BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam
penanganan kejadian persalinan biasanya klien disertai rasa sakit atau nyeri
yang akan menghambat dalam pelaksanaan tindakan. Dibutuhkan penanganan yang
tepat untuk mengurangi rasa sakit tesebut dan sebagaimana hal tersebut,
terdapat dua istilah, yaitu anestasia dan analgesia. Anestesia merupakan sebuah
tindakan medis menggunakan obat untuk menghilangkan rasa sakit atau rasa lain
yang dirasakan pasien selama pembedahan atau operasi. Anestesia dilakukan
menggunakan beberapa cara. Analgesia sendiri adalah berbagai macam obat-obatan
yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri atau sakit dalam penangan medis
tersebut.
Perlu
pemahaman dalam pelaksanaan Anestesia dan dalam pemilihan analgesia. Hal
tersebut ditujukan untuk mengurangi resiko kesalahan atau efek penolakan yang
terjadi di dalam tubuh klien. Perlu dipahami pula efek samping yang akan
terjadi dalam pelaksanaan prosedur tersebut.
1.2
Rumusan
Masalah
·
Apa itu
Anestasia
dan Analgesia, prinsip umum dan penjelasannya ?
1.3
Tujuan Penulisan
Diharapkan sebagai tenaga kesehatan bidan dapat
mengetahui seperti apa konsep anestasia
dan analgesia serta proses dan prosedur yang harus dilakukan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Anestesia
Dan Analgesia
Penghilang rasa sakit kadang diperlukan selama
persalinan dan dibutuhkan juga selama dan setelah tindakan operasi. Metode
untuk menghilangkan rasa sakit dibicarakan di bawah ini, termasuk di antaranya
adalah prinsip dasar untuk menggunakan anestesia dan analgesia, obat analgesia
dan metode untuk mendukung selama persalinan, anestesia lokal, dan analgesia
pascabedah.
Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berati
tidak, dan Aesthesis berarti rasa atau sensasi. Sehingga anestesi berarti suatu
keadaan hilangnya rasa atau sensasi tanpa atau disertaidengan hilangnya kesadaran.
Anestesi adalah keadaan tanpa rasa (withoutsensation) tetapi bersifat sementara
dan dapat kembali kepada keadaan semula. Sejak pertama kali ditemukan oleh
William Thomas Green Morton padatahun 1846, anestesi terus berkembang pesat
hingga sekarang. Saat itu ia sedang memperagakan pemakaian dietil eter untuk menghilangkan
kesadaran dan rasa nyeri pada pasien yang ditanganinya. Ia berhasil melakukan
pembedahan tumor rahang pada seorang pasien tanpa memperlihatkan gejala
kesakitan. Karena padasaat itu eter merupakan obat yang cukup aman, memenuhi
kebutuhan, mudahdigunakan, tidak memerlukan obat lain, cara pembuatan mudah,
dan harganyamurah. Oleh karena itu eter terus dipakai, tanpa ada usaha untuk
mencari obatyang lebih baik.
Setelah mengalami stagnasi dalam perkembangannya
selama 100tahun setelah penemuan morton barulah kemudian banyak dokter tertarik
untukmemperlajari bidang anestesiologi, dan barulah obat-obat anestesi generasi
barumuncul satu-persatu.
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk meredakan
rasa nyeri. Obat analgetik dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu obat golongan
opioid dan NSAID. Golongan Opioid bekerja pada sistem saraf pusat, sedangkan
golongan NSAID bekerja di reseptor saraf perier dan sistem saraf pusat
2.1.1
Prinsip Umum
Langkah-langkah
pokok dalam penanganan rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman pada ibu bersalin
adalah :
·
Perhatian
yang mendukung oleh para penolong sebelum, selama, dan sesudah prosedur
(mengurangi kecemasan dan rasa sakit)
·
Penolong
dapat secara baik bekerja dengan ibu yang masih sadar dan terlatih memakai
peralatan secara halus.
·
Memilih
macam dan tingkat penanganan rasa nyeri dengan memakai obat-obatan.
Tips untuk melakukan prosedur pada ibu yang
masih sadar adalah :
·
Menjelaskan
setiap langkah sebelum melakukan tindakan.
·
Memberikan
remedikasi pada kasus-kasus yang diperkirakan melebihi waktu 30 menit.
·
Memberikan
analgesia dan sedative pada waktu yang tepat sebelum tindakan (30 menit
sebelumnya jika diberikan IM dan 60 menit sebelumnya jika diberikan secara
Oral)
·
Memberikan
dengan pengenceran
·
Cek
tingkat anastesia dengan pingset, jika masih terasa sakit tunggu 2 menit dan
lakukan tes lagi.
·
Tunggu
beberapa detik setiap langkah.
·
Gerakan
perlahaan tanpa melakukan gerakan yang cepat dan menyentak.
·
Perlakukan
jaringan secara lembut dan hindari retraksi, penarikan, atau tekanan yang tidak
di perlukan.
·
Gunakan
alat – alat dengan penuh keyakinan.
·
Hindari
penggunaan kata – kata seperti ‘ini tidak akan menyakitkan’, yang pada
kenyataan akan menyakitkan, dan ‘saya hampir selesai’ padahal, anda belum
selesai.
·
Ajak
bicara si ibu selama tindakan berlangsung.
Kebutuhan dan cara pemberian (melalui mulut, I.M atau I.V) analgesia
suplemen tergantung pada: keadaaan emosional ibu; prosedur yang di lakukan (Tabel 6.1); berapa lamanya untuk
pelaksanaan prosedur; dan keterampilan stap pelayanan kesehatan.
Tabel 2.1.1 Pilihan pemberian analgesia dan anastesia
PROSEDUR
|
PILIHAN ANALGESIA/ANASTESIA
|
Inpartu dan kelahiran
|
·
Dukungan
terhadap persalinan secara umun
·
Petidin
dan prometazin
|
Episiotomi
|
·
Anestesi
lokal
·
Blok
pudental
|
Perlukaaan serviks (luas )
|
·
Petidin
dan diazepam
·
Ketamin
|
Robekan perenium (derajat 1 dan 2)
|
·
Anestesi
lokal
·
Blok
pudental
|
Robekan perenium (derajat 3 dan 4)
|
·
Blok
pudental
·
Ketamin
·
Anestesi
lokal di bantu dengan petidin dan diazepam
|
Plasenta manual
|
·
petidin
dan diazepam
·
ketamin
|
Persalinan sungsang
|
·
dukungan
terhadap persalinan secara umum
·
blok
pudental
|
Seksio sesaria
|
·
anastesi
lokal
·
anastesi
spinal
·
ketamin
·
anastesi
umum
|
Kolpotomi/kuldosentesis
|
·
anastesi
lokal
|
Kraniotomi/kraniosentesis
|
·
dukungan
dan dorongan emosional
·
diazepam
·
blok
pudental
|
Dilatasi dan kuretase
|
·
petidin
·
blok
paraservikal
|
Laparotomi
|
·
anastesi
umum
·
anastesia
spinal
|
Inversio uteri(koreksi/perbaikan)
|
·
petidin
dan diazepam
·
anastesia
umum
|
Ekstrasi vacuum
|
·
dukungan
dan dorongan emosional
·
blok
pudental
|
2.1.2
Mengurangi Rasa Sakit Saat Persalinan
·
Presepsi
rasa sakit sanagat berpariasi bergantung pada keadaan emosional ibu. dukungan
yang baik selama persalinan dapat menenangkan dan mengurangi rasa sakit.
·
Memperbolehkan
berjalan – jalan atau mengubah posisi yang nyaman sesuai dengan kehendak ibu.
·
Pendamping
persalinan bisa membantu melakukan masase punggung atau mengusap mukanya
diantara kontraksi.
·
Pergunakan
teknik pernafasan tertentu atau berendam air hangat atau di guyur
Jika di perlukan
bisa di berikan :
·
Petidin
1 mg atau kg berat badan (tetapi tidak lebih dari 100 mg) I.M. atau I.V pelan –
pelan setiap 4 jam sesuai dengan kebutuhan tau morfin 0,1 mg atau kg berat
badan I.M.;
·
Jika
terjadi muntah di berikan prometazin 25 mg I.M atau I.V
Barbiturat
dan sedativa tidak boleh di berikan untuk mengurangi kecemasan saat persalinan
|
Perhatian
Jika petidin
atau morvin di berikan pada ibu, bisa terjadi depresi pernafasan bayi.
Nalokson merupakan antidotum.
·
Jika di temui adanya tanda – tanda depresi
pernafasan pada bayi yang baru lahir, segera lakukan resusitasi:
-
Setelah di temukan tanda – tanda vital, berikan
nalokson 0,1 mg/kg berat badan I.V
-
Jika bayi telah menunjukan sirkulasi perifer yang
adekuat setelah resusitasi berhasil, nalokson dapat di berikan I.M dosis
ulangan mungkin perlu di berikan untuk menghindari kembalinya depresi
pernafasan.
·
Jika tidak terjadi depresi nafas dan pemberian
petidin atau morvin dalam 4 jam sekitar proses persalinan perlu obsevasi
apakah ada tanda – tanda depresi pernafasan
2.1.3
Anestesia Lokal
Anestesia lokal (lignokain dengan atau tanpa
adrenalin) digunakan untuk menginfiltrasi jaringan dan mengeblok saraf
sensorik.
·
Karena seorang ibu dengan anestesia lokal tetap
sadar dan waspada selama tindakan, sangat penting untuk memastikan bahwa :
- Konseling untuk
meningkatkan kerja sama dan meminimalkan ketakutannya.
- Komunikasi yang
baik selama tindakan berlangsung juga adanya jaminan dari Penyediaan pelayanan
jika dibutuhkan
- Waktu dan kesabaran
karena anastesia lokal tidak mempunyai efek yang segera
·
Kondisi berikut dibutuhkan untuk penggunaan yang
aman zat anastesia yang lokal:
- Seluruh anggota tim
operasi harus mempunyai pengetahuan dan pengelaman mengenai penggunaan
anastesia lokal
-
Obat dan peralatan kegawatdaruratan (penyedot,
oksigen, alat-alat resusitasi) harus siap tersedia, dan sebaiknya dalam kodisi
siap pakai dan seluruh anggota tim operasi terlatih dalam menggunakannya.
2.1.4
Premedikasi Dengan Prometazin Dan Diazepam
Premidikasi dibutuhkan untuk tindakan yang berakhir lebih dari 30 menit.
Dosis harus disesuaikan dengan berat badan dan kondisi ibu tersebut dan kondisi
janin (jika ada).
Kombinasi
yang banyak dipakai adalah petidin dan diazepam:
·
Berikan
petidin 1 mg/kg berat badan (tetapi jangan melebihi 100 mg) I.M atau I.V secara
perlahan atau berikan morfin 0,1 mg/kg berat badan I.M
·
Berikan
diazepam secara perlahan sebanyak 1 mg I.V dan tunggu paling sedikit 2 menit
sebelum memberikan tambahan lain. Kadar sedasi yang cukup dan aman akan dicapai
jika kelopak mata bagian atas ibu tersebut jatuh dan menutupi bagian pinggir pupil.
Pantau pernafasan per menitnya, jika pernafasan dibawah 10 x/menit, hentikan
pemberian obat-obatan.
Jangan memberikan diazepam dan petidin
pada atu semprit karena bisa terjadi pengendapan. Gunakan alat suntik yang
berbeda.
|
2.1.5
Lignokain
Lignokain 2% atau 1% membutuhkan pengenceran sebelum digunakan (lihat
kotak dibawah). Untuk sebagian besar tindakan obstetric, sediaan diencerkan
sampai 0,5% supaya dapat memberikan efek maksimum dengan toksisitas yang paling
sedikit.
Kotak 2.1.5 : Persiapan larutan Lignokain 0,5%
Kombinasi :
·
Lignokain 2%, 1 bagian
·
Garam fisiologik atau air
distilasi 3 bagian (jangan gunakan glukosankarena dapat menambah resiko
infeksi) atau
·
Lignokoin 1%, 1 bagian
·
Garam fisiologik atau air
distilasi, 1 bagian
|
2.1.6
Adrenalin
Adrenalin
menyebabkan vasokonstriksi lokal sehingga pemakaian lignokain lebih
menguntungkan karena :
·
Perdarahan
sedikit,
·
Efek
anestesia lebih lama (1-2 jam),
·
Mengurangi
risiko toksisitas (diberikan jika pemakaian lignokain lebih dari 40 ml),
·
Konsentrasi
yang dipakai 1:200.000 (5mcg/ml)(Tabel 6.2)
Tabel 2.1.6 : Formula untuk preparasi larutan
0,5% lignokain dicampur 1:200.000 adrenalin
Volume anestesia lokal yang dibutuhkan
|
Garam fisiologik 0,9% (NaCL)
|
Lignokain 2%
|
Adrenalin 1:1.000
|
20 ml
|
15 ml
|
5 ml
|
0,1 ml
|
40 ml
|
30 ml
|
10 ml
|
0,2 ml
|
100 ml
|
75 ml
|
25 ml
|
0,5 ml
|
200 ml
|
150 ml
|
50 ml
|
1,0 ml
|
2.1.7
Komplikasi
Cara
Menghindari Komplikasi
Semua
jenis obat anestesia lokal mempunyai kecenderungan menjadi racun. Komplikasi
utama obat anestesia lokal sangatlah jarang (Tabel 6.4, hal. U-33). Cara
terbaik menghindari komplikasi adalah :
·
Hindari
penggunaan lignokain dengan konsentrasi lebih dari 0,5%
·
Jika
menggunakan lebih dari 40 ml larutan anestesia, tambahkan adrenalin untuk
menunda terjadinya disperse. Tindakan-tindakan yang membutuhkan lebih dari 40
ml lignokain 0,5% adalah seksio sesarea atau perbaikan robekan perineum yang
luas.
·
Gunakan
dosis efektif yang terendah.
·
Awasi
batas maksimum dosis yang aman. Untuk seorang dewasa, dosis ini adalah 4 mg/kg
BB untuk lignokain tanpa adrenalin dan 7 mg/kg BB untuk lignokain dengan
adrenalin. Efek zat anestesia ini akan berlangsung paling sedikit selama 2 jam.
Dosis dapat diulang jika diperlukan setelah 2 jam (Tabel 2.1.7)
Tabel 2.1.7 : Batas maksimum dosis yang aman obat anestesia lokal
Obat
|
Dosis maksimum
(mg/kg BB)
|
Dosis maksimum untuk 60 kg orang dewasa (mg)
|
Lignokain
|
4
|
240
|
Lignokain + adrenalin
1 : 200.000 (5µg/ml)
|
7
|
420
|
·
Masukkan
secara perlahan.
·
Hindari
kesalahan suntikan ke dalam pembuluh darah. Ada tiga cara untuk menghindari hal
di atas :
-
Teknik
menggerekkan jarum (khususnya untuk infiltrasi jaringan): jarum digerakkan
secara teratur sewaktu memasukkan obat; hal ini membuat cairan tersebut akan
sulit memasuki pembuluh darah.
-
Teknik
aspirasi terlebih dahulu (khususnya untuk blok saraf sewaktu sejumlah cairan
disuntikkan ke satu area): dilakukan aspirasi terlebih dahulu sebelum
menyuntikkan obat; jika didapati adanya darah, reposisi jarum dan ulangi;
-
Teknik
menarik alat suntik: jarum dimasukkan dan obat anestesia dikeluarkan bersamaan
dengan penarikan alat suntik.
Untuk
menghindari toksisitas lignokain
·
Gunakan cairan yang diencerkan;
·
Tambahkan adrenalin jika
digunakan volume di atas 40 ml;
·
Gunakan dosis efektif yang
terendah;
·
Awasi batas maksimum dari dosis
yang aman;
·
Hindari masuknya obat ke
pembuluh darah.
|
2.1.8
Diagnosa Alergi dan Keracunan Lignokain
Tabel 2.1.8 :
Gejala dan tanda alergi dan keracunan lignokain
Alergi
|
Keracunan Ringan
|
Keracunan Berat
|
Toksisitas yang mengancam jiwa (sangat jarang)
|
·
Syok
·
Kemerahan
pada kulit
·
Bercak
pada kulit
·
Bronkospasme
·
Muntah
·
Penyakit
serum
|
·
Baal
pada lidah dan bibir
·
Rasa
logam pada mulut
·
Sakit
kepala/pusing
·
Perasaan
denging pada telinga
·
Kesulitan
memusatkan pandangan
|
·
Mengantuk
·
Disorientasi
·
Twitching
otot dan menggigil
·
Berbicara
tidak jelas
|
·
Kejang
tonik-klonik
·
Depresi
dan henti nafas
·
Depresi
dan henti jantung
|
2.1.9
Penanganan Alergi Lignokain
·
Berikan
adrenalin 1:1000, 0,5 ml I.M., diulang setiap 10 menit jika diperlukan.
·
Pada
kondisi akut, berikan hidrokortison 100 mg I.V. setiap jam.
·
Untuk
menghindari rekurensi, berikan difenhidramin 50 mg I.M. atau I.V. secara
perlahan, kemudian 50 mg melalui mulut setiap 6 jam.
·
Untuk
bronkospasme, berikan aminofilin 250 mg dalam cairan NaCL 0,9% 10 ml secara
perlahan.
·
Pada
keadaan edema larings mungkin dibutuhkan tindakan trakeostomi segera.
·
Jika
didapati adanya syok, lakukan penatalaksanaan standar untuk syok.
·
Untuk
gejala yang parah atau rekurensi mungkin dibutuhkan pemberian kortikosteroid
(seperti I.V. 2 mg/kg BB setiap 4 jam sampai perbaikan kondisi). Pada kondisi
kronis berikan prednisone 5 mg atau prednisolon 10 mg melalui oral setiap 6 jam
sampai kondisi membaik.
2.1.10 Penanganan
Toksisitas Lignokain
Jika didapati adanya gejala dan tanda toksisitas (Tabel 6.4), tenaga
medis sebaiknya menghentikan injeksi dan segera mempersiapkan diri untuk
mengobati gejala yang parah dan mengancam jiwa. Jika terdapat tanda dan gejala
yang ringan, tunggu beberapa menit untuk melihat apakah gejalanya berkurang,
periksa tanda vital, ajak bicara pasien tersebut lalu lanjutkan tindakan jika
memungkinkan.
Kejang
·
Miringkan
pasien kiri, masukkan selang nafas dan lakukan aspirasi secret.
·
Berikan
oksigen 6-8 1 per menit dengan sungkup atau kanula hidung.
·
Berikan
diazepam 1-5 mg I.V., diberikan per 1 mg. ulangi jika kejang berulang
Catatan : Penggunaan diazepam untuk mengobati
kejang dapat menyebabkan depresi nafas.
Henti
Nafas
·
Jika
pasien tidak bernafas, beri bantuan penrnafasan dengan sungkup dan alat bantu
nafas atau melalui intubasi endotrakeal; berikan oksigen 4-6 1 per menit.
Henti
Jantung
·
Hiperventilasi
dengan oksigen
·
Lakukan
pemijatan pada jantung
·
Jika pasien
belum melahirkan, segera lahirkan bayi dengan seksio sesarea dengan anestesi
umum.
·
Berikan
adrenalin 1:10.000, 0,5 ml I.V.
2.1.11 Keracunan
Adrenalin
·
Keracunan
adrenalin sistemik sebagai akibat dari pemberian adrenalin berlebih atau
masuknya adrenalin melalui I.V. secara tidak sengaja, mengakibatkan:
-
Lemas;
-
Berkeringat;
-
Hipertensi;
-
Perdarahan
serebral;
-
Peningkatan
denyut jantung;
-
Fibrilasi
ventrikel.
·
Keracunan
adrenalin lokal terjadi jika konsentrasi berlebih sehingga mengakibatkan
iskemia pada tempat penyuntikkan dengan penyembuhan yang jelek.
2.1.12 Analgesia
Pasca Bedah
Kontrol nyeri pasca bedah yang baik sangatlah penting.
Seorang ibu yang berada dalam kesakitan tidak akan sembuh dengan baik.
Catatan : Hindari penggunaan sedatif yang berlebihan karena hal
ini akan membatasi mobilitas, yang merupakan hal yang penting dalam periode
pasca bedah.
Aturan yang cukup
baik untuk mengendalikan nyeri pasca bedah adalah :
·
Berikan
paracetamol 500 mg per oral sesuai dengan yang dibutuhkan;
·
Petidin
1 mg/kg berat badan (tetapi tidak lebih dari 100 mg) atau I.V. atau morfin 0,1
mg/kg berat badan I.M. setiap 4 jam sesuai dengan yang dibutuhkan;
·
Kombinasi
narkotik di atas dengan dosis yang lebih rendah dengan paracetamol.
·
Jika
muntah diberikan anti muntah atau prometazin 25 mg I.M. atau I.V. setiap 4 jam.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada makalah ini kami membahas sedikitnya tentang
obat Anestesi dan analgesic sebagai oabat penghilang rasa sakit kadang
diperlukan selama persalinan dan dibutuhkan juga selama dan setelah tindakan
operasi.
Anestesi adalah keadaan tanpa rasa
(withoutsensation) tetapi bersifat sementara dan dapat kembali kepada keadaan
semula. Sejak pertama kali ditemukan oleh William Thomas Green Morton padatahun
1846, anestesi terus berkembang pesat hingga sekarang. Saat itu ia
sedangmemperagakan pemakaian dietil eter untuk menghilangkan kesadaran dan rasa
nyeri pada pasien yang ditanganinya.Setelah mengalami stagnasi dalam
perkembangannya selama 100tahun setelah penemuan morton barulah kemudian banyak
dokter tertarik untukmemperlajari bidang anestesiologi, dan barulah obat-obat
anestesi generasi barumuncul satu-persatu.
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk meredakan
rasa nyeri. Obatanalgetik dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu obat golongan
opioid dan NSAID. Golongan Opioid bekerja pada sistem saraf pusat, sedangkan
golongan NSAIDbekerja di reseptor saraf perier dan sistem saraf pusat
3.2
Saran
Di harapkan dengan
adanya makalah ini yang berkaitan dengan Anestesi dan analgesic, lebih
kurangnya dapat membantu kita dalam mengenali beberapa nama obat – obatan yang
berkaitan dengan kebidanan dan sehingga dapat mempermudah kita untuk
memberikannya kepada pasien dengan indikasi tertentu dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, SpOG., MPH,
Prof. Dr.dr. Gulardi Hanifa Wiknjosastro, SpOG., Prof. Dr. dr. Biran Affandi,
SpOG., dr. Djoko Waspodo, SpOG. 2010. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. PT BINA PUSTAKA
SARWONO PRAWIROHARDJO : Jakarta.
Karen. C. Comerford. 2010. Buku Saku Maternal-Neonatal Edisi 2. EGC
: Jakarta
Ben-Zion Taber, M.D. 2011. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan
Ginekologi. EGC : Jakarta
Dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba, SpOG., dr.
Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, SpOG., Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOGK. 2010.
Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk
Mahasiswa Kebidanan. EGC : Jakarta.
Dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba, SpOG., dr. Ida
Bagus Gde Fajar Manuaba, SpOG., Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOGK. 2011. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi &
Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. EGC : Jakarta.
Jurnal
Lesmaria Flora, Ike Sri Redjeki, A. Himendra
W. 2014. Jurnal Anestesi Perioperatif.
Di RS dr. Hasan Sadikin Bandung.
Program Studi Anestesiologi dan Terapi
Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Perhimpunan Dokter
Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Jawa Tengah. 2013. Jurnal
Anestesiologi Indonesia. Di Instalasi Bedah Sentral dan Lboratorium Patologi
Klinik RSUP dr. Kariadi Semarang.
Fitri Sepviyanti S, Nazaruddin Umar,
Margaritta Rehatta, Siti Cahasnak Saleh. 2016. Pengelolaan Anestesi Untuk
Evakuasi Hematoma Epidural Pada Wanita Dengan Kehamilan 22-24 Minggu. Di
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif RS Bayukarta Karawang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar