BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kerangka konsep membahas ketergantungan antar
variabel atau visualisasi hubungan yang berkaitan atau dianggap perlu antara
satu konsep dengan konsep lainnya atau variabel satu dengan variabel lainnya
untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti
(Notoadmojo, 2010, Hidayat, 2007). Kerangka Konsep merupakan model konseptual
yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau
menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah.
Hipotesis
merupakan pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar variabel yang
merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian. Didalam
pernyataan ini terkandung variabel – variabel yang akan diteliti dan hubungan
anatar variabel tersebut serta mampu mengarahkan peneliti untuk menentukan
desain penelitian, tehnik menentukan sampel pengumpulan dan metode analisis
data (Dharma, 2011).
Definisi
operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan
dalam penelitian. Definisi operasional ini bertujuan untuk membuat variabel
menjadi lebih konkrit dan dapat diukur. Dalam mendefinisikan suatu varabel
harus dijelaskan tentang apa yang harus diukur, bagaimana mengukurnya, apa saja
kriteria pengukurannya, instrument yang digunakan untuk mengukurnya dan skala
pengukurannya (Dharma, 2011).
Penelitian
merupakan suatu kegiatan untuk mencari jawaban dari sebuah persoalan melalui
pengumpulan data berdasarkan hasil analisa dalam proses penelitian. Penelitian
dipandang sebagai upaya menjawab pemasalahan secara sistematik dengan
metode-metode tertentu melalui pengmpulan data empiris, mengolah, dan menarik
kesimpulan atas jawaban suatu masalah.
Penyusunan kerangka konsep akan membantu kita untuk
membuat hipotesis, menguji hubungan tertentu dan membantu peneliti dalam
menghubungkan hasil penemuan dengan teori yang hanya dapat diamati dan diukur
melalui variable. Definisi operasional adalah seperangkat instruksi yang
lengkap untuk menetapkan apa yang akan diukur dan bagaimana cara mengukur
variable. Oleh karena itu, dalam menyusun sebuah kerangka konsep, peneliti
hendaknya memahami variable konsep yang hendak diukur.
Dalam melakukan
penelitian seseorang dihadapkan pada permasalahan dan harus mencari jalan
keluarnya, dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang relevan.
Dari pembahasan di
atas kami tertarik untuk membahas lebih dalam lagi mengenai Kerangka Konsep,
Hipotesis, Dan Definisi Operasional.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian
dari “Kerangka Konsep, Hipotesis, Dan Definisi Operasional?”
2.
Bagaimana
hubungan “Kerangka Konsep, Hipotesis, Dan Definisi Operasional?”
3.
Apa
yang harus dicari terlebih dahulu dalam pembuatan “Kerangka Konsep, Hipotesis,
Dan Definisi Operasional?”
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk
mengidentifikasi tentang “Kerangka Konsep, Hipotesis, Dan Definisi
Operasional.”
Tujuan Khusus
Untuk
mengidentifikasi tentang pengertian, hubungan, tujuan, dan cara pembuatan
“Kerangka Konsep, Hipotesis, Dan Definisi Operasional.”
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kerangka
Konsep
Kerangka
konsep membahas ketergantungan antar variabel atau visualisasi hubungan yang
berkaitan atau dianggap perlu antara satu konsep dengan konsep lainnya atau
variabel satu dengan variabel lainnya untuk melengkapi dinamika situasi atau
hal yang sedang atau akan diteliti (Notoadmojo, 2010, Hidayat, 2007). Kerangka
Konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang
peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang
dianggap penting untuk masalah.
Kerangka
konsep akan menjelaskan tentang variabel-variabel yang dapat diukur dalam penelitian
ini. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Variabel
independen / bebas
Variabel independen disebut juga variabel
bebas/ variabel sebab/ variabel prediktor/ variabel resiko atau kausa yaitu
karakteristik dari subjek yang dengan keberadaannya menyebabkan perubahan pada
variabel lainnya (Dharma, 2011, Hidayat, 2007).
2.
Variabel
terikat (dependent variable)
Variabel dependen disebut juga variabel
terikat yaitu variabel akibat atau variabel yang akan berubah akibat pengaruh
atau perubahan yang terjadi pada variabel independen (Dharma, 2011).
3.
Variabel
perancu (confoundin)
Variabel perancu merupakan variabel yang
berhubungan dengan variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan variabel
anatara.
2.2
Hipotesis
Hipotesis
merupakan pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar variabel yang
merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian. Didalam
pernyataan ini terkandung variabel – variabel yang akan diteliti dan hubungan
anatar variabel tersebut serta mampu mengarahkan peneliti untuk menentukan
desain penelitian, tehnik menentukan sampel pengumpulan dan metode analisis
data (Dharma, 2011).
Namun secara bahasa,
hipotesis berasal dari bahasa Yunani dimana kata “hypo” yang artinya di bawah,
dan “thesis” yang artinya pendirian, pendapat yang ditegakkan. Dari keterangan
tersebut dapat disimpulkan mengenai definisi hipotesis secara bahasa adalah
suatu pernyataan ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang sesuai
dengan kaidah-kaidah penelitian dimana kebenarannya masih belum terbukti atau
dikatakan masih perlu diuji kebenarannya. Pengertian hipotesis menurut beberapa
ahli yaitu Sutrisno Hadi adalah tentang pemecahan masalah dimana seringkali
peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan
itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawaban melalui
penelitian yang dilakukan.
Dalam menyusun suatu
hipotesis seorang peneliti akan menentukan arah dan tujuan dari penelitian yang
dilakukan, namun perlu dibahas juga mengenai kegunaan hipotesis itu sendiri.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya
penelitian kuantitatif. Terdapat beberapa alasan utama yang mendukung pandangan
ini :
a.
Hipotesis
memberikan suatu pernyataan hubungan antarvariabel yang diteliti dimana
langsung dapat diuji dalam penelitian.
b.
Hipotesis
memberikan arah dan tujuan dalam penelitian.
c.
Hipotesis
dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari
teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.
d.
Untuk
mengetahui apakah memang secara signifikan terdapat perbedaan atau pengaruh
antara variabel-variabel yang diteliti.
e.
Hipotesis
memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penelitian. Akan sangat
memudahkan peneliti jika mengambil setiap hipotesis secara terpisah dan
menyatakan kesimpulan yang relevan dengan hipotesis tersebut.
f.
Hipotesis
merupakan tujuan khusus yang dapat menguji suatu teori. Dengan demikian
hipotesis juga menentukan sifat-sifat data yang diperlukan untuk menguji
pernyataan tersebut. Secara sangat sederhana, hipotesis menunjukkan kepada para
peneliti apa yang harus dilakukan. Fakta yang harus dipilih dan diamati adalah
fakta yang ada hubungannnya dengan pertanyaan tertentu.
g.
Hipotesis
memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang. Untuk dapat sampai pada pengetahuan
yang dapat dipercaya mengenai masalah pendidikan, peneliti harus melangkah
lebih jauh daripada sekedar mengumpukan fakta yang berserakan, untuk mencari
generalisasi dan antar hubungan yang ada diantara fakta-fakta tersebut. Antar
hubungan dan generalisasi ini akan memberikan gambaran pola, yang penting untuk
memahami persoalan. Pola semacam ini tidaklah menjadi jelas selama pengumpulan
data dilakukan tanpa arah. Hipotesis yang telah terencana dengan baik akan
memberikan arah dan mengemukakan penjelasan. Karena hipotesis tersebut dapat
diuji dan divalidasi melalui
penyelidikan ilmiah, maka hipotesis dapat membantu kita untuk memperluas
pengetahuan.
Menurut bentuknya,
hipotesis dibagi menjadi tiga, yaitu :
a.
Hipotesis
penelitian/hipotesis kerja
Hipotesis
penelitian/kerja: Hipotesis penelitian merupakan anggapan dasar peneliti
terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Dalam hipotesis ini peneliti
mengaggap benar hipotesisnya yang kemudian akan dibuktikan secara empiris
melalui pengujian hipotesis dengan mempergunakan data yang diperolehnya selama
melakukan penelitian.
b.
Hipotesis
operasional
Hipotesis
operasional merupakan hipotesis yang bersifat obyektif. Artinya peneliti
merumuskan hipotesis tidak semata-mata berdasarkan anggapan dasarnya, tetapi
juga berdasarkan obyektifitasnya, bahwa hipotesis penelitian yang dibuat belum
tentu benar setelah diuji dengan menggunakan data yang ada. Untuk itu peneliti
memerlukan hipotesis pembanding yang bersifat obyektif dan netral atau secara
teknis disebut Hipotesis nol (H0).
H0 digunakan
untuk memberikan keseimbangan pada hipotesis penelitian karena peneliti
meyakini dalam pengujian nanti benar atau salahnya hipotesis penelitian
tergantung dari bukti-bukti yang diperolehnya selama melakukan penelitian.
c.
Hipotesis
statistik
Hipotesis
statistik merupakan jenis hipotesis yang dirumuskan dalam bentuk notasi statistik.
Hipotesis ini dirumuskan berdasarkan pengamatan peneliti terhadap populasi
dalam bentuk angka-angka (kuantitatif).
Misalnya:
H0: r = 0; atau H0: p = 0
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai
berikut:
Dasar
penalaran ilmiah ialah
kekayaan pengetahuan ilmiah
yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak
atau tidak dapat diterangkan berdasarkanhukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun
sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses
penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
b.
Hipotesis
pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan
atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini
digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatantidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan
untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara
eksplisit dalam penelitian,
hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan
untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
Dalam
penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya
dipilih fakta-fakta yangrelevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya
didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
d.
Formulasi
hipotesa
Pembentukan
hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata
apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di
antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari
hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di
bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu
pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
e.
Pengujian
hipotesa
Artinya,
mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan
fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi (penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta
dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak
berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan kolaborasi (corroboration). Hipotesa yang sering
mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
Apabila
hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadiramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta.
Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
2.3
Definisi
Oprasional
Definisi
operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan
dalam penelitian. Definisi operasional ini bertujuan untuk membuat variabel
menjadi lebih konkrit dan dapat diukur. Dalam mendefinisikan suatu varabel
harus dijelaskan tentang apa yang harus diukur, bagaimana mengukurnya, apa saja
kriteria pengukurannya, instrument yang digunakan untuk mengukurnya dan skala
pengukurannya (Dharma, 2011).
Dalam penelitian perlu
memberi definisi, sehingga peneliti dan pembaca tidak mengaitkan pikiranya
dengan hal lain. Tipe-tipe definisi :
1.
Definisi
konsepsi (definisi konstitutif), adalah definisi yang diperoleh dari kamus.
Adalah definisi akademik dan mengandung pengertian
yang universal untuk suatu kata atau kelompok kata. Definisi ini
biasanya bersifat abstrak dan formal.
2.
Definisi
operasional (definisi fungsional). Kerlinger memberikan dua bentuk definisi
operasional, yaitu definisi operasional yang dapat diukur dan definisi
operasional eksperimental. Definisi operasional yang dapat diukur menyatakan
suatu konsep yang dapat diukur dalam penyelidikan. Definisi operasional
eksperimental peneliti menguraikan secara rinci variabel-variabel yang diteliti.
Definisi operasional adalah seperangkat instruksi yang
lengkap untuk menetapkan apa yang akan diukur dan bagaimana cara mengukur
variable.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun definisi operasional sebuah variabel adalah:
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun definisi operasional sebuah variabel adalah:
1.
Nama
variabel
2.
Definisi
verbal variabel
3.
Parameter
4.
Alat
ukur (instrumen)
5.
Skala
6.
Kriteria
Agar variabel dapat diamati dan diukur, maka setiap
konsep yang ada dalam permasalahan atau yang ada dalam hipotesis harus disusun
Definisi Operasional.
Definisi operasional dari variabel sangat diperlukan terutama untuk menentukan alat atau instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data.
Definisi operasional dari variabel sangat diperlukan terutama untuk menentukan alat atau instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data.
Definisi operasional tidak boleh mempunyai makna yang
berbeda dengan definisi nominal. Oleh karena itu sebelum menyusun defenisi
operasional, peneliti harus membuat definisi nominal terlebih dahulu atau
menentukan variabel penelitiannya. Definisi nominal dari variabel penelitian
seharusnya secara eksplisit telah dinyatakan dalam kerangka pemikiran. Definisi
nominal dapat diangkat dari berbagai pendapat para ahli yang memang banyak
membicarakan, menulis tentang variabel yang ditelitinya.
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas
sifat-sifat variabel yang diamati. Definisi operasional mencakup hal-hal
penting dalam penelitian yang memerlukan penjelasan. Definisi operasional
bersifat spesifik, rinci, tegas dan pasti yang menggambarkan karakteristik
variabel-variabel penelitian dan hal-hal yang dianggap penting. Definisi
operasional tidak sama dengan definisi teoritis. Definisi operasional hanya
berlaku pada area penelitian yang sedang dilakukan, sedangkan definisi teoritis
diambil dari buku-buku literatur dan berlaku umum.
Definisi operasional ialah spesifikasi kegiatan
peneliti dalam mengukur atau memanipulasi suatu variabel. Definisi operasional
memberi batasan atau arti suatu variabel dengan merinci hal yang harus
dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut. Yang dimaksud dengan
definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik
yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “mengubah
konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku
atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya
oleh orang lain” (Young, dikutip oleh Koentjarangningrat). Penekanan pengertian
definisi operasional ialah pada kata “dapat diobservasi”. Apabila seorang
peneliti melakukan suatu observasi terhadap suatu gejala atau obyek, maka
peneliti lain juga dapat melakukan hal yang sama, yaitu mengidentifikasi apa
yang telah didefinisikan oleh peneliti pertama.
Ada tiga pendekatan untuk menyusun definisi operasional,
yaitu disebut Tipe A, Tipe B dan Tipe C.
1.
Definisi
Operasional Tipe A
Definisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada
operasi yang harus dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang
didefinisikan menjadi nyata atau dapat terjadi. Dengan menggunakan prosedur
tertentu peneliti dapat membuat gejala menjadi nyata. Contoh: “Konflik”
didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan menempatkan dua orang atau
lebih pada situasi dimana masing-masing orang mempunyai tujuan yang sama,
tetapi hanya satu orang yang akan dapat mencapainya.
2.
Definisi
Operasional Tipe B
Definisi operasional Tipe B dapat disusun didasarkan pada
bagaimana obyek tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu
berupa apa yang dilakukannya atau apa yang menyusun karaktersitik-karakteristik
dinamisnya. Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai seorang yang
mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolahnya.
3.
Definisi
Operasional Tipe C
Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada
penampakan seperti apa obyek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa
saja yang menyusun karakteristik-karakteristik statisnya. Contoh: “Orang
pandai” dapat didefinisikan sebagai orang yang mempunyai ingatan kuat,
menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan berpikir baik, sistematis dan
mempunyai kemampuan menghitung secara cepat (Jonathan Sarwono, 2002).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kerangka Konsep merupakan model konseptual yang berkaitan
dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara
logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Hipotesis merupakan
pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar variabel yang merupakan
jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian. Definisi operasional
merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian.
Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari jawaban
dari sebuah persoalan melalui pengumpulan data berdasarkan hasil analisa dalam
proses penelitian.
Dalam melakukan penelitian seseorang dihadapkan pada
permasalahan dan harus mencari jalan keluarnya, dengan cara mengumpulkan data
dan informasi yang relevan.
3.2
Saran
Demikian makalah yang dapat kami paparkan. Semoga dapat
menambah wawasan para pembaca. Hendaknya mahasiswa dapat benar–benar memahami
dan menjalankan peran tenaga kesehatan yang prefesional, serta dapat
melaksanakan tugas–tugas dengan penuh tanggungjawab, dan selalu mengembangkan
ilmunya.
Namun kami menyadari makalah ini masih ada kekurangan,
baik dari bahasa, diksi, maupun kekurangan materi. Maka dari itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat berguna bagi kami untuk menjadi bahan koreksi, agar
makalah ini kedepannya akan menjadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar