Selasa, 31 Oktober 2017

ISSUE ETIK BIDAN DENGAN ORGANISASI PROFESI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Kebidanan merupakan salah satu profesi terutua didunia sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan lahir sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu-ibu yang melahirkan. Profesi ini telah mendudukan peran dan posisi seorang bidan menjadi terhormat dimasyarakat karena tugas yang diembannya sangat mulia dalam upaya memberikan semangat dan membesarkan hati ibu-ibu. Disamping itu dengan setia mendampingi dan menolong ibu-ibu dalam melahirkan sampai sang ibu dapat merawat bayibya dengan baik. Pelayanan kebidanan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan. Selama ini pelayanan kebidanan tergantung pada sikap sosial masyarakat dan keadaan lingkungan dimana bidan bekerja kemajuan sosial ekonomi merupakan parameter yang amat penting dalam pelayanan kebidanan.
Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia, juga mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etika sebagai akibat kemajuan teknologi /ilmu pengatahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus kesejahteraan ini tidak dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.
Etika merupakan bagian dari filosofi yang berhubunagn erat denagn nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiaannya baik atau buruk (Jones,1994). Moral merupakan pengatahuan atau keyakinan tentang adanya hal yang baik dan buruk serta mempengaruhi sikap seseorang seiring dengan pengaruh lingkunagn, pendidikan,sosial budaya, agama dsb, hal inilah yang disebut kesadaran moral atau kesadaran etik. Moral juga merupakan keyakinan individu bahwa sesuatu adalah ,utlak bauk atau buruk walaupun situasi berbeda.



1.2              Rumusan Masalah
1.     Apa yang dimaksud dengan Etika?
2.     Apa yang dimaksud dengan Moral ?
3.     Bagaimana issue dilema etik dalam pelayanan kebidanan dan organisasi profesi ?

1.3              Tujuan Penulisan
Di harakan agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu Issue etik dalam profesi kebidanan dengan organisasi profesi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa program studi D III Kebidanan STIKES Eka Harap Palangka Raya dan dapat di gunakan sebagai pedoman.





















BAB II
PEMBAHASAN

2.1              Issue Etik Bidan Dan Organisasi Profesi
Issue etik yang terjadi antara bidan dan organisasi profesi adalah suatu topic masalah yang menjadi bahan pembicaraan antara bidan dengan organisasi profesi karena terjadinya suatu hal-hal yang menyimpang dari aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Melihat kondisi seperti itu, pemerintah perlu mengupayakan dan bertanggung jawab terhadap setiap wanita hamil dan melahirkan untuk memperoleh layanan kesehatan yang berkualitas. Pemberian kemudahan akses baik transportasi maupun layanan sangat diperlukan, mulai dari wanita hamil, melahirkan, dan ketika ada komplikasi. Selain itu, perlu mempersiapkan generasi muda yaitu remaja puteri untuk mempunyai kesehatan yang baik, sehingga sudah dipersiapkan untuk menjadi calon ibu yang sehat.
Mengingat besarnya tanggung jawab dan beban kerja bidan dalam melayani masyarakat, pemerintah bersama dengan IBI telah mengupayakan pendidikan bagi bidan agar dapat menghasilkan lulusan yang mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dan dapat berperan sebagai tenaga kesehatan professional.
Permasalahan yang dihadapi saat ini ialah semakin banyaknya bidan memiliki izin untuk melakukan kegiatan medis dengan begitu mudahnya, sehingga memungkinkannya muncul bidan-bidan yang tidak berkompeten dan ini dibahas mengenai etika seorang bidan yang melanggar etika profesinya sehingga dihadapkan dengan sanksi organisasi serta sampai ke ranah hukum.

2.1.1        Kasus
Seorang ibu yang ingin bersalin di BPS pada bidan A sejak awal kehamilan ibu tersebut memang sudah sering memeriksakan kehamilannya. Menurut hasil pemeriksaan bidan Ibu tersebut mempunyai riwayat hipertensi. Maka kemungkinan lahir pervaginanya sangat beresiko Saat persalinan tiba. Tekanan darah ibu menjadi tinggi. Jika tidak dirujuk maka beresiko terhadap janin dan kondisi si Ibu itu sendiri. Resiko pada janin bisa terjadi gawat janin dan perdarahan pada ibu. Bidan A sudah mengerti resiko yang akan terjadi. Tapi ia lebih mementingkan egonya sendiri karena takut kehilangan komisinya dari pada dirujuk kerumah sakit. Setelah janin lahir Ibu mengalami perdarahan hebat, sehingga kejang-kejang dan meninggal. Saat berita itu terdengar organisasi profesi (IBI), maka IBI memberikan sanksi yang setimpal bahwa dari kecerobohannya sudah merugikan orang lain. Sebagai gantinya,ijin praktek (BPS) bidan A dicabut dan dikenakan denda sesuai dengan pelanggaran tersebut.

2.1.2        Issue etik
Terjadi malpraktek dan pelanggaran wewenang bidan.

2.1.3        Dilema
Warga yang mengetahui hal tersebut segera melaporkan kepada organisasi profesi dan diberikan “AMP” (Audit Maternal Perinatal).

AMP menurut Departemen Kesehatan adalah suatu kegiatan untuk menelusuri kembali sebab kesakitan dan kematioan ibu dan perinatal dengan tujuan mencegah kesakitan dan kematian yang akan datang.
Dari kegiatan ini dapat ditentukan :
1.    Sebab dan faktor-faktor terkait dalam kesakitan / kematian ibu dan perinatal
2.    Tempat dan alasan berbagi sistem dan program gagal dalam mencegah kematian
3.    Jenis intervensi yang dibutuhkan.
Otopsi verbal adalah informasi tentang sebab kematian digunakan untuk prioritas kesehatan masyarakat, pola penyakit, tren penyakit dan untuk evaluasi dampak upaya preventif ataupun promotif.
Tujuan Umum : meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal
Tujuan Khusus :
·      Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara teratur dan berkesinambungan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota, RS kabupaten dan puskesmas.
·      Menentukan intervensi untuk masing-masing pihak yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam mengatasi pembahasan kasus.
·      Mengembangkan mekanisme koordinasi antara DKK, RS kabupaten/daerah, dan puskesmas dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi terhadap intervensi yang disepakati.

2.1.4        Solusi
Ø  Setiap pasien yang datang ke klink/ BPM (Bidan Praktek Mandiri) harus dilakukan: pelayanan secara komprehensif (menyeluruh):
·      mulai dari pengkajian:  Biodata, Keluhan Utama (What, Where, Tell Spesific, What are she doing?), Riwayat Menstruasi, HPHT, Tafsiran Persalinan, Riwayat ANC, Riwayat Penyakit, Riwayat KB.
·      Pemeriksaan: Lihat (tanda perdarahan, mekonium / bagian organ yg lahir , bekas SC, warna kulit ikterus/sianosis), Raba (kapan waktunya tiba, menentukan ibu sudah waktunya melahirkan), Periksa (Hipertensi?, DJJ bradikardi/takikardi)
·      Penegakan Diagnosa: Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
·      Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera: Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
·      Merencanakan Pelaksanaan Asuhan: Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, dan pada langkah ini reformasi / data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis. Setiap rencana haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksankan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksankannya.
·      Melaksanakan Perencanaan : Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diurakan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
·      Evaluasi Dokumentasi:
Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang sesuai dengan masalah dan diagnosis klien, juga benar dalam pelaksanaannya. Disamping melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang telah diberikan, bidan juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses asuhan yang telah diberikan. Dengan harapan, hasil evaluasi proes sama dengan hasil evaluasi secara keseluruhan.
Dokumentasi dalam bidang kesehatan atau kebidanan adalah suatu pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan, dokter/perawat dan petugas kesehatan lainnya).
Pendokumentasi dari asuhan kebidanan di Rumah Sakit dikenal dengan istilah rekam medik. Dokumentasi kebidanan menurut SK MenKes RI No. 749 a adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen yang berisi tentang identitas: anamnesa, pemeriksan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seseorang pasien selama dirawat di Rumah Sakit yang dilakukan unit-unit rawat termasuk UGD dan unit rawat inap.
Ø  Pada kasus tersebut bidan harus mengambil langkah perencanaan melaksanakan konseling untuk dilakukan kolaborasi dan rujukan, sejak saat diketahui pasien yang bersangkutan mengalami tekanan darah tinggi dalam kehamilan.
Ø  Seorang bidan harus bekerja sesuai dengan kewenangan dan standar, agar kualitas pelayanan dapat terjaga dengan baik sehingga pasien terhindar dari kegawatdaruratan dan kematian.

2.1.5        Dan Pemecahan Masalah
Ø  Deteksi dini (19 penapisan)
·      Riwayat SC
·      Perdarahan Per Vaginam
·      Usia Kehamilan < 37 Minggu
·      Ketuban Pecah Mekonium Kental
·      Ketuban Pecah Lama ( > 24 jam)
·      Ketuban Pecah Usia Kehamilan < 37 Minggu
·      Ikterus
·      Anemia Berat
·      Tanda/Gejala Infeksi
·      Preeklamsi atau Hipertensi Kehamilan
·      TFU > 40 cm
·      Gawat Janin
·      Primipara Dalam Fase Aktif Persalinan Dengan Palpasi Kepala Janin Masih 5/5
·      Presentasi BUKAN belakang Kepala
·      Presentasi Majemuk
·      Presentasi Gamelli
·      Tali Pusat Menumbung
·      Syok
·      Kehamilan dengan Penyakit Penyerta
Ø  Melakukan konseling & informed consent untuk persetujuan tindakan rujukan.
Ø  Merujuk pasien ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (Rumah Sakit Bersalin Dokter Spesialis atau Rumah Sakit)
Ø  Seorang bidan dalam kasus ini, bidan harus berpikir dapat mengambil keputusan demi keselamatan ibu dan bayinya dengan tidak berpikir untuk keuntungan pribadinya.
Ø  Jika ke empat pemecahan diatas dilaksanakan dengan baik kasus kematian ibu ini tidak terjadi dan bahkan si bidan terhindar dari sanksi dari organisasi dan jerat hukum.
















BAB III
PENUTUP

3.1        Kesimpulan

Dalam upaya mendorong profesi kebidanan agar  dapat diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka mereka harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan / kebidanan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian bidan yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan kebidanan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasen, penghormatan terhadap  hak-hak pasen,  akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan atau kebidanan

3.2              Saran

Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi kebidanan membutuhkan suatu system untuk mengatur bidan dalam menjalankan peran dan fungsinya. Dalam menjalankan perannya diharapkan bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi.






DAFTAR PUSTAKA
           
·         Dr. Ir. Lilis Heri Mis Cicih, MSi. 2017. Info Demografi. Jakarta: LD-FE Universitas Indonesia.
·         Heni Puji Wahyuningsih. 2008. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya
·         IBI, 2004. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI, Jakarta
·         Soepardan, Suryani dan Anwar Hadi, Dadi. 2008. Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan.

Sabtu, 28 Oktober 2017

Konsep Tumbuh Kembang Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah (meliputi Konsep Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Dan Anak Balita, Teori Tumbuh Kembang Berdasarkan Teori Sigmund Freud Dan J.Piaget, dan Ciri-ciri Tubuh dan Kembang)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang.
Pemahaman tentang pertumbuhan dan perkembangan neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah yang baik sangat mendukung dalam memberikan asuhan kebidanan pada anak. Oleh karena anak mempunyai ciri-ciri tersendiri pada setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan, maka pemahaman tentang pertumbuhan perkembangan anak akan mampu mendasari dalam memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar.
1.2                          Rumusan Masalah

1.         Apakah yang di maksud dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak balita ?
2.         Ada beberapa teori yang di gunakan pada 2012, 2013,2014, 2015, dan 2016 ?
3.         Seperti apa ciri – ciri tumbuh kembang ?

1.3              Tujuan Penulisan
Diharapkan sebagai tenaga kesehatan bidan dapat mengetahui seperti apa konsep pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak balita,teori tumbuh kembang berdasarkan teori sigmund Freud  dan J.Piaget, dan ciri-ciri tumbuh kembang.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1              Konsep Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Dan Anak Balita
2.1.1        Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan
Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya saling berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut :
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill (kemampuan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Kemenkes R.I, 2012).
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar dan gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes R.I, 2012).

2.1.2        Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Dan Anak Balita
 Tumbuh kembang pada bayi merupakan tumbuh kembang dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan tumbuh kembang selanjutnya, sehingga diperlukan ketrampilan dan peranan ibu dalam proses perkembangan dan pertumbuhan anak secara keseluruhan. Pada masa bayi ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional, intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan pekembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar kepribadian juga dibentuk pada masa itu, sehingga setiap kelainan penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari (Soetjiningsih, 2012). Masa bayi merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak pada masa balita merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Supartini, 2010). Keterampilan dan peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan dan pertumbuhan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelebihan proses perkembangan anaknya dan sedini mungkin memberikan stimulasi pada tumbuh kembang anak yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental, dan sosial. Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak. Perkembangan dan pertumbuhan bayi penting dijadikan perhatian khusus bagi orangtua, khususnya ibu. Jika tumbuh kembang anak tanpa arahan dan pendampingan serta perhatian orangtua, maka tumbuh kembang anak tidak dapat maksimal.
Masa bayi adalah masa yang paling baik untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi karena berpengaruh pada periode selanjutnya. Sehingga perlu dilakukan pemantauaan pertumbuhan rutin pada pertumbuhan bayi sehingga dapat terdeteksi apabila ada penyimpangan pertumbuhan dan dapat dilakukan penanggulangan sedini mungkin. Deteksi dini tumbuh kembang merupakan kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang agar lebih mudah dilakukan penanganan selanjutnya atau diintervensi (Arief, 2010).
Bayi sampai anak usia 5 tahun (balita) dalam ilmu gizi dikelompokkan sebagai golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi termasuk KEP. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral dan dasar - dasar kepribadian juga dibentuk pada masa balita ini. Tiga tahun pertama masa kehidupan anak merupakan masa paling rawan sebab gangguan yang terjadi pada masa ini dapat menyebabkan efek yang menetap. Usia 0-2 tahun adalah periode emas sebab dalam periode ini terjadi perkembangan saraf oak tercepat khususnya mielinisasi. Berdasarkan penelitian para ahli kecepatan pertumbuhan otak manusia mencapai puncaknya 2 kaliyaitu pada masa janin di usia kehamilan minggu ke 15-20 dan usia kehamilan minggu ke 30 sampai bayi berusia 18 bulan.
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni:
a.       Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah (sefalokaudal).
Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakinya.
b.      Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.
Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan jemarinya.
c.       Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan lain-lain.
Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya. Hal ini ditandai oleh:
a.       Meningkatnya berat badan dan tinggi badan
b.      Bertambahnya ukuran lingkar kepala.
c.       Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.
d.      Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.
e.       Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan sebagainya.

2.2              Teori Tumbuh Kembang Berdasarkan Teori Sigmund Freud  Dan J.Piaget
Macam Teori
Masa Bayi
Masa Pra Sekolah
Masa Pra Sekolah Akhir
Psikoseksual (Sigmund Freud)
Fase Oral
Fase Anal
Fase Phalik
Perkembangan Kognitif
(Jean Piaget)
Sensori Motor
Pra Operasional
Pra Operasional

2.2.1        Teori Sigmund Freud
Freud adalah seorang psikiater dari Austria, berpendapat bahwa pemuasan kebutuhan pada manusia berdasarkan instingnya, berfokus pada kebutuhan seksual dari dalam diri (libido seksual), kesenangan dan fantasi-fantasi yang menyenangkan. Freud mengatakan bahwa kepribadian dasar kita dibentuk pada lima tahun pertama kehidupan manusia.
Menurut Freud komponen dalam diri manusia adalah id, ego, superego. Id adalah dorongan kebutuhan dari dalam diri manusia baik itu kebutuhan emosional, fisik maupun kebutuhan seksual yang sifatnya selalu ingin dipuaskan (“here and now”) dan biasanya berhubungan dengan kesenangan yang harus dipenuhi dan sesegera mungkin (pleasure principles). Contoh ; pada bayi yang baru lahir sangat dikuasai oleh id, bayi menangis ketika lapar dan ingin segera dipenuhi kebutuhan akan rasa laparnya tersebut tanpa mau tahu bagaimana ia akan mendapatkan susunya. Ego adalah sang rasional, manusianya itu sendiri, yang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah, memiliki ide-ide untuk memenuhi kebutuhannya, memiliki prinsip-prinsip yang berdasarkan kenyataan (reality principle) dimana manusia belajar untuk menahan id-nya dengan jalan yang tepat dan memiliki pandangan yang lebih realistik untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya. Superego adalah norma-norma yang berlaku, moral, aturan-aturan yang berlaku, hal-hal yang ideal yang memiliki penjelasan tentang hal-hal yang benar dan salah yang membantu sang ego untuk menahan sang id.
Pada teori Psikoanalisa ini Freud membagi tahapan-tahapan perkembangan kehidupan manusia menjadi lima, yaitu masa oral, masa anal, masa phalic, masa latency dan masa genital. Tahapan perkembangan diatas akan dijelaskan sebagaimana berikut :
1.         Fase Oral ( 0 – 1 tahun )
Adalah masa dimana kepuasan baik fisik dan emosional berfokus pada daerah sekitar mulut. Kebutuhan akan makanan adalah kebutuhan yang paling penting untuk faktor fisik dan emosional yang sifatnya harus segera dipuaskan. Dimasa ini id dan pemenuhan kebutuhan sesegera mungkin berperan sangat dominan.
2.         Fase Anal (1 – 3 tahun)
Adalah masa dimana sensasi dari kesenangan berpusat pada daerah sekitar anus dan segala aktivitas yang berhubungan dengan anus. Pada masa inilah anak mulai dikenalkan dengan “toilet training”, yaitu anak mulai diperkenalkan tentang rasa ingin buang air besar atau kecil. Anak diperkenalkan dan diberi pembiasaan tentang kapan saatnya dan dimana tempatnya untuk buang air besar atau kecil, dan juga mengeliminasi kebiasaan – kebiasaan anak yang kurang tepat dalam hal BAB dan BAK, misalnya BAB / BAK di celana.
Contoh : ketika anak sudah menunjukkan gejala atau bahasa tubuh ingin BAB / BAK, orang tua / guru / orang dewasa segera mengantarkan anak ke kamar kecil, prilaku ini dilakukan berulang – ulang dan konsisten.
3.          Fase Phalic ( 3 – 6 tahun )
Adalah masa dimana alat kelamin merupakan bagian paling penting, anak sangat senang memainkan alat kelaminnya yang terkadang dilakukannya untuk membuat orang tuanya tidak senang. Anak laki – laki pada usia ini sangat dekat dan merasa sangat mencintai ibunya (oedipus complex) begitu juga dengan anak perempuan yang sangat mencintai ayahnya sehingga terkadang menganggap ibunya adalah saingannya (electra complex). Di masa ini anak – anak akan merasa sangat kecewa dan diabaikan jika keinginan atau harapannya kepada salah satu orang tua yang dianggap segala – galanya dan sangat dicintai tidak terpenuhi. Pada umumnya anak lelaki sangat bangga akan kelaminnya dan sering membanggakan di depan anak perempuan sehingga anak perempuanpun sangat tertarik dan bertanya – tanya kenapa mereka tidak memiliki seperti yang dimiliki oleh anak laki – laki dan hal ini menimbulkan perasaan rendah diri pada anak perempuan. Di masa ini juga anak akan belajar mengenal dan mengidentifikasi dirinya dengan melihat perbedaan antara ayah dan ibunya dan mencari kesamaan dalam dirinya (misalnya ; seorang anak laki – laki mengidentifikasikan dirinya dengan melihat kepada ayahnya yang berjenis kelamin sama dengan dirinya ; bagaimana berpakaian ayahnya, bagaimana peran ayah di rumah, dll). Masa ini sangat penting untuk perkembangan identifikasi jenis kelamin pada anak, bagaimana seharusnya anak laki – laki atau anak perempuan bersikap, berpakaian dan berperan. Jika masa ini lingkungan tidak mendukung anak untuk mengidentifikasi dirinya dengan baik, maka anak akan mengalami bias (ketidakjelasan) dalam mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang laki – laki atau perempuan.
4.         Tahap laten ( usia 5 – awal pubertas)
Masa ini adalah periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Selama masa ini anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi ( seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan lainya). Tahapan latensi ini antara usia 6-12 tahun (masa sekolah dasar)
5.         Tahap genital/kelamin ( masa remaja)
Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital bersifat narsisistik. Hal ini berarti bahwa individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan orang-orang lain dikateksis hanya karena membantu memberikan bentuk-bentuk tambahan kenikmatan tubuh bagi anak. Selama masa adolesen, sebagian dari cinta diri atau narsisisme ini disalurkan ke pilihan-pilihan objek yang sebenarnya. Kateksis-kateksis pada tahap-tahap oral, anal, dan phalik lebur dan di sistensiskan dengan impuls-impuls genital. Fungsi biologis pokok dari tahap genital tujuan ini dengan memberikan stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu.

2.2.2        Teori Jean Piaget
Piaget memperkenalkan sejumlah ide dan konsep untuk mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan-perubahan dalam pemikiran logis yang diamatinya pada anak-anak dan orang dewasa. Perkembangan kognitif dimulai dari proses-proses berpikir secara konkrit sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep-konsep abstrak dan logis. Piaget meyakini bahwa anak-anak secara alami memiliki ketertarikan terhadap dunia dan secara aktif mencari informasi yang dapat membantu mereka memahami dunia tersebut. Sebagai seorang pakar yang banyak melakukan penelitian tentang tingkat perkembangan kemampuan kognitif manusia, Piaget mengemukakan dalam teorinya bahwa kemampuan kognitif manusia terdiri atas empat tahapan dimulai dari lahir hingga dewasa. Tahap dan urutan berlaku untuk semua usia tetapi usia pada saat seseorang mulai memasuki tahap tertentu tidak sama untuk setiap orang.
Menurut teori perkembangan mental dari Piaget, ada 4 tahapan perkembangan kognitif pada anak, yaitu: 1) Tahap sensori motor, yaitu dari lahir sampai usia sekitar 2 tahun; 2) Tahap pre operasi, yaitu dari usia sekitar 2 tahun sampai sekitar 7 tahun; 3) Tahap operasi konkrit, yaitu dari usia sekitar 7 tahun sampai sekitar 11-12 tahun; dan 4) Tahap operasi formal, yaitu dari usia dari sekitar 11 tahun sampai dewasa.
Setiap tahapan perkembangan mental mempunyai sifat atau ciri khas masing-masing. Salah satu ciri yang dimunculkan pada tahap operasi kongkrit diantaranya yaitu bahwa pada tahap ini anak sudah mulai memahami konsep kekekalan. Diantaranya konsep kekekalan panjang (7 – 8 tahun). Tentu saja hal itu ditujukan untuk anak-anak luar negeri dimana Jean Piaget melakukan penelitian, yaitu di Negara Swiss.
Pertanyaannya adalah apakah tahapan perkembangan anak berlaku juga pada anak di negara kita. Hasil penelitian yang kami lakukan menunjukkan bahwa, ada anak yang sesuai dengan usianya berada pada tahapan operasi kongkrit ternyata belum memahami konsep kekekalan panjang.
Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Piaget memakai istilah scheme dengan istilah struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang . Scheme berhubungan dengan :
1.      Refleks-refleks pembawaan: misalnya bernapas, makan, minum.
2.      Scheme mental ; misalnya scheme of classification, scheme of operation. ( pola tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap, pola tingkah laku yang dapat diamati).
Faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan Kognitif (Dahar, 2011: 141) yaitu :
1.      Fisik
Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
2.      Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
3.      Pengaruh sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif
4.      Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.

Tahap – tahap Perkembangan
Piaget (dalam Dahar, 2011: 136-139) membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia :
1.      Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2.      Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3.      Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4.      Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
1.      Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode.

2.      Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.

3.      Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai

4.      Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya.

2.3              Ciri-Ciri Tumbuh Kembang
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri -ciri tersebut adalah sebagai berikut:
a.         Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan dan pertumbuhan berjalan secara bersamaan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perkembangan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
b.        Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal akan menentukan perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
c.         Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Pada setiap anak mempunyai kecepatan yang berbeda–beda baik dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
d.        Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Anak yang sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta kepandaiannya. Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat maka perkembanganpun demikian terjadi peningkatan baik memori, daya nalar dan lain-lain.
e.         Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh, terjadi menurut dua hukum yang tetap yaitu sebagai berikut:
1.        Perkembangan terjadi lebih dulu didaerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal / anggota tubuh (pola sefalokaudal)
2.        Perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang kebagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
f.          Perkembangan memeiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.


























BAB III
PENUTUP

3.1        Kesimpulan
Seperti yang kita ketahui setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan perkembangan,yang akan mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Kami juga mengambil pengertian dari pertumbuhan dan perkembangan agar dapat di pahami oleh masyarakat awam antara lain:
Ø  Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).
Ø  Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill (kemampuan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
Tumbuh kembang pada bayi merupakan tumbuh kembang dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan tumbuh kembang selanjutnya, sehingga diperlukan ketrampilan dan peranan ibu dalam proses perkembangan dan pertumbuhan anak secara keseluruhan.Pada konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya. Pada teori Psikoanalisa ini Freud membagi tahapan-tahapan perkembangan kehidupan manusia menjadi lima, yaitu masa oral (0-1 tahun), masa anal (1-3 tahun), masa phalic(3-6 tahun), masa latency (5 – masa pubertas) dan masa genital (masa remaja).Piaget (dalam Dahar, 2011: 136-139) membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia : Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun), periode praoperasional (usia 2–7 tahun), periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun),danperiode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa).
Perkembangan dan pertumbuhan berjalan secara bersamaan, setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya, pada setiap anak mempunyai kecepatan yang berbeda–beda baik dalam pertumbuhan dan perkembangannyaanak yang sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta kepandaiannya dan perkembangan fungsi organ tubuh pun berbeda.

3.2              Saran
 Di harapkan pada saat masa pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak balita bukan hanya Ibu yang berperan penting (aktif) dalam mengurus balita namun harus ada kerja sama dari suami dan keluarga yang harus ikut terlibat atau mendukung dalam masa pertumbuhan dan perkembangan si bayi, dan serta lingkungan yang baik untuk membentuk sifat/watak bahkan moral dari anak tersebut perkembangan pada tahap awal akan menentukan perkembangan selanjutnya.











DAFTAR PUSTAKA
           
·      Setiyani Astuti, SST., M.Kes., Sukesi, A.Per.Pen., S.Kep., Ns, M.Kes., Esyuananik, M.Keb. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
·      Palasari Wina, Purnomo Hari Sari Ika Dewi. 2012. Jurnal Keterampilan Ibu Dalam Deteksi Dini Tumbuh Kembang Terhadap Tumbuh Kembang Bayi. Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri.
·      Diana, Melva, Fivi. 2010. Jurnal Pemantauan Perkembangan Anak Balita. Di PSIKM Unand.
·      Eny Andarningsih, Nurul Fitria Febrianti, Sutarni, Zafira Syajarotun. 2014. Makalah Tugas Kelompok Teori Perkembangan Menurut Sigmund Freud. Di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta.
·      Dona Paramita. 2013. Teori Psikoanalisis.
·      Fatimah Ibda. 2015. Jurnal Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. Di Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Uin Ar-Raniry.
·      Idrus Alhaddad. 2012. Jurnal Penerapan Teori Perkembangan Mental Piaget Pada Konsep Kekekalan Panjang. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Khairun Ternate.
Amalia Nurjannah. 2013.  Teori Perkembangan Kognitif Dari Jean Piaget.

Pelayanan Penyakit Menular TB di Keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1               Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular, disebabkan oleh kuman...