, Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-obatan mungkin akan diperlukan selama perjalanan.
6.        KENDARAAN, Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi yang cukup nyaman.Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup baik untuk.mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.
7.        UANG, Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperiukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperiukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal di fesilitas rujukan.
8.        DARAH, Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membantu transfusi darah apabila terjadi perdarahan.













BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).
Penanganan kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya membutuhkan sebuat tim medis yang menangani kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas kesehatan yang terlatih untuk setiap kasus-kasus kegawatdaruratan.
Prinsip umum penanganan kasus kegawatdaruratan
a.       Pastikan jalan napas bebas
b.      Pemberian oksigen
c.       Pemberian cairan intravena
d.      Pemberian tranfusi darah
e.       Pasang kateter kandung kemih
f.       Pemberian antibiotika
g.      Obat pengurang rasa nyeri
h.      Penanganan masalah utama
i.        Rujukan          
.
3.2              Saran
Bidan seharusnya tetap tenang, jangan panik, jangan membiarkan ibu sendirian tanpa penjaga/penunggu. Bila tidak ada petugas lain, berteriaklah untuk meminta bantuan. Jika ibu tidak sadar, lakukan pengkajian jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi dengan cepat. Jika dicurigai adanya syok, mulai segera tindakan membaringan ibu miring ke kiri dengan bagian kaki ditinggikan, longgarkan pakaian yang ketat seperti BH/Bra. Ajak bicara ibu/klien dan bantu ibu/klien untuk tetap tenang. Lakukan pemeriksaan dengan cepat meliputi tanda tanda vital, warna kulit dan perdarahan yang keluar.
Bidan mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu melalui kemampuannya untuk melakukan pengawasan, pertolongan pada ibu, pengawasan bayi baru lahir (neonatus) dan pada persalinan, ibu post partum serta mampu mengidentifikasi penyimpangan dari kehamilan dan persalinan normal dan melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang tepat.
Pengenalan dan penanganan kasus kasus yang gawat seharusnya mendapat prioritas utama dalam usaha menurunkan angka kesakitan lebih lebih lagi angka kematian ibu, walaupun tentu saja pencegahan lebih baik dari pada pengobatan. Dalam kegawatdaruratan, peran anda sebagai bidan antara lain:
1.      Melakukan pengenalan segera kondisi gawat darurat
2.      Stabilisasi klien (ibu), dengan oksigen, terapi cairan, dan medikamentosa dengan :
a.         Menjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungsi system respirasi dan sirkulasi
b.         Menghentikan perdarahan
c.         Mengganti cairan tubuh yang hilang
d.        Mengatasi nyeri dan kegelisahan
3.      Ditempat kerja, menyiapkan sarana dan prasarana di kamar bersalin, yaitu:
a.         Menyiapkan radiant warmer/lampu pemanas untuk mencegah kehilangan panas pada bayi
b.         Menyiapkan alat resusitasi kit untuk ibu dan bayi
c.         Menyiapkan alat pelindung diri
d.        Menyiapkan obat obatan emergensi
4.      Memiliki ketrampilan klinik, yaitu:
a.         Mampu melakukan resusitasi pada ibu dan bayi dengan peralatan yang berkesinambungan. Peran organisasi sangat penting didalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan keahlian
b.         Memahami dan mampu melakukan metode efektif dalam pelayanan ibu dan bayi baru lahir, yang meliputi making pregnancy safer, safe motherhood, bonding attachment, inisiasi menyusu dini dan lain lainnya.

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
































DAFTAR PUSTAKA
           
Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, SpOG., MPH, Prof. Dr.dr. Gulardi Hanifa Wiknjosastro, SpOG., Prof. Dr. dr. Biran Affandi, SpOG., dr. Djoko Waspodo, SpOG. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. PT BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO : Jakarta.

Karen. C. Comerford. 2010. Buku Saku Maternal-Neonatal Edisi 2. EGC : Jakarta

Ben-Zion Taber, M.D. 2011. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. EGC : Jakarta

Dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba, SpOG., dr. Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, SpOG., Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOGK. 2010. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.EGC : Jakarta.

Dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba, SpOG., dr. Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, SpOG., Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOGK. 2011. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. EGC : Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pelayanan Penyakit Menular TB di Keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1               Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular, disebabkan oleh kuman...