BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan anak pada fase awal dibagi dalam empat
kelompok diantaranya motorik kasar, motorik halus dan penglihatan, berbicara
bahasa dan pendengaran, sosial emosi dan perilaku.
Adanya kekurangan pada salah satu aspek kemampuan
tersebut dapat mempengaruhi aspek yang lain misalnya gangguan pendengaran dapat
mempengaruhi perkembangan sosial dan perilaku anak. Pada pertumbuhan
selanjutnya kemampuan-kemampuan seperti perhatian, kemampuan konsentrasi dan
sejauh mana kemampuan individual anak terintegrasi, menjadi sangat penting
artinya.
Kemajuan perkembangan anak ditentukan oleh
pencapaian kemampuan fungsionalnya dengan prinsip-prinsip diantaranya terdapat
pola kemajuan perkembangan dalam patokan kemampuan perkembangan berjenjang yang
penting, kemajuan perkembangan untuk tiap kemampuan selalu dipertimbangkan
dalam jangka panjang tehadap waktu, adanya skala waktu yang lebar dalam rentang
yang normal, serta batasan usia menunjukkan bahwa suatu patokan kemampuan harus
dicapai karena batas ini penting untuk memonitor perkembangan yang mana bila
gagal mencapainya dapat segera dilakukan penilaian yang lebih rinci,
pemeriksaan serta intervensi (Narendra, et al. 2010: 105).
Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk
mengetahui gangguan perkembangan anak telah dibuat. Demikian pula dengan dengan
skrining untuk mengetahui penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan
gangguan perkembangan anak.
Karena deteksi dini kelainan perkembangan anak
sangat berguna agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilkukan lebih awal,
sehingga tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal mungkin
(Soetjiningsih, 1995: 63).
Stimulasi dalam tumbuh kembang adalah perangsangan
dan pelatihan terhadap anak yang datangnya dari lingkungan luar misalnya
latihan kemampuan motorik, kemampuan bahasa dan kognitif, kemampuan
bersosialisasi, dan kemandirian sehingga anak mencapai kemapuan yang optimal
(Rochmah, 2012: 56).
Kurangnya stimulasi mungkin berkaitan dengan
keterlambatan perkembangan terutama pada kemampuan berbicara, bahasa dan
sosial. Selain pencapaian tahap perkembangan, kualitas yang dicapai juga
penting. Anak mungkin akan mencapai tolok ukur berbahasa dan menyusun kalimat
pada tahap yang sesuai akan tetapi tidak mampu atau lemah dalam berdiskusi/berkomunikasi
dengan anak-anak lain atau orang dewasa.
Salah satu instrumen untuk skrining yang dipakai
secara internasional adalah DDST (Denver Development Screening Test) disebut
sebagai Denver II dengan menggunakan pass-fail ratings pada empat ranah
perkembangan yaitu personal-social, fine motor adaptive, language dan gross
motor untuk anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. Test ini sudah sejak
tahun 1969 dikembangkan oleh Frankenburg di Denver Colorado (Narendra, et al.
2010: 106).
DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap
kelainan perkembangan anak, dimana tes ini bukanlah tes diagnostik ataupun tes
IQ. DDST memenuhi semua persyaratan untuk metode skrining yang baik. Tes ini
mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang
tinggi. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa DDST dapat secara efektif
mengidentifikasi bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan
perkembangan.
Aspek perkembangan yang dinilai dalam DDST terdiri
dari 105 tugas perkembangan dan pada Denver II direvisi lagi sehingga terdapat
125 tugas perkembangan menurut umur. Semua tugas perkembangan tersebut disusun
berdasarkan empat sektor perkembangan yang meliputi perilaku sosial, gerakan
motorik halus, bahasa, dan gerakan motorik kasar (Soetjingsih, 1995:71)
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan DDST ?
2.
Bagaimana cara pemeriksaan menggunakan lembar
Denver II ?
1.3
Tujuan Penulisan
Diharapkan sebagai tenaga kesehatan bidan dapat mengetahui antara lain :
1.
Untuk mengetahui dan mengikuti proses
perkembangan anak.
2.
Untuk mengatasi secara dini bila ditemukan
kelainan perkembangan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
DDST
2.1.1
Pengertian DDST
Perkembangan
anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi individu, dan merupakan
indicator penting dalam menilai kualitas hidup anak. Oleh karena itu
perkembangan anak harus dipantau secara berkala. Bayi atau anak dengan resiko
tinggi terjadinya penyimpangan perkembangan perlu mendapat prioritas,
diantaranya bayi premature, berat lahir rendah, riwayat asfiksia,
hiperbilirubinemia, infeksi intrapartum, ibu diabetes mellitus, gamely, dll.
DDST adalah sebuah metode pengkajian yang
digunakan untuk menilai perkembangan anak umur 0-6 tahun. DDST memenuhi semua
persyaratan yang dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. DDST
II merupakan revisi dan standarisasi dari DDST dan Revised DDST Development
Screening Test (DDST-R) oleh Frakenburg, revisi ini terutama tugas
perkembangan pada sektor bahasa (Soetjiningsih, 2012).
2.1.2
Deskripsi DDST II
DDST
adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan untuk menilai perkembangan anak
umur 0-6 tahun. Formulir DDST II terdiri atas satu lembar kertas dimana halaman
depan berisi tentang tes dan halaman belakang berisi tentang petunjuk
pelaksanaannya.
a.
Pada
halaman depan terdapat skalam umur dalam bulan dan tahun pada garis horizontal
atas dan bawah.
1.
Umur
dimulai dari 0-6 tahun.
2.
Pada
umur 0-2 bulan, jarak antara 2 tanda (garis tegak kecil) adalah 1 bulan.
3.
Setelah
umur 24 bulan, jarak antara 2 tanda adalah 3 bulan.
b.
Pada
halaman depan kiri atas terdapat neraca umur yang menunjukkan 25%, 50%, 75%,
dan 90%.
c.
Pada
kanan bawah terdapat kotak kecil berisi tes perilaku. Tes perilaku ini dapat
digunakan untuk membandingkan perilaku anak selama tes dengan perilaku
sebenarnya.
d.
Pada
bagian tengah berisi 125 item yang digambarkan dalam neraca umur 25%, 50%, 75%,
dan 90% dari seluruh sampel standar anak normal yang dapat melaksanakan tugas
tersebut.
2.1.3
Manfaat DDST
Manfaat DDST
bergantung pada umur anak. DDST II dapat digunakan untuk berbagai tujuan
sebagai berikut :
a.
Menilai
tingkat perkembangan anak sesuai dengan umurnya.
b.
Menilai
tingkat perkembangan anak yang tampak sehat.
c.
Menilai
tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala kemungkinan adanya
kelainan perkembangan (Adriana, 2013).
2.1.4
Prosedur / Dilakukan DDST II
Prosedur DDST II dilakukan melalui dua
tahap, yaitu sebagai berikut :
a.
Tahap
I : secara periodic dilakukan pada anak yang berumur 3-6 bulan, 9-12 bulan,
18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun.
b.
Tahap
II : dilakukan pada anak yang dicurigai mengalami hambatan perkembangan pada
tahap I, kemudian dilakukan evaluasi diagnostic yang lengkap.
2.1.5
Aspek Yang Dinilai
Ada 125 tugas perkembangan yang dinilai, yang dikelompokkan
menjadi 4 sektor, yaitu :
1. Sektor
personal social.
Yaitu
aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungan.
2. Sektor
gerakan motorik halus.
Yaitu
aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh tertentu yang dilakukan
otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Contohnya koordinasi
mata, tangan, memainkan, menggunakan benda-benda kecil.
3.
Sektor bahasa.
Yaitu
kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan.
4.
Sektor gerakan motorik kasar.
Yaitu
aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya
memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar. Contohnya duduk, melompat,
berjalan, dll.
2.1.6
Penentuan umur
Menentukan
umur menggunakan patokan sebagai berikut.
a.
1
bulan = 30-31 hari.
b.
1
tahun = 12 bulan
c.
Umur
kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah.
d.
Umur
lebih dari atau sama dengan 15 hari dibulatkan ke atas.
e.
Apabila
anak lahir prematur maka dilakukan pengurangan umur, misalnya prematur 6 minggu
maka dikurangi 1 bulan 2 minggu.
f.
Apabila
anak lahir maju atau mundur 2 minggu, tidak dilakukan penyesuaian umur.
2.1.7
Pelaksanaan Tes
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut :
a.
