Selasa, 27 Maret 2018

ANASTESI & ANALGESIA KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Dalam penanganan kejadian persalinan biasanya klien disertai rasa sakit atau nyeri yang akan menghambat dalam pelaksanaan tindakan. Dibutuhkan penanganan yang tepat untuk mengurangi rasa sakit tesebut dan sebagaimana hal tersebut, terdapat dua istilah, yaitu anestasia dan analgesia. Anestesia merupakan sebuah tindakan medis menggunakan obat untuk menghilangkan rasa sakit atau rasa lain yang dirasakan pasien selama pembedahan atau operasi. Anestesia dilakukan menggunakan beberapa cara. Analgesia sendiri adalah berbagai macam obat-obatan yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri atau sakit dalam penangan medis tersebut.
Perlu pemahaman dalam pelaksanaan Anestesia dan dalam pemilihan analgesia. Hal tersebut ditujukan untuk mengurangi resiko kesalahan atau efek penolakan yang terjadi di dalam tubuh klien. Perlu dipahami pula efek samping yang akan terjadi dalam pelaksanaan prosedur tersebut.

1.2                          Rumusan Masalah
·         Apa itu Anestasia dan Analgesia, prinsip umum dan penjelasannya ?

1.3              Tujuan Penulisan
Diharapkan sebagai tenaga kesehatan bidan dapat mengetahui seperti apa konsep anestasia dan analgesia serta proses dan prosedur yang harus dilakukan.








BAB II
PEMBAHASAN


2.1              Anestesia Dan Analgesia
Penghilang rasa sakit kadang diperlukan selama persalinan dan dibutuhkan juga selama dan setelah tindakan operasi. Metode untuk menghilangkan rasa sakit dibicarakan di bawah ini, termasuk di antaranya adalah prinsip dasar untuk menggunakan anestesia dan analgesia, obat analgesia dan metode untuk mendukung selama persalinan, anestesia lokal, dan analgesia pascabedah.
Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berati tidak, dan Aesthesis berarti rasa atau sensasi. Sehingga anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa atau sensasi tanpa atau disertaidengan hilangnya kesadaran. Anestesi adalah keadaan tanpa rasa (withoutsensation) tetapi bersifat sementara dan dapat kembali kepada keadaan semula. Sejak pertama kali ditemukan oleh William Thomas Green Morton padatahun 1846, anestesi terus berkembang pesat hingga sekarang. Saat itu ia sedang memperagakan pemakaian dietil eter untuk menghilangkan kesadaran dan rasa nyeri pada pasien yang ditanganinya. Ia berhasil melakukan pembedahan tumor rahang pada seorang pasien tanpa memperlihatkan gejala kesakitan. Karena padasaat itu eter merupakan obat yang cukup aman, memenuhi kebutuhan, mudahdigunakan, tidak memerlukan obat lain, cara pembuatan mudah, dan harganyamurah. Oleh karena itu eter terus dipakai, tanpa ada usaha untuk mencari obatyang lebih baik.
Setelah mengalami stagnasi dalam perkembangannya selama 100tahun setelah penemuan morton barulah kemudian banyak dokter tertarik untukmemperlajari bidang anestesiologi, dan barulah obat-obat anestesi generasi barumuncul satu-persatu.
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk meredakan rasa nyeri. Obat analgetik dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu obat golongan opioid dan NSAID. Golongan Opioid bekerja pada sistem saraf pusat, sedangkan golongan NSAID bekerja di reseptor saraf perier dan sistem saraf pusat





2.1.1        Prinsip Umum
Langkah-langkah pokok dalam penanganan rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman pada ibu bersalin adalah :
·           Perhatian yang mendukung oleh para penolong sebelum, selama, dan sesudah prosedur (mengurangi kecemasan dan rasa sakit)
·           Penolong dapat secara baik bekerja dengan ibu yang masih sadar dan terlatih memakai peralatan secara halus.
·           Memilih macam dan tingkat penanganan rasa nyeri dengan memakai obat-obatan.

Tips untuk melakukan prosedur pada ibu yang masih sadar adalah :
·           Menjelaskan setiap langkah sebelum melakukan tindakan.
·           Memberikan remedikasi pada kasus-kasus yang diperkirakan melebihi waktu 30 menit.
·           Memberikan analgesia dan sedative pada waktu yang tepat sebelum tindakan (30 menit sebelumnya jika diberikan IM dan 60 menit sebelumnya jika diberikan secara Oral)
·           Memberikan dengan pengenceran
·           Cek tingkat anastesia dengan pingset, jika masih terasa sakit tunggu 2 menit dan lakukan tes lagi.
·           Tunggu beberapa detik setiap langkah.
·           Gerakan perlahaan tanpa melakukan gerakan yang cepat dan menyentak.
·           Perlakukan jaringan secara lembut dan hindari retraksi, penarikan, atau tekanan yang tidak di perlukan.
·           Gunakan alat – alat dengan penuh keyakinan.
·           Hindari penggunaan kata – kata seperti ‘ini tidak akan menyakitkan’, yang pada kenyataan akan menyakitkan, dan ‘saya hampir selesai’ padahal, anda belum selesai.
·           Ajak bicara si ibu selama tindakan berlangsung.

Kebutuhan dan cara pemberian (melalui mulut, I.M atau I.V) analgesia suplemen tergantung pada: keadaaan emosional ibu; prosedur yang di lakukan (Tabel 6.1); berapa lamanya untuk pelaksanaan prosedur; dan keterampilan stap pelayanan kesehatan.
Tabel 2.1.1 Pilihan pemberian analgesia dan anastesia
PROSEDUR
PILIHAN ANALGESIA/ANASTESIA
Inpartu dan kelahiran
·         Dukungan terhadap persalinan secara umun
·         Petidin dan prometazin
Episiotomi
·         Anestesi lokal
·         Blok pudental
Perlukaaan serviks (luas )
·         Petidin dan diazepam
·         Ketamin
Robekan perenium (derajat 1 dan 2)
·         Anestesi lokal
·         Blok pudental
Robekan perenium (derajat 3 dan 4)
·         Blok pudental
·         Ketamin
·         Anestesi lokal di bantu dengan petidin dan diazepam
Plasenta manual
·         petidin dan diazepam
·         ketamin
Persalinan sungsang
·         dukungan terhadap persalinan secara umum
·         blok pudental
Seksio sesaria
·         anastesi lokal
·         anastesi spinal
·         ketamin
·         anastesi umum
Kolpotomi/kuldosentesis
·         anastesi lokal
Kraniotomi/kraniosentesis
·         dukungan dan dorongan emosional
·         diazepam
·         blok pudental
Dilatasi dan kuretase
·         petidin
·         blok paraservikal
Laparotomi
·         anastesi umum
·         anastesia spinal
Inversio uteri(koreksi/perbaikan)
·         petidin dan diazepam
·         anastesia umum
Ekstrasi vacuum
·         dukungan dan dorongan emosional
·         blok pudental

2.1.2        Mengurangi Rasa Sakit Saat Persalinan
·           Presepsi rasa sakit sanagat berpariasi bergantung pada keadaan emosional ibu. dukungan yang baik selama persalinan dapat menenangkan dan mengurangi rasa sakit.
·           Memperbolehkan berjalan – jalan atau mengubah posisi yang nyaman sesuai dengan kehendak ibu.
·           Pendamping persalinan bisa membantu melakukan masase punggung atau mengusap mukanya diantara kontraksi.
·           Pergunakan teknik pernafasan tertentu atau berendam air hangat atau di guyur

Jika di perlukan bisa di berikan :
·           Petidin 1 mg atau kg berat badan (tetapi tidak lebih dari 100 mg) I.M. atau I.V pelan – pelan setiap 4 jam sesuai dengan kebutuhan tau morfin 0,1 mg atau kg berat badan I.M.;
·           Jika terjadi muntah di berikan prometazin 25 mg I.M atau I.V
Barbiturat dan sedativa tidak boleh di berikan untuk mengurangi kecemasan saat persalinan

Perhatian
Jika petidin atau morvin di berikan pada ibu, bisa terjadi depresi pernafasan bayi. Nalokson merupakan antidotum.
·           Jika di temui adanya tanda – tanda depresi pernafasan pada bayi yang baru lahir, segera lakukan resusitasi:
-            Setelah di temukan tanda – tanda vital, berikan nalokson 0,1 mg/kg berat badan I.V
-            Jika bayi telah menunjukan sirkulasi perifer yang adekuat setelah resusitasi berhasil, nalokson dapat di berikan I.M dosis ulangan mungkin perlu di berikan untuk menghindari kembalinya depresi pernafasan.
·           Jika tidak terjadi depresi nafas dan pemberian petidin atau morvin dalam 4 jam sekitar proses persalinan perlu obsevasi apakah ada tanda – tanda depresi pernafasan

2.1.3        Anestesia Lokal
Anestesia lokal (lignokain dengan atau tanpa adrenalin) digunakan untuk menginfiltrasi jaringan dan mengeblok saraf sensorik.

·           Karena seorang ibu dengan anestesia lokal tetap sadar dan waspada selama tindakan, sangat penting untuk memastikan bahwa :
-       Konseling untuk meningkatkan kerja sama dan meminimalkan ketakutannya.
-       Komunikasi yang baik selama tindakan berlangsung juga adanya jaminan dari Penyediaan pelayanan jika dibutuhkan
-       Waktu dan kesabaran karena anastesia lokal tidak mempunyai efek yang segera
·           Kondisi berikut dibutuhkan untuk penggunaan yang aman zat anastesia yang lokal:
-       Seluruh anggota tim operasi harus mempunyai pengetahuan dan pengelaman mengenai penggunaan anastesia lokal
-       Obat dan peralatan kegawatdaruratan (penyedot, oksigen, alat-alat resusitasi) harus siap tersedia, dan sebaiknya dalam kodisi siap pakai dan seluruh anggota tim operasi terlatih dalam menggunakannya.

2.1.4        Premedikasi Dengan Prometazin Dan Diazepam
Premidikasi dibutuhkan untuk tindakan yang berakhir lebih dari 30 menit. Dosis harus disesuaikan dengan berat badan dan kondisi ibu tersebut dan kondisi janin (jika ada).
            Kombinasi yang banyak dipakai adalah petidin dan diazepam:
·         Berikan petidin 1 mg/kg berat badan (tetapi jangan melebihi 100 mg) I.M atau I.V secara perlahan atau berikan morfin 0,1 mg/kg berat badan I.M
·         Berikan diazepam secara perlahan sebanyak 1 mg I.V dan tunggu paling sedikit 2 menit sebelum memberikan tambahan lain. Kadar sedasi yang cukup dan aman akan dicapai jika kelopak mata bagian atas ibu tersebut jatuh dan menutupi bagian pinggir pupil. Pantau pernafasan per menitnya, jika pernafasan dibawah 10 x/menit, hentikan pemberian obat-obatan.
Jangan memberikan diazepam dan petidin pada atu semprit karena bisa terjadi pengendapan. Gunakan alat suntik yang berbeda.
 




2.1.5        Lignokain
Lignokain 2% atau 1% membutuhkan pengenceran sebelum digunakan (lihat kotak dibawah). Untuk sebagian besar tindakan obstetric, sediaan diencerkan sampai 0,5% supaya dapat memberikan efek maksimum dengan toksisitas yang paling sedikit.
Kotak 2.1.5 : Persiapan larutan Lignokain 0,5%
Kombinasi :
·         Lignokain 2%, 1 bagian
·         Garam fisiologik atau air distilasi 3 bagian (jangan gunakan glukosankarena dapat menambah resiko infeksi) atau
·         Lignokoin 1%, 1 bagian
·         Garam fisiologik atau air distilasi, 1 bagian
 








2.1.6        Adrenalin
Adrenalin menyebabkan vasokonstriksi lokal sehingga pemakaian lignokain lebih menguntungkan karena :
·           Perdarahan sedikit,
·           Efek anestesia lebih lama (1-2 jam),
·           Mengurangi risiko toksisitas (diberikan jika pemakaian lignokain lebih dari 40 ml),
·           Konsentrasi yang dipakai 1:200.000 (5mcg/ml)(Tabel 6.2)

Tabel 2.1.6 : Formula untuk preparasi larutan 0,5% lignokain dicampur 1:200.000 adrenalin
Volume anestesia lokal yang dibutuhkan
Garam fisiologik 0,9% (NaCL)
Lignokain 2%
Adrenalin 1:1.000
20 ml
15 ml
5 ml
0,1 ml
40 ml
30 ml
10 ml
0,2 ml
100 ml
75 ml
25 ml
0,5 ml
200 ml
150 ml
50 ml
1,0 ml

2.1.7        Komplikasi
Cara Menghindari Komplikasi
Semua jenis obat anestesia lokal mempunyai kecenderungan menjadi racun. Komplikasi utama obat anestesia lokal sangatlah jarang (Tabel 6.4, hal. U-33). Cara terbaik menghindari komplikasi adalah :
·           Hindari penggunaan lignokain dengan konsentrasi lebih dari 0,5%
·           Jika menggunakan lebih dari 40 ml larutan anestesia, tambahkan adrenalin untuk menunda terjadinya disperse. Tindakan-tindakan yang membutuhkan lebih dari 40 ml lignokain 0,5% adalah seksio sesarea atau perbaikan robekan perineum yang luas.
·           Gunakan dosis efektif yang terendah.
·           Awasi batas maksimum dosis yang aman. Untuk seorang dewasa, dosis ini adalah 4 mg/kg BB untuk lignokain tanpa adrenalin dan 7 mg/kg BB untuk lignokain dengan adrenalin. Efek zat anestesia ini akan berlangsung paling sedikit selama 2 jam. Dosis dapat diulang jika diperlukan setelah 2 jam (Tabel 2.1.7)
Tabel 2.1.7 : Batas maksimum dosis yang aman obat anestesia lokal
Obat
Dosis maksimum
(mg/kg BB)
Dosis maksimum untuk 60 kg orang dewasa (mg)
Lignokain
4
240
Lignokain + adrenalin
1 : 200.000 (5µg/ml)
7
420
·           Masukkan secara perlahan.
·           Hindari kesalahan suntikan ke dalam pembuluh darah. Ada tiga cara untuk menghindari hal di atas :
-            Teknik menggerekkan jarum (khususnya untuk infiltrasi jaringan): jarum digerakkan secara teratur sewaktu memasukkan obat; hal ini membuat cairan tersebut akan sulit memasuki pembuluh darah.
-            Teknik aspirasi terlebih dahulu (khususnya untuk blok saraf sewaktu sejumlah cairan disuntikkan ke satu area): dilakukan aspirasi terlebih dahulu sebelum menyuntikkan obat; jika didapati adanya darah, reposisi jarum dan ulangi;
-            Teknik menarik alat suntik: jarum dimasukkan dan obat anestesia dikeluarkan bersamaan dengan penarikan alat suntik.
Untuk menghindari toksisitas lignokain
·         Gunakan cairan yang diencerkan;
·         Tambahkan adrenalin jika digunakan  volume di atas 40 ml;
·         Gunakan dosis efektif yang terendah;
·         Awasi batas maksimum dari dosis yang aman;
·         Hindari masuknya obat ke pembuluh darah.
 








2.1.8        Diagnosa Alergi dan Keracunan Lignokain
Tabel 2.1.8 : Gejala dan tanda alergi dan keracunan lignokain
Alergi
Keracunan Ringan
Keracunan Berat
Toksisitas yang mengancam jiwa (sangat jarang)
·      Syok

·      Kemerahan pada kulit
·      Bercak pada kulit
·      Bronkospasme

·      Muntah


·      Penyakit serum
·      Baal pada lidah dan bibir
·      Rasa logam pada mulut
·      Sakit kepala/pusing
·      Perasaan denging pada telinga
·      Kesulitan memusatkan pandangan
·       Mengantuk

·       Disorientasi

·       Twitching otot dan menggigil
·       Berbicara tidak jelas
·      Kejang tonik-klonik
·      Depresi dan henti nafas
·      Depresi dan henti jantung


2.1.9        Penanganan Alergi Lignokain
·           Berikan adrenalin 1:1000, 0,5 ml I.M., diulang setiap 10 menit jika diperlukan.
·           Pada kondisi akut, berikan hidrokortison 100 mg I.V. setiap jam.
·           Untuk menghindari rekurensi, berikan difenhidramin 50 mg I.M. atau I.V. secara perlahan, kemudian 50 mg melalui mulut setiap 6 jam.
·           Untuk bronkospasme, berikan aminofilin 250 mg dalam cairan NaCL 0,9% 10 ml secara perlahan.
·           Pada keadaan edema larings mungkin dibutuhkan tindakan trakeostomi segera.
·           Jika didapati adanya syok, lakukan penatalaksanaan standar untuk syok.
·           Untuk gejala yang parah atau rekurensi mungkin dibutuhkan pemberian kortikosteroid (seperti I.V. 2 mg/kg BB setiap 4 jam sampai perbaikan kondisi). Pada kondisi kronis berikan prednisone 5 mg atau prednisolon 10 mg melalui oral setiap 6 jam sampai kondisi membaik.

2.1.10    Penanganan Toksisitas Lignokain
Jika didapati adanya gejala dan tanda toksisitas (Tabel 6.4), tenaga medis sebaiknya menghentikan injeksi dan segera mempersiapkan diri untuk mengobati gejala yang parah dan mengancam jiwa. Jika terdapat tanda dan gejala yang ringan, tunggu beberapa menit untuk melihat apakah gejalanya berkurang, periksa tanda vital, ajak bicara pasien tersebut lalu lanjutkan tindakan jika memungkinkan.

Kejang
·           Miringkan pasien kiri, masukkan selang nafas dan lakukan aspirasi secret.
·           Berikan oksigen 6-8 1 per menit dengan sungkup atau kanula hidung.
·           Berikan diazepam 1-5 mg I.V., diberikan per 1 mg. ulangi jika kejang berulang
Catatan : Penggunaan diazepam untuk mengobati kejang dapat menyebabkan depresi nafas.

Henti Nafas
·           Jika pasien tidak bernafas, beri bantuan penrnafasan dengan sungkup dan alat bantu nafas atau melalui intubasi endotrakeal; berikan oksigen 4-6 1 per menit.


Henti Jantung
·           Hiperventilasi dengan oksigen
·           Lakukan pemijatan pada jantung
·           Jika pasien belum melahirkan, segera lahirkan bayi dengan seksio sesarea dengan anestesi umum.
·           Berikan adrenalin 1:10.000, 0,5 ml I.V.

2.1.11    Keracunan Adrenalin
·           Keracunan adrenalin sistemik sebagai akibat dari pemberian adrenalin berlebih atau masuknya adrenalin melalui I.V. secara tidak sengaja, mengakibatkan:
-            Lemas;
-            Berkeringat;
-            Hipertensi;
-            Perdarahan serebral;
-            Peningkatan denyut jantung;
-            Fibrilasi ventrikel.
·           Keracunan adrenalin lokal terjadi jika konsentrasi berlebih sehingga mengakibatkan iskemia pada tempat penyuntikkan dengan penyembuhan yang jelek.

2.1.12    Analgesia Pasca Bedah
Kontrol nyeri pasca bedah yang baik sangatlah penting. Seorang ibu yang berada dalam kesakitan tidak akan sembuh dengan baik.
Catatan : Hindari penggunaan sedatif yang berlebihan karena hal ini akan membatasi mobilitas, yang merupakan hal yang penting dalam periode pasca bedah.
Aturan yang cukup baik untuk mengendalikan nyeri pasca bedah adalah :
·           Berikan paracetamol 500 mg per oral sesuai dengan yang dibutuhkan;
·           Petidin 1 mg/kg berat badan (tetapi tidak lebih dari 100 mg) atau I.V. atau morfin 0,1 mg/kg berat badan I.M. setiap 4 jam sesuai dengan yang dibutuhkan;
·           Kombinasi narkotik di atas dengan dosis yang lebih rendah dengan paracetamol.
·           Jika muntah diberikan anti muntah atau prometazin 25 mg I.M. atau I.V. setiap 4 jam.

BAB III
PENUTUP

3.1        Kesimpulan
Pada makalah ini kami membahas sedikitnya tentang obat Anestesi dan analgesic sebagai oabat penghilang rasa sakit kadang diperlukan selama persalinan dan dibutuhkan juga selama dan setelah tindakan operasi.
Anestesi adalah keadaan tanpa rasa (withoutsensation) tetapi bersifat sementara dan dapat kembali kepada keadaan semula. Sejak pertama kali ditemukan oleh William Thomas Green Morton padatahun 1846, anestesi terus berkembang pesat hingga sekarang. Saat itu ia sedangmemperagakan pemakaian dietil eter untuk menghilangkan kesadaran dan rasa nyeri pada pasien yang ditanganinya.Setelah mengalami stagnasi dalam perkembangannya selama 100tahun setelah penemuan morton barulah kemudian banyak dokter tertarik untukmemperlajari bidang anestesiologi, dan barulah obat-obat anestesi generasi barumuncul satu-persatu.
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk meredakan rasa nyeri. Obatanalgetik dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu obat golongan opioid dan NSAID. Golongan Opioid bekerja pada sistem saraf pusat, sedangkan golongan NSAIDbekerja di reseptor saraf perier dan sistem saraf pusat

3.2              Saran
Di harapkan dengan adanya makalah ini yang berkaitan dengan Anestesi dan analgesic, lebih kurangnya dapat membantu kita dalam mengenali beberapa nama obat – obatan yang berkaitan dengan kebidanan dan sehingga dapat mempermudah kita untuk memberikannya kepada pasien dengan indikasi tertentu dengan tepat.









DAFTAR PUSTAKA
           
Buku
Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, SpOG., MPH, Prof. Dr.dr. Gulardi Hanifa Wiknjosastro, SpOG., Prof. Dr. dr. Biran Affandi, SpOG., dr. Djoko Waspodo, SpOG. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. PT BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO : Jakarta.
Karen. C. Comerford. 2010. Buku Saku Maternal-Neonatal Edisi 2. EGC : Jakarta
Ben-Zion Taber, M.D. 2011. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. EGC : Jakarta
Dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba, SpOG., dr. Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, SpOG., Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOGK. 2010. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. EGC : Jakarta.
Dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba, SpOG., dr. Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, SpOG., Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOGK. 2011. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. EGC : Jakarta.

Jurnal
Lesmaria Flora, Ike Sri Redjeki, A. Himendra W. 2014. Jurnal Anestesi Perioperatif. Di RS dr. Hasan Sadikin Bandung.
Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Jawa Tengah. 2013. Jurnal Anestesiologi Indonesia. Di Instalasi Bedah Sentral dan Lboratorium Patologi Klinik RSUP dr. Kariadi Semarang.
Fitri Sepviyanti S, Nazaruddin Umar, Margaritta Rehatta, Siti Cahasnak Saleh. 2016. Pengelolaan Anestesi Untuk Evakuasi Hematoma Epidural Pada Wanita Dengan Kehamilan 22-24 Minggu. Di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif RS Bayukarta Karawang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pelayanan Penyakit Menular TB di Keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1               Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular, disebabkan oleh kuman...