BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Periode penting dalam tumbuh kembang anak
adalah masa balita, karena pada masa ini merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas sumber daya
manusia di masa yang akan datang.
Pemahaman tentang pertumbuhan dan
perkembangan neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah yang baik sangat
mendukung dalam memberikan asuhan kebidanan pada anak. Oleh karena anak
mempunyai ciri-ciri tersendiri pada setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan,
maka pemahaman tentang pertumbuhan perkembangan anak akan mampu mendasari dalam
memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apakah
yang di maksud dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak balita ?
2.
Ada beberapa
teori yang di gunakan pada 2012,
2013,2014, 2015, dan 2016 ?
3.
Seperti
apa ciri – ciri tumbuh kembang ?
1.3
Tujuan Penulisan
Diharapkan sebagai tenaga kesehatan bidan dapat
mengetahui seperti apa konsep pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak balita,teori tumbuh kembang berdasarkan teori sigmund Freud dan J.Piaget, dan ciri-ciri tumbuh kembang.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep
Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Dan Anak Balita
2.1.1
Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan
Secara alamiah, setiap individu hidup akan
melalui tahap pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir
hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara ukuran maupun
secara perkembangan. Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang
sifatnya saling berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan
adalah sebagai berikut :
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter),
umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh)
(Adriana, 2013).
Perkembangan (development) adalah
bertambahnya skill (kemampuan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
Pertumbuhan
dan perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuran besar kecilnya
fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan
dan perkembangan kognitif anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik
maupun abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan
jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan
panjang dan berat (Kemenkes R.I, 2012).
Perkembangan adalah bertambahnya struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar dan gerak halus, bicara dan bahasa,
serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes R.I, 2012).
2.1.2
Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Dan Anak
Balita
Tumbuh kembang pada bayi merupakan tumbuh
kembang dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan tumbuh kembang selanjutnya,
sehingga diperlukan ketrampilan dan peranan ibu dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan anak secara keseluruhan. Pada masa bayi ini perkembangan kemampuan
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional, intelegensi berjalan
sangat cepat dan merupakan landasan pekembangan berikutnya. Perkembangan moral
serta dasar kepribadian juga dibentuk pada masa itu, sehingga setiap kelainan
penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani
dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari
(Soetjiningsih, 2012). Masa bayi merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang
sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang
anak pada masa balita merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya (Supartini, 2010). Keterampilan dan peranan ibu sangat
bermanfaat bagi proses perkembangan dan pertumbuhan anak secara keseluruhan
karena orang tua dapat segera mengenali kelebihan proses perkembangan anaknya
dan sedini mungkin memberikan stimulasi pada tumbuh kembang anak yang
menyeluruh dalam aspek fisik, mental, dan sosial. Stimulasi adalah perangsangan
yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak. Perkembangan dan
pertumbuhan bayi penting dijadikan perhatian khusus bagi orangtua, khususnya
ibu. Jika tumbuh kembang anak tanpa arahan dan pendampingan serta perhatian
orangtua, maka tumbuh kembang anak tidak dapat maksimal.
Masa bayi adalah
masa yang paling baik untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi karena
berpengaruh pada periode selanjutnya. Sehingga perlu dilakukan pemantauaan
pertumbuhan rutin pada pertumbuhan bayi sehingga dapat terdeteksi apabila ada
penyimpangan pertumbuhan dan dapat dilakukan penanggulangan sedini mungkin.
Deteksi dini tumbuh kembang merupakan kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang agar lebih mudah dilakukan
penanganan selanjutnya atau diintervensi (Arief, 2010).
Bayi sampai anak
usia 5 tahun (balita) dalam ilmu gizi dikelompokkan sebagai golongan penduduk
yang rawan terhadap kekurangan gizi termasuk KEP. Periode penting dalam tumbuh
kembang anak adalah masa balita. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat
dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral dan dasar -
dasar kepribadian juga dibentuk pada masa balita ini. Tiga tahun pertama masa kehidupan
anak merupakan masa paling rawan sebab gangguan yang terjadi pada masa ini
dapat menyebabkan efek yang menetap. Usia 0-2 tahun adalah periode emas sebab
dalam periode ini terjadi perkembangan saraf oak tercepat khususnya
mielinisasi. Berdasarkan penelitian para ahli kecepatan pertumbuhan otak
manusia mencapai puncaknya 2 kaliyaitu pada masa janin di usia kehamilan minggu
ke 15-20 dan usia kehamilan minggu ke 30 sampai bayi berusia 18 bulan.
Menurut Sutomo.
B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3
tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih
tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti
mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah
baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.
Masa balita
merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan
pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini
merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena
itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
Secara umum tumbuh
kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya senantiasa melalui tiga pola
yang sama, yakni:
a. Pertumbuhan
dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah (sefalokaudal).
Pertumbuhannya
dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan berusaha menegakkan
tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakinya.
b. Perkembangan
dimulai dari batang tubuh ke arah luar.
Contohnya
adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk
menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan jemarinya.
c. Setelah
dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi
keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan
lain-lain.
Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala
kuantitatif. Pada konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel,
serta jaringan intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung
proses multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran
tubuhnya. Hal ini ditandai oleh:
a. Meningkatnya
berat badan dan tinggi badan
b. Bertambahnya
ukuran lingkar kepala.
c. Muncul
dan bertambahnya gigi dan geraham.
d. Menguatnya
tulang dan membesarnya otot-otot.
e. Bertambahnya
organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan sebagainya.
2.2
Teori
Tumbuh Kembang Berdasarkan Teori Sigmund Freud
Dan J.Piaget
Macam Teori
|
Masa Bayi
|
Masa Pra Sekolah
|
Masa
Pra Sekolah Akhir
|
Psikoseksual (Sigmund Freud)
|
Fase Oral
|
Fase Anal
|
Fase Phalik
|
Perkembangan Kognitif
(Jean Piaget)
|
Sensori Motor
|
Pra Operasional
|
Pra Operasional
|
2.2.1
Teori Sigmund Freud
Freud adalah seorang psikiater dari Austria,
berpendapat bahwa pemuasan kebutuhan pada manusia berdasarkan instingnya,
berfokus pada kebutuhan seksual dari dalam diri (libido seksual), kesenangan
dan fantasi-fantasi yang menyenangkan. Freud mengatakan bahwa kepribadian dasar
kita dibentuk pada lima tahun pertama kehidupan manusia.
Menurut Freud komponen dalam diri manusia
adalah id, ego, superego. Id adalah dorongan kebutuhan dari dalam diri
manusia baik itu kebutuhan emosional, fisik maupun kebutuhan seksual yang
sifatnya selalu ingin dipuaskan (“here and now”) dan biasanya berhubungan
dengan kesenangan yang harus dipenuhi dan sesegera mungkin (pleasure
principles). Contoh ; pada bayi yang baru lahir sangat dikuasai oleh id, bayi
menangis ketika lapar dan ingin segera dipenuhi kebutuhan akan rasa laparnya
tersebut tanpa mau tahu bagaimana ia akan mendapatkan susunya. Ego adalah
sang rasional, manusianya itu sendiri, yang memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah, memiliki ide-ide untuk memenuhi kebutuhannya, memiliki prinsip-prinsip
yang berdasarkan kenyataan (reality principle) dimana manusia belajar untuk
menahan id-nya dengan jalan yang tepat dan memiliki pandangan yang lebih
realistik untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya. Superego adalah
norma-norma yang berlaku, moral, aturan-aturan yang berlaku, hal-hal yang ideal
yang memiliki penjelasan tentang hal-hal yang benar dan salah yang membantu
sang ego untuk menahan sang id.
Pada teori Psikoanalisa ini Freud membagi
tahapan-tahapan perkembangan kehidupan manusia menjadi lima, yaitu masa oral,
masa anal, masa phalic, masa latency dan masa genital. Tahapan perkembangan
diatas akan dijelaskan sebagaimana berikut :
1.
Fase
Oral ( 0 – 1 tahun )
Adalah masa dimana kepuasan baik fisik dan
emosional berfokus pada daerah sekitar mulut. Kebutuhan akan makanan adalah
kebutuhan yang paling penting untuk faktor fisik dan emosional yang sifatnya
harus segera dipuaskan. Dimasa ini id dan pemenuhan kebutuhan sesegera mungkin
berperan sangat dominan.
2.
Fase
Anal (1 – 3 tahun)
Adalah masa dimana sensasi dari
kesenangan berpusat pada daerah sekitar anus dan segala aktivitas yang
berhubungan dengan anus. Pada masa inilah anak mulai dikenalkan dengan “toilet
training”, yaitu anak mulai diperkenalkan tentang rasa ingin buang air besar
atau kecil. Anak diperkenalkan dan diberi pembiasaan tentang kapan saatnya dan
dimana tempatnya untuk buang air besar atau kecil, dan juga mengeliminasi
kebiasaan – kebiasaan anak yang kurang tepat dalam hal BAB dan BAK, misalnya
BAB / BAK di celana.
Contoh : ketika anak sudah menunjukkan
gejala atau bahasa tubuh ingin BAB / BAK, orang tua / guru / orang dewasa
segera mengantarkan anak ke kamar kecil, prilaku ini dilakukan berulang – ulang
dan konsisten.
3.
Fase Phalic ( 3 – 6 tahun )
Adalah masa dimana alat kelamin
merupakan bagian paling penting, anak sangat senang memainkan alat kelaminnya
yang terkadang dilakukannya untuk membuat orang tuanya tidak senang. Anak laki
– laki pada usia ini sangat dekat dan merasa sangat mencintai ibunya (oedipus
complex) begitu juga dengan anak perempuan yang sangat mencintai ayahnya
sehingga terkadang menganggap ibunya adalah saingannya (electra complex). Di
masa ini anak – anak akan merasa sangat kecewa dan diabaikan jika keinginan
atau harapannya kepada salah satu orang tua yang dianggap segala – galanya dan
sangat dicintai tidak terpenuhi. Pada umumnya anak lelaki sangat bangga akan
kelaminnya dan sering membanggakan di depan anak perempuan sehingga anak
perempuanpun sangat tertarik dan bertanya – tanya kenapa mereka tidak memiliki
seperti yang dimiliki oleh anak laki – laki dan hal ini menimbulkan perasaan
rendah diri pada anak perempuan. Di masa ini juga anak akan belajar mengenal dan
mengidentifikasi dirinya dengan melihat perbedaan antara ayah dan ibunya dan
mencari kesamaan dalam dirinya (misalnya ; seorang anak laki – laki
mengidentifikasikan dirinya dengan melihat kepada ayahnya yang berjenis kelamin
sama dengan dirinya ; bagaimana berpakaian ayahnya, bagaimana peran ayah di
rumah, dll). Masa ini sangat penting untuk perkembangan identifikasi jenis
kelamin pada anak, bagaimana seharusnya anak laki – laki atau anak perempuan
bersikap, berpakaian dan berperan. Jika masa ini lingkungan tidak mendukung
anak untuk mengidentifikasi dirinya dengan baik, maka anak akan mengalami bias
(ketidakjelasan) dalam mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang laki – laki
atau perempuan.
4.
Tahap
laten ( usia 5 – awal pubertas)
Masa ini adalah periode tertahannya
dorongan-dorongan seks agresif. Selama masa ini anak mengembangkan kemampuannya
bersublimasi ( seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olah raga, dan
kegiatan lainya). Tahapan latensi ini antara usia 6-12 tahun (masa sekolah
dasar)
5.
Tahap
genital/kelamin ( masa remaja)
Kateksis-kateksis dari masa-masa
pragenital bersifat narsisistik. Hal ini berarti bahwa individu mendapatkan
kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan orang-orang
lain dikateksis hanya karena membantu memberikan bentuk-bentuk tambahan
kenikmatan tubuh bagi anak. Selama masa adolesen, sebagian dari cinta diri atau
narsisisme ini disalurkan ke pilihan-pilihan objek yang sebenarnya.
Kateksis-kateksis pada tahap-tahap oral, anal, dan phalik lebur dan di sistensiskan
dengan impuls-impuls genital. Fungsi biologis pokok dari tahap genital tujuan
ini dengan memberikan stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu.