Semua
item harus diujikan dengan prosedur yang sudah terstandarisasi.
b.
Perlu
kerja sama aktif dari anak sebab anak harus merasa tenang, aman, senang, dan
sehat.
c.
Harus
terbina kerja sama yang baik antara kedua belah pihak.
d.
Tersedianya ruangan yang cukup luas, ventilasi
baik, dan berikan kesan santai dan menyenangkan.
e.
Orang tua harus tahu tes ini bukan tes IQ
melainkan tes untuk melihat perkembangan anak secara keseluruhan.
2.1.8
Persiapan
1.
Usahakan test perkembangan dilakukan
pada tempat yang tenang / tidak bising, dan bersih.
2.
Sediakan meja tulis dengan kursinya dan
matras.
3.
Formulir Denver.
· Deteksi
dini penyimpangan perkembangan anak umur < 6 tahun, berisi 125 gugus tugas
yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk menjaring fungsi.
· Skala
umur tertera pada bagian atas formulir yang terbagi dari umur dalam bulan dan
tahun, sejak lahir sampai berusia 6 tahun.
· Setiap
ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan, sampai anak berumur 24 bulan.
Kemudian mewakili 3 bulan, sampai anak berusia 6 tahun.
· Pada
setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125, terdapat batas kemampuan
perkembangan yaitu 25%, 50% dan 90% dari populasi anak lulus pada tugas
perkembangan tersebut.
25% 50%
75% 90%
|
|
· pada beberapa tugas perkembangan
terdapat huruf dan angka pada ujung kotak sebelah kiri, contohnya R singakatan
dari report, artinya tugas perkembangan tersebut dapat lulus berdasarkan
laporan dari orang tua / pengasuh anak, tetapi apabila memungkinkan maka
penilai dapat memperhatikan apa yang biasa dilakukan oleh anak.
· Angka kecil menunjukkan tugas yang harus
dikerjakan sesuai dengan nomor yang ada pada formulir.
R
1
|
|
4.
Mengkaji
kegiatan anak yang meliputi 4 sektor yang dinilai.
5.
Dekat
dengan anak.
6.
Menjelaskan
pada orang tua bahwa DDST bukan test IQ.
7.
Lingkungan
diatur supaya anak merasa nyaman dan aman selama dilakukan test.
2.1.9
Alat
1. Gulungan
benang wol merah (diameter 10 cm)
2. Kismis/manik-manik
3. 10
buah kubus warna merah, kuning, hijau, biru 2,5 cm x 2,5 cm
4. Kerincing
dengan gagang yang kecil
5. Botol
kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm
6. Bel/lonceng
kecil
7. Bola
tennis
8. Pensil
merah
9. Boneka
kecil dengan botol susu
10. Cangkir
plastic dengan gagang / pegangan
11. Kertas
kosong
2.1.10 Prosedur
1.
Sapa orang tua / pengasuh anak dengan
ramah.
2.
Jelaskan maksud dan tujuan test DDST
pada orang tua.
3.
Buat komunikasi yang baik dengan anak.
4.
Hitung umur anak dan buat garis umur.
· Instruksi
umum : catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal pemeriksaan pada formulir.
· Umur
anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir.
5.
Bila anak lahir prematur, koreksi factor
prematuritas. Untuk anak yang lahir lebih dari 2 minggu sebelum tanggal
perkiraan dan berumur kurang dari 2 tahun, maka harus dilakukan koreksi.
6.
Tarik garis umur dari atas ke bawah dan
cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung atas garis umur. Formulir Denver dapat
digunakan untuk beberapa kali, gunakan garis umur dengan warna yang berbeda.
7.
Siapkan alat yang dapat dijangkau anak,
beri anak beberapa mainan dari kit sesuai dengan apa yang ingin ditestkan.
8.
Lakukan tugas perkembangan untuk tiap
sektor perkembangan dimulai dari sektor yang paling mudah dan dimulai dengan
tugas perkembangan yang terletak disebelah kiri garis umur, kemudian
dilanjutkan sampai ke kanan garis umur.
· Pada
tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling dekat disebelah
kiri garis umur serta tiap tugas perkembanagan yang ditembus garis umur.
· Bila
anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba pada langkah I (gagal /
menolak / tidak ada kesempatan), lakukan uji coba tambahan kesebelah kiri garis
umur pada sektor yang sama sampai anak dapat ”lulus” 3 tugas perkembangan.
· Bila
anak mampu melakukan salah satu tugas perkambangan pada langkah I, lakukan
tugas perkembangan tambahan kesebelah kanan garis umur pada sektor yang sama
sampai anak :gagal” pada 3 tugas perkembangan.
9.
Beri skor penilaian dan catat pada formulir
DDST.
2.1.11 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan
1.
Selama test berlangsung, amati perilaku
anak. Apakah ada perilaku yang khas, dibandingkan anak lainnya. Bila ada
perilaku yang khas tanyakan kepada orang tua / pengasuh anak, apakah perilaku
tersebut merupakan perilaku sehari-hari yang dimiliki anak tersebut.
2.
bila test dilakukan sewaktu anak sakit,
merasa lapar dll, dapat memberikan perilaku yang mengahambat test.
3.
Mulai dengan menyuruh anak melakukan
yang mudah untuk memberi rasa percaya diri dan kepuasan orang tua.
4.
Memberikan pujian walaupun gagal
melakukan.
5.
Jangan bertanya yang mengarah ke
jawaban.
6.
Intepretasi harus dipertimbangkan
sebelum memberitahu orang tua bahwa test hasil normal atau abnormal.
7.
Tidak perlu membahas setiap item pada orang
tua.
8.
Pada akhir test, tanyalah orang tua
apakah penampilan anak merupakan kemampuan atau perilaku pada waktu lain.
2.1.12 Skoring penelitian item test
Pemberian
skor untuk setiap item peneliti memiliki ketentuan sebagai berikut :
a.
L = Lulus/Lewat (P = Pass).
Anak
dapat melakukan item dengan baik atau orang tua/pengasuh melaporkan secara
terpercaya bahwa anak dapat menyelesaikan item/ memberikan laporan (tepat /
dapat dipercaya bahwa anak dapat
melakukannya).
b.
G = Gagal (F = Fail).
Anak
tidak dapat melakukan item dengan baik atau orangtua/pengasuh melaporkan secara
terpercaya bahwa anak tidak dapat melakukan dengan baik.
c.
M = Menolak (R = Refusal).
Anak
menolak untuk melakukan tes oleh karena faktor sesaat, misalnya lelah,
menangis, mengantuk. Anak menolak untuk melakukan uji coba. Penolakan dapat
dikurangi dengan mengatakan kepada anak “apa yang harus dilakukan”, jika tidak
menanyakan kepada anak apakah dapat melakukannya (uji coba yang dilaporkan oleh
ibu / pengasuh anak tidak diskor sebagai
penolakan).
d.
By report berarti no opportunity (tidak
ada kesempatan).
Anak
tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan.
2.1.13 Cara Pemeriksaan
a.
Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan
tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12
bulan untuk satu tahun. Jika dalam
perhitungan umur kurang dari 15 hari§ dibulatkan ke bawah,
jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
b.
Buat garis lurus dari atas sampai bawah
berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan
pada formulir.
c.
Uji semua item dengan cara :
1. Pertama pada tiap
sektor, uji 3 item yang berada di sebelah kiri garis umur tanpa menyentuh batas
usia
2. Kedua uji item yang
berpotongan pada garis usia
3. Ketiga item sebelah
kanan tanpa menyentuh garis usia sampai anak gagal
d.
Setelah itu dihitung pada masing-masing
sektor, berapa yang P dan berapa yang
F. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal,
Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.
1.
Abnormal
a.
Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
b.
Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2
atau lebih keterlambatan Plus 1
sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan
dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
2.
Meragukan
a.
Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b.
Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1
keterlambatan dan pada sektor
yang sama tidak ada yang lulus pada
kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
3.
Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan
yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
4.
Normal
Semua yang tidak
tercantum dalam kriteria di atas.
2.1.14 Interpretasi dari nilai Denver II
a.
Advanced
Bila anak mampu melaksanakan tugas pada item
disebelah kanan garis umur, lulus kurang dari 25% anak yang lebih tua dari usia
tersebut.
b.
Normal
Bila anak gagal/ menolak tugas pada item
disebelah kanan garis umur, lulus/gagal/menolak pada item antara 25-75% (warna
putih).
c.
Caution
Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal/menolak
pada item antara 75-100% (warna hijau).
d.
Delay
Gagal/menolak item yang ada disebelah kiri
dari garis umur.
2.1.15 Langkah Mengambil Kesimpulan
Normal
3
Bila tidak ada keterlambatan dan atau
paling banyak satu caution.
4
Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.
Suspect/ Suspek
·
Bila didapatkan > 2 caution dan/atau
> 1 keterlambatan.
·
Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk
menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan
Untestable/ Tidak dapat diuji
·
Bila ada skor menolak pada > 1 uji
coba terletak disebelah kiri garis umur atau menolak pada > 1 uji coba yang
ditembus garis umur pada daerah 75-90%
5
Lakukan uji ulang dalam 1 -2 minggu.
2.2
Pemeriksaan
Dengan Menggunakan Lembar Denver II
·
Skala umur tertera pada bagian atas
formulir yang terbagi dari umur dalam bulan dan tahun, sejak lahir sampai
berusia 6 tahun.
·
Setiap ruang antara tanda umur mewakili
1 bulan, sampai anak berumur 24 bulan. Kemudian mewakili 3 bulan, sampai anak
berusia 6 tahun.
·
Pada setiap tugas perkembangan yang
berjumlah 125, terdapat batas kemampuan perkembangan yaitu 25%; 50% dan 90%
dari populasi anak lulus pada tugas perkembangan tersebut.
·
25% populasi anak sudah dapat berjalan
dengan baik pada usia 11 bulan lebih,
·
50% pada usia 12 1/3 bulan.
·
Pada ujung sebelah kiri dari daerah
hitam menunjukkan bahwa 75% populasi sudah dapat berjalan dengan baik pada usia
13 ½ bulan
·
Pada ujung kanan dari daerah hitam
menunjukkan 90% populasi anak sudah dapat berjalan dg baik pada usia 15 bulan
kurang.
·
Pada beberapa tugas
perkembangan terdapat huruf dan angka pada ujung kotak sebelah kiri:
·
R (Report)=(L:laporan): tugas perkembangan tersebut dapat
lulus berdasarkan laporan dari orang tua/ pengasuh. Akan tetapi apabila
memungkinkan maka penilai dapat memperhatikan apa yang bisa dilakukan oleh
anak.
·
Angka kecil menunjukkan tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan nomor yang
ada pada formulir.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada
saat perkembangan anak peningkatan kematangan fungsi individu, dan merupakan
indicator penting dalam menilai kualitas hidup anak. Oleh karena itu
perkembangan anak harus dipantau secara berkala, sebuah metode pengkajian yang digunakan untuk menilai
perkembangan anak umur 0-6 tahun. DDST memenuhi semua persyaratan yang dapat
diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi, ada beberapa hal yang harus
di perhatikan antara lain :
1.
Selama test berlangsung, amati perilaku
anak. Apakah ada perilaku yang khas, dibandingkan anak lainnya. Bila ada
perilaku yang khas tanyakan kepada orang tua / pengasuh anak, apakah perilaku
tersebut merupakan perilaku sehari-hari yang dimiliki anak tersebut.
2.
bila test dilakukan sewaktu anak sakit,
merasa lapar dll, dapat memberikan perilaku yang mengahambat test.
3.
Mulai dengan menyuruh anak melakukan
yang mudah untuk memberi rasa percaya diri dan kepuasan orang tua.
4.
Memberikan pujian walaupun gagal
melakukan.
5.
Jangan bertanya yang mengarah ke
jawaban.
6.
Intepretasi harus dipertimbangkan
sebelum memberitahu orang tua bahwa test hasil normal atau abnormal.
7.
Tidak perlu membahas setiap item pada
orang tua.
Pada
akhir test, tanyalah orang tua apakah penampilan anak merupakan kemampuan atau
perilaku pada waktu lain.
3.2
Saran
Di harapkan agar
orang tua memperhatikan setiap perkembangan yang terjadi pada si buah hatinya,
agar dapat lebih mengetahui prilaku si anak, meyuruh si anak melakukan sesuatu
hal yang mudah demi memberikan kepercayaan diri, dan memberikan sedikit pujian
kepada si anak walaupun ia gagal.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Hidayat,
A. Azis Alimul.2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
·
Dr. Nursalam, dkk.2005. Asuhan Keperawatan
Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.