2.2.2
Teori Jean
Piaget
Piaget memperkenalkan sejumlah ide dan konsep untuk
mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan-perubahan dalam pemikiran logis yang
diamatinya pada anak-anak dan orang dewasa. Perkembangan kognitif dimulai dari
proses-proses berpikir secara konkrit sampai dengan yang lebih tinggi yaitu
konsep-konsep abstrak dan logis. Piaget meyakini bahwa anak-anak secara alami
memiliki ketertarikan terhadap dunia dan secara aktif mencari informasi yang
dapat membantu mereka memahami dunia tersebut. Sebagai seorang pakar yang
banyak melakukan penelitian tentang tingkat perkembangan kemampuan kognitif
manusia, Piaget mengemukakan dalam teorinya bahwa kemampuan kognitif manusia
terdiri atas empat tahapan dimulai dari lahir hingga dewasa. Tahap dan urutan
berlaku untuk semua usia tetapi usia pada saat seseorang mulai memasuki tahap
tertentu tidak sama untuk setiap orang.
Menurut teori perkembangan mental dari
Piaget, ada 4 tahapan perkembangan kognitif pada anak, yaitu: 1) Tahap sensori
motor, yaitu dari lahir sampai usia sekitar 2 tahun; 2) Tahap pre operasi,
yaitu dari usia sekitar 2 tahun sampai sekitar 7 tahun; 3) Tahap operasi
konkrit, yaitu dari usia sekitar 7 tahun sampai sekitar 11-12 tahun; dan 4)
Tahap operasi formal, yaitu dari usia dari sekitar 11 tahun sampai dewasa.
Setiap tahapan perkembangan mental
mempunyai sifat atau ciri khas masing-masing. Salah satu ciri yang dimunculkan
pada tahap operasi kongkrit diantaranya yaitu bahwa pada tahap ini anak sudah
mulai memahami konsep kekekalan. Diantaranya konsep kekekalan panjang (7 – 8
tahun). Tentu saja hal itu ditujukan untuk anak-anak luar negeri dimana Jean
Piaget melakukan penelitian, yaitu di Negara Swiss.
Pertanyaannya adalah apakah tahapan
perkembangan anak berlaku juga pada anak di negara kita. Hasil penelitian yang
kami lakukan menunjukkan bahwa, ada anak yang sesuai dengan usianya berada pada
tahapan operasi kongkrit ternyata belum memahami konsep kekekalan panjang.
Jean
Piaget menyebut bahwa struktur kognitif sebagai skemata (Schemas), yaitu
kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan
memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini.
Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Piaget memakai istilah scheme dengan istilah
struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang . Scheme
berhubungan dengan :
1.
Refleks-refleks pembawaan: misalnya bernapas,
makan, minum.
2.
Scheme mental ; misalnya scheme of
classification, scheme of operation. ( pola tingkah laku yang masih sukar
diamati seperti sikap, pola tingkah laku yang dapat diamati).
Faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan Kognitif (Dahar, 2011:
141) yaitu :
1. Fisik
Interaksi
antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak
dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika
intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
2. Kematangan
Kematangan
sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat
secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk
perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi
secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan
tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
3. Pengaruh sosial
Lingkungan
sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau
menghambat perkembangan struktur kognitif
4. Proses pengaturan diri yang disebut
ekuilibrasi
Proses
pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu
dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan
jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan
tersusun baik.
Tahap – tahap Perkembangan
Piaget (dalam Dahar, 2011: 136-139) membagi perkembangan
kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin
canggih seiring pertambahan usia :
1.
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2.
Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3.
Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4.
Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai
dewasa)
1. Periode sensorimotor
Menurut
Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks
bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah
periode pertama dari empat periode.
2. Tahapan praoperasional
Tahapan
ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan
permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis
yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori
Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek.
Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak
memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan
objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris:
anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat
mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua
benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat
walau warnanya berbeda-beda.
3. Tahapan operasional konkrit
Tahapan
ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai
duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai
4. Tahapan operasional formal
Tahap
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas)
dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya
kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik
kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat
memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala
sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di
antaranya.
2.3
Ciri-Ciri
Tumbuh Kembang
Dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan anak, mempunyai beberapa ciri-ciri yang
saling berkaitan. Ciri -ciri tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan
dan pertumbuhan berjalan secara bersamaan. Setiap pertumbuhan disertai dengan
perkembangan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan
otak dan serabut saraf.
b.
Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal
akan menentukan perkembangan selanjutnya.
Setiap
anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati
tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan
bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri
jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri
anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena
akan menentukan perkembangan selanjutnya.
c.
Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai
kecepatan yang berbeda.
Pada
setiap anak mempunyai kecepatan yang berbeda–beda baik dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Baik dalam pertumbuhan fisik maupun
perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
d.
Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Anak yang
sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta kepandaiannya.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat maka perkembanganpun demikian terjadi
peningkatan baik memori, daya nalar dan lain-lain.
e.
Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan
fungsi organ tubuh, terjadi menurut dua hukum yang tetap yaitu sebagai berikut:
1.
Perkembangan terjadi lebih dulu didaerah
kepala, kemudian menuju ke arah kaudal / anggota tubuh (pola sefalokaudal)
2.
Perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah
proksimal (gerak kasar) lalu berkembang kebagian distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
f.
Perkembangan memeiliki tahap yang berurutan.
Tahap
perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap
tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu
membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri
sebelum berjalan dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seperti yang kita
ketahui setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan
perkembangan,yang akan mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara
ukuran maupun secara perkembangan. Kami juga mengambil pengertian dari
pertumbuhan dan perkembangan agar dapat di pahami oleh masyarakat awam antara
lain:
Ø Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter),
umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh)
(Adriana, 2013).
Ø Perkembangan (development) adalah
bertambahnya skill (kemampuan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
Tumbuh kembang pada bayi merupakan tumbuh kembang
dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan tumbuh kembang selanjutnya,
sehingga diperlukan ketrampilan dan peranan ibu dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan anak secara keseluruhan.Pada konteks ini, berlangsung perubahan
ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata
lain, berlangsung proses multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran
tubuhnya. Pada teori
Psikoanalisa ini Freud membagi tahapan-tahapan perkembangan kehidupan manusia
menjadi lima, yaitu masa oral (0-1 tahun), masa anal (1-3 tahun), masa phalic(3-6
tahun), masa latency (5 – masa pubertas) dan masa genital (masa remaja).Piaget
(dalam Dahar, 2011: 136-139) membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4
periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan
usia : Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun), periode praoperasional (usia 2–7 tahun), periode operasional konkrit (usia 7–11
tahun),danperiode operasional
formal (usia 11 tahun sampai dewasa).
Perkembangan dan pertumbuhan berjalan secara
bersamaan, setiap
anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati
tahapan sebelumnya, pada
setiap anak mempunyai kecepatan yang berbeda–beda baik dalam pertumbuhan dan
perkembangannyaanak yang sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi
badannya serta kepandaiannya dan
perkembangan fungsi organ tubuh pun berbeda.
3.2
Saran
Di
harapkan pada saat masa pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak balita bukan
hanya Ibu yang berperan penting (aktif) dalam mengurus balita namun harus ada kerja sama dari suami dan keluarga yang harus ikut
terlibat atau mendukung dalam masa pertumbuhan dan perkembangan si bayi, dan
serta lingkungan yang baik untuk membentuk sifat/watak bahkan moral dari anak
tersebut perkembangan pada
tahap awal akan menentukan perkembangan selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
· Setiyani Astuti, SST.,
M.Kes., Sukesi, A.Per.Pen., S.Kep., Ns, M.Kes., Esyuananik, M.Keb. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita Dan
Anak Pra Sekolah. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
· Palasari Wina, Purnomo
Hari Sari Ika Dewi. 2012. Jurnal Keterampilan
Ibu Dalam Deteksi Dini Tumbuh Kembang Terhadap Tumbuh Kembang Bayi. Di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri.
· Diana, Melva, Fivi.
2010. Jurnal Pemantauan Perkembangan Anak
Balita. Di PSIKM Unand.
· Eny Andarningsih, Nurul Fitria Febrianti, Sutarni,
Zafira Syajarotun. 2014. Makalah Tugas
Kelompok Teori Perkembangan Menurut Sigmund Freud. Di Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
PGRI Yogyakarta.
· Dona Paramita. 2013. Teori Psikoanalisis.
· Fatimah Ibda. 2015. Jurnal Perkembangan
Kognitif: Teori Jean Piaget. Di Fakultas Tarbiyah
Dan Keguruan Uin Ar-Raniry.
· Idrus Alhaddad. 2012. Jurnal Penerapan Teori Perkembangan Mental Piaget Pada
Konsep Kekekalan Panjang. Program Studi
Pendidikan Matematika FKIP Universitas Khairun Ternate.
Amalia Nurjannah.
2013. Teori Perkembangan Kognitif Dari Jean Piaget.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar