BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak
diduga atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang
berbahaya. Sedangkan kegawatdaruratan obstetric adalah kondisi kesehatan yang
mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan
dan kelahiran.
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang
membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit
kritis (≤ usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan
psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul
sewaktu-waktu. Tindakan pertolongan harus dilakukan secara sistematis dengan
menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan ABC, yaitu: A (Air Way) , B (Breathing) dan C (Circulation).
Cara mencegah terjadinya kegawat daruratan
adalah dengan melakukan perencanaan yang baik, mengikuti panduan yang baik dan
melakukan pemantauan yang terus menerus terhadap ibu/klien. Apabila terjadi
kegawatdaruratan, anggota tim seharusnya mengetahui peran mereka dan bagaimana
team seharusnya berfungsi untuk berespon terhadap kegawatdaruratan secara
paling efektif.
Bidan seharusnya tetap tenang, jangan panik,
jangan membiarkan ibu sendirian tanpa penjaga/penunggu. Bila tidak ada petugas
lain, berteriaklah untuk meminta bantuan. Jika ibu tidak sadar, lakukan
pengkajian jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi dengan cepat. Jika dicurigai
adanya syok, mulai segera tindakan membaringan ibu miring ke kiri dengan bagian
kaki ditinggikan, longgarkan pakaian yang ketat seperti BH/Bra. Ajak bicara
ibu/klien dan bantu ibu/klien untuk tetap tenang. Lakukan pemeriksaan dengan
cepat meliputi tanda tanda vital, warna kulit dan perdarahan yang keluar.
Dalam kegawatdaruratan peran anda sebagai
bidan antara lain:
1.
Melakukan
pengenalan segera kondisi gawat darurat
2.
Stabilisasi
klien (ibu), dengan oksigen, terapi cairan, dan medikamentosa
3.
Ditempat
kerja, menyiapkan sarana dan prasarana di kamar bersalin
4.
Memiliki
ketrampilan klinik
1.2
Rumusan
Masalah
Masalah yang dibahas dalam
makalah ini adalah Konsep Dasar Kegawatdarauratan
Neonatal dan asuhan bayi baru lahir bermasalah.
1.3
Tujuan Penulisan
Diharapkan sebagai tenaga kesehatan bidan dapat
mengetahui seperti apa penanganan kegawatdaruratan neonatal dan asuhan
bayi baru lahir bermasalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kegawatdaruratan
Neonatal
Kegawatdaruratan
neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada
bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang
dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa
yang bisa saja timbul sewaktu-waktu.
Kegawatdaruratan
neonatal adalah mencakup diagnosis dan tindakan terhadap organisme yang beradap
ada periode adaptasi kehidupan intra uterine keekstra uterin yang memerlukan perawatan
yang tidak direncanakan dan mendadak, serta untuk menekan angka kesakitan dan kematian
pasien.
Setiap
bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya. Ancaman
jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti walaupun dengan bantuan
alat-alat medis modern sekalipun, karena sering kali memberikan gambaran
berbeda terhadap kondisi bayi saat lahir.
Oleh
karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani kelahiran bayi
mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tidak semua tenaga medis memiliki kemampuan
dan keterampilan standard, dalam melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang
dapat dihandalkan, walaupun mereka itu memiliki latar belakang pendidikan
sebagai profesional dan ahli.
Neonatus
adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana
terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar
rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem.
Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak.
Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba
tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa
perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini
hampir meliputi semua sistem organ tapi yang terpenting adalah system
pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Maka dari itu sangatlah diperlukan
penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu tindakan untuk mencegah
kegawatdaruratan terhadap neonatus.
Terdapat
banyak kondisi yang menyebabkan kegawatdaruratan neonatal yaitu BBLR Asfiksia
BBL, Hipotermi, Hipoglikemia, Ikterus, Masalah Pemberian Air Minum, Gangguan
Nafas Pada BBL, Kejang pada BBL, Infeksi Neonatal, Rujukan dan Transportasi BBL,
Perdarahan, Syok/Renjatan.
2.1.1
BBLR Asfiksia BBL
Bayi
berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.
Asfiksia adalah keadaan
dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi
dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada
saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu
hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi
selama atau sesudah persalinan.
Penyakit
saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang
paling sering dan penting pada anak, terutama pada bayi, karena saluran
pernafasannya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah.
Menurut
Manuaba (1998), karakteristik Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah
sebagai berikut:
a.
Berat kurang dari 2.500
gram
b.
Panjang badan kurang dari
45 cm
c.
Lingkar dada kurang dari
30 cm.
d.
Lingkar kepala kurang dari
33 cm.
e.
Usia kehamilan kurang dari
37 minggu.
f.
Kepala relatif besar,
kepala tidak mampu tcgak
g.
Kulit tipis, transparan,
rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot hipotonik- lemah.
h.
Pernafasan tidak teratur
dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar 40- 50 kali per menit.
i.
Kepala tidak mampu tegak
j.
Frekuensi nadi 100-140
kali per menit.
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/
preventif adalah langkah yang penting.Hal-hal yang dapat dilakukan:
1.
Meningkatkan pemeriksaan
kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai
sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor
risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan
dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2.
Penyuluhan kesehatan
tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya
selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga
kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
3.
Hendaknya ibu dapat
merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun).
4.
Perlu dukungan sektor lain
yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status
ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik
dan berbagai kemungkinanan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas maka
perawatan dan pengawasan ditujukan pada pengaturan suhu, pemberian makanan
bayi, Ikterus, pernapasan, hipoglikemi dan menghindari infeksi
1.
Pengaturan suhu badan bayi prematuritas /BBLR.
Bayi prematur dengan cepat
akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermi karena pusat pengaturan panas
belum berfungsi dengan baik, metabolisme rendah dan permukaan badan relatif
luas. Oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat dalam inkubator sehingga
panas badannya mendekati dalam rahim , apabila tidak ada inkubator bayi dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol berisi air panas sehingga
panas badannya dapat dipertahankan.
2.
Makanan bayi prematur.
Alat pencernaan bayi belum
sempurna, lambung kecil enzim peneernaan belum matang, sedangkan kebutuhan
protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB sehingga pertumbuhan dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului derngan
menghisap cairan lambung , reflek masih lemah sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekwensi yang lebih sering. ASI
merupakan makanan yasng paling utama sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan
dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde. Permulaan cairan yang
diberikan 50- 60 cc/kgBB/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200
cc/kgBB/hari.
3.
Ikterus
Semua bayi prematur
menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak
berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu .
Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hperbilirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka wama bayi harus sering
dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
4.
Pernapasan
Bayi prematur mungkin
menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-tanda gawat
pernafasan selalu ada dalam 4 jam. Bayi haras dirawat terlentang atau tengkurap
dalam incubator, dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usalia
pernapasan.
5.
Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada
bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah, harus diantisipasi
sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.
6.
Menghindari Infeksi
Bayi prematuritas mudah
sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan
leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu
tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan dengan prematuritas (BBLR)
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum
lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan
oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi
lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi
bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut
yang mungkin timbul.
Asfiksia
Neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifiasi:
1.
Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak
memerlukan tindakan istimewa.
2.
Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat
frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3.
Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan
kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti
jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum pemeriksaan
fisik sama asfiksia berat
Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru
Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir
mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1.
Memastikan saluran terbuka
a.
Meletakkan bayi dalam posisi
kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
b.
Menghisap mulut, hidung dan
kadang trachea.
c.
Bila perlu masukkan pipa
endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.
2.
Memulai pernafasan
a.
Memakai rangsangan taksil
untuk memulai pernafasan
b.
Memakai VTP bila perlu
seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari
paparan infeksi).
3.
Mempertahankan sirkulasi
a.
Rangsangan dan pertahankan
sirkulasi darah dengan cara
b.
Kompresi dada.
c.
Pengobatan
Persiapan
Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga
alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
1.
2 helai kain / handuk.
2.
Bahan ganjal bahu bayi.
Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung
setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
3.
Alat penghisap lendir de lee
atau bola karet.
4.
Tabung dan sungkup atau
balon dan sungkup neonatal.
5.
Kotak alat resusitasi.
6.
Jam atau pencatat waktu.
2.1.2
Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh <360C atau
kedua kaki dan tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C.
Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang
berakhir dengan kematian.
Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen
(terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi
glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat
hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan yang dapat
ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori. Etiologi dan faktor
predisposisi dari hipotermia antara lain: prematuritas, asfiksia, sepsis,
kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral, pengeringan yang
tidak adekuat setelah kelahiran dan eksposure suhu lingkungan yang dingin.
Penanganan hipotermia ditujukan pada:
1.
Mencegah
hipotermia
2.
Mengenal
bayi dengan hipotermia
3.
Mengenal
resiko hipotermia
4.
Tindakan
pada hipotermia.
Tanda-tanda klinis hipotermia :
a.
Hipotermia
sedang (suhu tubuh 320C - < 360C), tanda-tandanya antara lain: kaki teraba
dingin, kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah dan kulit berwarna tidak rata
atau disebut kutis marmorata.
b.
Hipotermia
berat (suhu tubuh < 320C), tanda-tandanya antara lain: sama dengan hipotermia
sedang, dan disertai dengan pernafasan lambat tidak teratur, bunyi jantung
lambat, terkadang disertai hipoglikemi dan asidosis metabolik.
c.
Stadium
lanjut hipotermia, tanda-tandanya antara lain: muka, ujung kaki dan tangan
berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras, merah dan
timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema).
Sebelum anda melakukan rujukan, anda harus
melakukan upaya stabilisasi terlebih dahulu
untuk meningkatkan keberhasilan rujukan. Beberapa tindakan tersebut dalam anda lakukan sebelum anda melakukan
rujukan.
1.
Menghangatkan
tubuh bayi
2.
Cegah
penurunan gula darah (berikan ASI bila bayi masih bisa menyusu dan beri ASI
perah atau air gula menggunakan pipet bila bayi tidak bisa menyusu) dapat
menyebabkan kerusakan otak
3.
Nasehati
ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan
4.
Rujuk
segera
2.1.3
Hipoglikemia
Mungkin
paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah,
harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.
Hipoglikemia merupakan sebuah kondisi yang
menyebabkan bayi memiliki kadar gula yang rendah sehingga itu termasuk sangat
rendah dibandingkan pada bayi yang sehat. Jika pemeriksaan menunjukkan kadar
gula dibawah 50 mg/dL maka bayi tersebut termasuk menderita hipoglikemia. Ini
bukanlah kondisi yang aman untuk bayi karena ketika kadar gula darah bayi
sangat rendah maka sel otak dan otot tubuh bayi tidak memiliki energi atau
tenaga untuk berfungsi dengan baik. Tubuh bayi membutuhkan kadar gula yang normal
untuk bisa bekerja dengan sehat dan baik. Masalah hipoglikemia pada bayi bisa
berlangsung dalam waktu singkat atau lama tergantung dengan kondisi kesehatan
bayi.
Perawatan hipoglikemia pada bayi
1.
Berikan
ASI atau susu formula
Ibu bisa memberikan ASI atau susu formula
secara terus menerus sehingga kadar gula darah dalam tubuh bayi bisa meningkat
dengan baik. Ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk memberikan ASI atau
susu formula pada bayi dengan kadar gula darah yang rendah, yaitu:
·
Cobalah
untuk memberikan ASI atau susu formula secara sering meskipun itu dalam waktu
yang singkat.
·
Cobalah
berusaha untuk memberikan kolostrum pada bayi karena ini sangat baik untuk
meningkatkan kadar gula darah. Jika bayi dirawat di NICU maka biasanya perawat
yang akan memberikan lewat botol susu.
·
Biasakan
untuk menawarkan payudara pada bayi sehingga bayi bisa terdesak untuk minum
dengan baik.
·
Jika
bayi memang tidak bisa menerima ASI maka bisa memberikan susu formula yang bisa
dilakukan lebih rutin. Susu formula dianggap lebih baik dari ASI karena
mengandung gula yang dibutuhkan oleh tubuh bayi.
2.
Pemberian
cairan IV untuk bayi
Jika dalam kondisi tertentu bayi tidak bisa
minum ASI dan susu formula dengan baik maka dokter biasanya memutuskan untuk
memberikan cairan IV yang mengandung gula. Perawatan ini dilakukan selama
beberapa hari hingga kadar gula darah dalam tubuh bayi bisa meningkat dengan
baik. Perawatan ini juga paling sering dilakukan pada bayi yang lahir dengan
berat badan yang rendah, termasuk bayi prematur.
3.
Tindakan
operasi mengeluarkan pankreas bayi
Jika berbagai jenis perawatan sudah
dilakukan dan kadar gula darah bayi menurun terus, maka dokter bisa melakukan
tindakan operasi atau bedah untuk mengeluarkan bagian pankreas. Pankreas adalah
organ dalam tubuh bayi yang berfungsi untuk menghasilkan insulin. Namun
tindakan perawatan ini sangat jarang dilakukan karena bisa meningkatkan resiko
kesehatan untuk tubuh bayi.
2.1.4
Ikterus
Ikterus merupakan perubahan warna kulit atau selaput mata
menjadi kekuningan sebagian besar (80%) akibat penumpukan bilirubin (hasil
pemecahan sel darah merah) sebagian lagi karena ketidak cocokan gol.darah ibu
dan bayi. Peningkatan kadar bilirubin dapat diakibatkan oleh pembentukan yang
berlebihan atau ada gangguan pengeluaran. Ikterus dapat berupa fisiologik dan
patologik (hiperbilirubin mengakibatkan gangguan saraf pusat). Sangat penting
mengetahui kapan ikterus timbul, kapan menghilang dan bagian tubuh mana yang
kuning. Timbul setelah 24 jam dan menghilang sebelum 14 hari tidak memerlukan tindakan
khusus hanya pemberian ASI. Ikterus muncul setelah 14 hari berhubungan dengan
infeksi hati atau sumbatan aliran bilirubin pada empedu. Lihat tinja pucat
seperti dempul menandakan adanya sumbatan aliran bilirubin pada sistem empedu.
Untuk menilai derajat kekuningan digunakan metode KRAMER.
Jika hasil pemeriksaan anda pada bayi A, usia 8 hari
menunjukkan kuning terlihat pada daerah kepala, leher, berapakah derajat
ikterus yang dialami oleh bayi A.
a.
Kramer
I : kuning pada daerah kepala dan leher
b.
Kramer 2
: kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)
c.
Kramer
3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku
d.
Kramer
4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki
e.
Kramer
5: kuning sampai daerah tangan dan kaki
Sebelum anda melakukan rujukan, anda harus
melakukan upaya stabilisasi terlebih dahulu
untuk meningkatkan keberhasilan rujukan. Beberapa tindakan tersebut dalam anda lakukan sebelum anda melakukan
rujukan.
Ikterus
1.
Cegah
turunnya gula darah
2.
Nasehati
ibu cara menjaga bayi tetap hangat
3.
Rujuk
segera
2.1.5
Masalah Pemberian Air Minum
Bayi menunjukkan tanda tidak bisa minum atau menyusu jika
bayi terlalu lemah untuk minum atau tidak bisa mengisap dan menelan. Bayi
mempunyai tanda memuntahkan semua jika bayi sama sekali tidak dapat menelan
apapun.
Masalah minum sering terjadi pada bayi baru
lahir, bayi berat lahir rendah, atau bayi sakit berat Masalah pemberian
minum perlu mendapat perhatian khusus selain untuk mengurangi resiko terjadinya
penyakit juga memenuhi tumbuh kembang bayi.
Masalah paling sering terjadi
1.
Bayi yang semula minum baik menjadi malas
minum
2.
Bayi malas minum sejak lahir
3.
Berat bayi tidak naik
4.
Ibu cemas tentang cara pemberian minum,
terutama pada bayi kecil atau bayi kembar
Langkah
promotif/preventif
1.
Perawatan antenatal yang meliputi perawatan
payudara
2.
Mencegah kelahiran BBLR
3.
Penanganan infeksi maternal
4.
Perawatan pasca natal yang baik dan
berkualitas
Diagnosis
Anamnesis
1.
Riwayat cara pemberian minum bayi
2.
Riwayat terjadinya masalah pemberian minum
3.
Riwayat penimbangan bayi
4.
Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini
2.1.6
Gangguan Nafas Pada BBL
Gangguan nafas sampai saat
ini masih merupakan salah satu faktor penting sebagai penyebab tingginya angka
kesakitan dan angka kematian pada masa neonatus (bayi baru lahir usia 0 – 28
hari). Diluar negeri kurang lebih 50% kematian neonatus disebabkan oleh
gangguan pernafasan. Di Indonesia berdasarkan Survey Kesehatan Rumah TAngga
tahun 1992, sebesar 20% kematian neonatus disebabkan oleh kelainan saluran
nafas.
Neonatus dianggap menderita
gawat nafas apabila ditemukan gejala meningkatnya frekuensi nafas (lebih dari
60x/menit). Gejala gangguan nafas lainnya antara lain sesak nafas, adanya
tarikan dinding dada. Apabila gangguan sudah sangat berat, bayi terlihat biru
(sianosis).
Klasifikasi gangguan nafas
pada neonatus:
·
Sumbatan saluran nafas bagian atas, contoh:
atresia koane(tidak ada saliran lubang hidung),dll
·
Penyakit paru contoh: pneumonia, atelektasis
paru, Hyalin Membrab Disease, dll
·
Kelainan dinding dada, contoh: hernia diafragmatika,dll
·
Kelainan di luar paru-paru, contoh kelainan
jantung
Apabila bayi lahir kemudian tidak langsung
menangis atau bayi terlihat biru maka kita harus bertanya kelainan apakah yang
terdapat pada bayi ini. Berdasarkan pengalaman klinis penyakit terbanyak
penyebab gangguan nafas pada bayi antara lain sindroma aspirasi mekonium
(cairan ketuban yang tertelan dan masuk paru-paru bayi), Hyalin Membran
Disease/HMD ( gangguan nafas pada bayi prematur akibat paru-paru belum matang)
serta Transient Tachipnoe Of Newborn/TTN (gangguan nafas yang sifatnya
sementara).
Untuk menegakkan diagnosa gangguan nafas bayi
baru lahir tentunya harus berdasarkan sejumlah pemeriksaan. Disamping gejala
klinis yang ada seperti nafas cepat, sesak nafas, bayi terlihat kebiruan, bayi
tidak menangis, perlu pemeriksaan penunjang seperti rontsen dada, pemeriksaan
laboratorium.
Penatalaksanaan bayi dengan gangguan nafas
adalah penatalaksanaan bayi pada umumnya seperti diberikan oksigen bila sesak,
pemberian cairan baik untuk makanan maupun cairan infus, pemberian antibiotika
bila ada infeksi. Apabila sampai bayi berhenti bernafas tentunya kita harus
menggunakan alat khusus yaitu ventilator sebagai alat bantu pernapasan.
2.1.7
Kejang Pada BBL
Kejang merupakan gejala kelainan susunan saraf pusat dan
merupakan kegawatdaruratan. Kejang pada Bayi Muda umur ≤2 hari berhubungan
dengan asfiksia, trauma lahir, dan kelainan bawaan dan jika lebih dari 2 hari
dikaitkan dengan tetanus neonatorium.
a.
Tanya :
adakah riwayat kejang? Tanyakan ke ibu dan gunakan bahasa atau istilah lokal
yang mudah dimengerti ibu.
b.
Lihat :
apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun? Tremor atau gemetar
adalah gerakan halus yang konstan, tremor disertai kesadaran menurun
menunjukkan kejang. Kesadaran menurun dapat dinilai dengan melihat respon bayi
pada saat baju bayi dibuka akan terbangun.
c.
Lihat :
apakah ada gerakan yang tidak terkendali? Dapat berupa gerakan berulang pada
mulut, gerakan bola mata cepat, gerakan tangan dan kaki berulang pada satu
sisi.
d.
Lihat :
apakah mulut bayi mencucu?
e.
Lihat
dan raba : apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa rangsangan. Mulut
mencucu seperti mulut ikan merupakan tanda yang cukup khas pada tetanus
neonatorum
f.
Dengar
: apakah bayi menangis melengking tiba-tiba? Biasanya menunjukkan ada proses
tekanan intra kranial atau kerusakan susunan saraf pusat lainnya.
Sebelum anda melakukan rujukan, anda harus
melakukan upaya stabilisasi terlebih dahulu
untuk meningkatkan keberhasilan rujukan. Beberapa tindakan tersebut dalam anda lakukan sebelum anda melakukan
rujukan.
Kejang
1.
Bebaskan
jalan nafas dan memberi oksigen
2.
Menangani
kejang dengan obat anti kejang (pilihan 1 fenobarbital 30 mg = 0,6 ml IM,
pilihan 2 diazepam 0.25 ml dengan berat <2500 gr dan 0,5 ml dengan berat ≥
2500 gr per rektal)
3.
Jangan
memberi minum pada saat kejang akan terjadi aspirasi
4.
Menghangatkan
tubuh bayi (metode kangguru selama perjalanan ke tempat rujukan
5.
Jika
curiga Tetanus Neonatorum beri obat Diazepam bukan Fenobarbital
6.
Beri
dosis pertama antibiotika PP
2.1.8
Infeksi Neonatal
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau
cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun
sistemik.Infeksi neonatal merupakan sindroma klinis dari penyakit
sistemik akibat infeksi selama 1 bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus,
jamur dan protozoa dapat menyebabkan sepsis pada neonatus.
Infeksi neonatal masih merupakan masalah di bidang
pelayanan Perinatologi dengan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi
dengan berbagai latar belakang penyebab. Air ketuban keruh bercampur mekonium
(selanjutnya disebut AKK) dapat menyebabkan sindrom aspirasi mekonium (SAM)
yang mengakibatkan asfiksia neonatorum yang selanjutnya dapat berkembang
menjadi infeksi neonatal.
Diagnosis berdasarkan atas penemuan pemeriksaan
radiologis. Penyebab SAM belum jelas mungkin terjadi intra uterin atau segera
sesudah lahir akibat hipoksia janin kronik dan asidosis serta kejadian kronik
intra uterin. Faktor risiko SAM adalah skor Apgar <5 pada menit ke lima,
mekonium kental, denyut jantung yang tidak teratur atau tidak jelas, dan berat
lahir. Diagnosis infeksi neonatal sulit, didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan
klinis, dan pemeriksaan penunjang. Banyak panduan atau sistem skor untuk
menegakkan diagnosis infeksi neonatal.
Salah satu panduan yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis infeksi neonatal adalah panduan WHO yang sudah diadaptasi di
Indonesia. Diagnosis pasti ditegakkan dengan biakan darah, cairan
serebrospinal, urin, dan infeksi lokal. Petanda diagnostik sangat berguna sebagai
indikator sepsis neonatal karena dapat meningkatkan sensitivitas dan ketelitian
diagnosis serta berguna untuk memberikan menghentikan secara dini terapi
antibiotik. Namun tidak ada satupun uji diagnostik terbaru tunggal yang cukup
sensitif dan spesifik.
2.1.9
Rujukan Dan Transportasi BBL
Apabila
setelah dilahirkan bayi menjadi sakit atau gawat dan membutuhkan fasilitas dan
keahlian yang memadai, bayi harus dirujuk. Keputusan untuk merujuk bayi bayi
baru lahir sebaiknya dibuat oleh petugal layanan kesehatan (perawat/bidan/dokter)
atas dasar kesepakatan dengan keluarga. Setiap petugas pelayanan kesehatan
harus mengetahui kewenangan dan tanggungjawab tugas masing-masing sesuai dengan
jenjang pelayanan kesehatan tempatnya bertugas.
Selama rujukan perawatan
ASI diusahakan teteap diberikan. Apabila tidak memungkinkan ASI tetap harus
dikeluarkan supaya payudara tetap produktif. Dalam menangani bayi baru lahir
petugas senantiasa diharapkan:
·
Mewaspadai faktor resiko
·
Mengenal tanda-tanda resiko tinggi
·
Mengetahui indikasi rujukan
Factor
yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan rujukan
·
Berfungsinya mekanisme rujukan dari tingkat
masyarakat dan puskesmas hingga rumah sakit tempat rujukan
·
Adanya komunikasi 2 arah antara yang merujuk
dan tempat rujukan
·
Tersedianya tenaga kesehatan yang
mampu, terampil dan siaga selama 24 jam
·
Tersedianya lat kesehatan dan
obat-obatan sesuai kebutuhan di tempat yang merujuk dan di tempat rujukan
·
Tersedianya sarana angkutan/transportasi
selama 24 jam
·
Bagi keluarga tidak mampu tersedia dukungan dana
untuk transport, perawatan dan pengobatan di rumah sakit.
·
Tersedianya dana insentif bagi petugas
kesehatan yang siaga 24 jam
Tanggung
jawab petugas dalam pelaksanaan rujukan
Tanggung jwab petugas yang merujuk
·
Persiapan rujukan yang memadai
·
Penerangan kepada orang tua atau keluarga
mengenai penyakit yang ditemukan atau diduga
·
Izin rujukan atau tindakan lain yang akan
dilakukan
·
Pemberian identifikasi, data (riwayat
kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat penyakit) yang ada, yang sudah dilakukan
dan yang mungkin diperlukan (hasil laboratorium,, foto Rontgen, contoh darah
ibu).
·
Stabilisasi keadaan vital janin/bayi baru
lahir selama perjalanan merujuk
·
Bagi petrugas yang menerima rujukan berupa
penanganan kasus rujukan
·
Pembinaan kemampuan dan keterampilan teknis
petugas puskesmas oleh dokter spesialis kebidanan dan anak dalam penanganan
kasus rujukan nenonatuis sakit, minimal sekali setiap 3 bulan
Bentuk
kegiatannya berupa:
a.
Telaah (review) kasus rujukan
b.
Audit maternal-perinatal/neonatal
c.
Konsultasi dokter spesialis serta kunjungan
dokter spesialis
·
Penerapan prosedur tetap pelayanan esensial
dan tatalaksana penyakit pada nenonatus di setiap jenjang pelayanan kesehatan.
2.1.10 Perdarahan
Perdarahan
ialah keluarnya darah dari salurannya yang normal (arteri, vena atau kapiler)
ke dalam ruangan ekstravaskulus oleh karena hilangnya kontinuitas pembuluh
darah. Sedangkan perdarahan dapat berhenti melalui 3 mekanisme, yaitu :
1.
Kontraksi pembuluh darah
2.
Pembentukan gumpalan trombosit (platelet
plug)
3.
Pembentukan trombin dan fibrin yang
memperkuat gumpalan trombosit tersebut.
Umumnya
peranan ketiga mekanisme tersebut bergantung kepada besarnya kerusakan pembuluh
darah yang terkena. Perdarahan akibat luka kecil pada pembuluh darah yang kecil
dapat diatasi oleh kontraksi arteriola atau venula dan pembentukan gumpalan
trombosit, tetapi perdarahan yang diakibatkan oleh luka yang mengenai pembuluh
darah besar tidak cukup diatasi oleh kontraksi pembuluh darah dan gumpalan
trombosit. Dalam hal ini pembentukan trombin dan akhirnya fibrin penting untuk
memperkuat gumpalan trombosit tadi. Disamping untuk menjaga agar darah tetap
didalam salurannya diperlukan pembuluh darah yang berkualitas baik. Bila
terdapat gangguan atau kelainan pada salah satu atau lebih dari ketiga
mekanisme tersebut, terjadilah perdarahan yang abnormal yang sering kali tidak
dapat berhenti sendiri.
Penatalaksanaan
Pada
perdarahan akut dapat diberikan carian intravena atau transfusi darah atas
indikasi yang tepat. Karena dapat terjadi renjatan dan gawat janin, mungkin
diperlukan perawatan intensif; pemberian preparat besi biasanya ditangguhkan.
Jenis perdarahan menahun umumnya tidak memerlukan transfusi darah; dalam kasus
ini senyawa besi dapat langsung diberikan.
Penanganan
bayi kembar dengan sindrom transfusi feto-fetal memerlukan tindakan cepat dan
tepat, serupa dengan tindakan gawat darurat. Bayi kembar donor yang mungkin
dalam keadaan gawat memerlukan parawatan intensif yang umum, seperti pembebasan
jalan nafas, pemberian oksigen, pemberian cairan intravena atau darah,
pengelolaan keseimbangan asam-basa dan parameter hematologik lainnya. Bila
terdapat gejala payah jantung, dapat diberikan digitalisasi dengan pemberian
digoksin 0,03-0,05 mg/kg.BB/hari secara parenteral, yang mungkin perlu disertai
degnan pemberian furosemid 0,5-1,0 mg/kg.BB/kali secara intramuskular, dan
dapat diulang setelah 2 jam.
Penatalaksanaan
perdarahan subaraknoid umumnya bersifat simptomatik, misalnya pengobatan
terhadap kejang atau gangguan nafas. Selanjutnya perlu dilakukan observasi terhadap
kadar darah tepi dan sistem kardiovaskular serta kemungkinan terjadinya
hiperbilirubinemia. Selain itu perlu diawasi terhadap kemungkinan terjadinya
komplikasi hidrosefalus.
2.1.11 Syok
/ Rejatan
Syok adalah
gejala klinis yang kompleks disebabkan karena kegagalan fungsi sirkulasi yang
bersifat akut dan ditandai oleh perfusi organ dan jaringan yang tidak adekuat.
Hal tersebut mengakibatkan kurang adekuatnya jumlah oksigen dan nutrien untuk
memenuhi kebutuhan jaringan tubuh dan untuk pembuangan sisa hasil metabolisme.
Syok dapat
dijumpai pada masa antepartum, intrapartum dan postpartum. Meskipun telah
dicapai kemajuan dalam penanganan pada bayi baru lahir, syok sirkulasi tetap
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang serius dalam kaitannya dengan mekanisme
kompleks yang menyertai pada masa transisi janin-bayi baru lahir dan
aspek-aspek unik lainnya dari fisiologi bayi baru lahir.
Terdapat 3
fase syok yaitu : kompensasi, dekompensasi dan irreversibel. Fase kompensasi
ditandai: frekuensi jantung, frekuensi napas, tekanan darah dan suhu tidak
terganggu atau terjadi gangguan minimal. Tanda klinis fase ini adalah pucat,
takikardia, kulit perife lembab, capilary
refill memanjang. Bila mekanisme homeostasis sudah jenuh atau tidak adekuat
akan terjadi fase dekompensasi. Fase dekompensasi ditandai dengan tekanan darah
yang makin menurun, capilary refill
sangat memanjang, takikardi, kulit dingin, nafas cepat (untuk mengkompensasi
asidosis metabolik) dan jumlah urin berkurang atau tidak ada. Penanganan yang
terlambat akan mengakibatkan terjadinya syok irreversibel.
Syok pada
bayi baru lahir dapat terjadi karena berbagai macam faktor:
a.
Hipovolemia
b.
Sepsis
c.
Reaksi obat (anafilaktik)
d.
Kardiogenik
e.
Neurogenik
f.
Endokrinogenik
Tumbuh kembang
·
Pada bayi-bayi baru yang mengalami
syok, setelah pulang dari RS perlu pemantuan selanjutnya di Poliklinik
Perinatologi selama bulan pertama dan selanjutnya di Poliklinik Tumbuh Kembang
untuk memantau tumbuh kembang selama masih bayi maupun balita.
·
Bayi-bayi yang ada gejala sistim neurologis,
rujuk ke unit rehabilitasi medik untuk fisioterapi.
Langkah promotif/preventif
·
Mencegah dan identifitasi awal
infeksi maternal
·
Mencegah dan pengobatan ibu dengan
ketuban pecah dini
·
Menghindari anestesi dan mencegah
hipotensi maternal
·
Perawatan antenatal yang baik
·
Mencegah persalinan prematur dan
berat lahir rendah
·
Mencegah asfiksia neonatorum
·
Melakukan resusitasi dengan benar
·
Identifikasi awal terhadap
kemungkinan terjadinya hemolisis neonatus
·
Mencegah perdarahan fetal/neonatal
·
Mencegah sepsis neonatorum
·
Mencegah pulmonary air leak syndrome
·
Mencegah terjadinya over distensi
paru saat ventilasi tekanan positif
·
Melakukan identifikasi awal terhadap
faktor risiko syok dan pengelolaan yang efektif
Prinsip – Prinsip Asuhan Bayi Baru Lahir
·
Jika
bayi di lahirkan oleh seorang ibu yang mengalami komplikasi dalam persalinan,
penangan bayi tersebut bergantung pada :
-
Apakah
bayi mempunyai kondisi atau masalah yang perlu tindakan segera,
-
Apakah
kondisi ibu memungkinkan merawat bayi secara penuh, sebagian, atau tindakan
sama sekali.
2.2.1 Bayi
Baru Lahir Dengan Masalah
·
Masalah/kondisi akut perlu tindakan segera dalam 1 jam
kelahiran (oleh tenaga di kamar persalinan):
-
Sesak
nafas
-
Sianosis
sentral (kulit biru)
-
Bayi
berat Lahir rendah (BBLR) <2.500 g,
-
Letargis
-
Hipotermia/stress
dingin (suhu axila <36,5C
-
Kejang
·
Kondisi perlu tidakan awal
-
Potensial
infeksi bakteri ( pada ketuban pecah dini atau pecah lama)
-
Potensial
sifilis (ibu dengan gejala atau positif)
·
Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu
tindakan segera (oleh
tenaga di kamar bersalin)
-
lakukan
asuhan bayi segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah kelahiran bayi,
-
rujuk
ke kamar bayi atau tempat pelayanan sesuai.
2.2.1.1 Rujukan Bayi
·
jelaskan
kondisi/masalah bayi kepada ibu
·
jaga
bayi agar tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak atau kering, selimuti,
dan pakai topi
·
rujuk
dengan di gendong petugas, jika memungkinkan. Gunakan incubator atau basinet
jika perlu tindakan khusus, misalnya pemberian O2.
·
Mulai
menyusui
·
Ajari
memeras payudara dan ASI yang di berikan kepada bayi jika menyusui dini tidak di mungkinkan oleh kondisi ibu atau bayi.
·
Pastikan
kamar bayi NICU (Neonatal Intensive Care Unit) atau tempat pelayanan yang
dituju penerima formulir riwayat persalinan, kelahiran, dan tindakan yang
diberikan kepada bayi.
2.2.1.2 Kondisi Atau Masalah Segera Setelah Lahir
Masalah
·
Bayi
baru lahir dengan kondisi atau masalah
-
Tidak
bernafas atau napas megap – megap,
-
Sukar
bernafas (hitung nafas dalam <30 atau >60, tarikan dinsing dada ke dalam
yang kuat atau suara merintih)
-
Sianosis
(biru)
-
Premature
atau Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), (<32 minggu atau < 1500 g)
-
Letargi
-
Hipotermia
-
Kejang
·
Bayi
dengan kondisi atau masalah yang perlu di perhatikan di kamar bersalin:
-
Bayi
berat lahir rendah (BBLR) (1500 – 2500 g)
-
Potensial
infeksi bakteri (pada ketuban pecah dini atau pecah lama)
-
Potensial
sifilis (ibu dengan gejala atau serolohis positif)
2.2.1.3 Penanganan Segera
Tiga keadaan
yang perlu tindakan segera ialah: tidak bernafas atau megap – megap, sianosis
atau sukar bernafas.
2.2.2 Tidak Bernafas atau Megap –megap
2.2.2.1 Penanganan Umum
·
Keringkan
bayi, ganti kain yang basah dan bungkus dengan pakaian hangat – kering
·
Jika
dilakukan, segera klem dan potong tali pusat
·
Letakan
bayi di tempat yang keras dan hangat (dibawah radisant heater) untuk resusitasi
·
Kerjakan
pedoman pencegahan infeksi dalam melakukan tindakan perawatan dan resusitasi
2.2.2.2 Resusitasi
Perlunya
resusitasi harus di tentukan sebelum
akhir menit pertama kehidupan.Indicator terpenting bawha di perlukan
resusitasi ialah kegagalan napas setelah bayi lahir.
Kotak 32.1: Peralatan
Resusitasi
2.2.2.3 Membuka
Jalan Nafas
·
Posisi
bayi
-
Terlentang
-
Kepala
lurus dan sedikit tengadah/ekstensi (posisi mencium bau)
-
Bayi
diselimuti, kecuali muka dan dada
·
Bersihkan
jalan nafas dengan menghisap mulut lalu hidung. Jika terdapat darah atau meconium di mulut atau hidung, isap segera untuk menghindari aspirasi.
Catatan
: jangan
menghisap terlalu dalam tenggorok, karena karena dapat mengakibatkan turunnya
frekuensi denyut jantung bayi atau bayi berhenti nafas.
·
tetap
jaga kehangatan tubuh bayi
·
Pertimbangkan pembrian nalokson (setelah
tanda vital baik) jika ibu mendapat petidin atau morfin sebelum melahirkan
·
Lakukan ventilasi selama 1 menit,
berhenti, dan nilai apakah terjadi napas spontan.
-
Jika pernafasan normal (frekuensi 30-60
x/menit), tidak ada tarikan dinding dada dan suara merintih dalam 1 menit,
resusitasi tidak diperlukan. Lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru lahir.
-
Jika bayi belum bernafas atau nafas
lemah, lanjutkan ventilasi sampai nafas spontan terjadi
·
Jika bayi mulai menangis, hentikan
ventilasi dan amati nafas selama 5 menit setelah tangis berhenti :
-
Jika pernafasan normal (frekuensi
30-60x/menit) tidak ada tarikan dinding dada dan suara merintih dalam 1 menit,
resusitasi tidak diperlukan. Lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru lahir.
-
Jika frekuensi <30x/menit, lanjutkan
ventilasi.
-
Jika terjadi tarikan dinding dada yang
kuat, ventilasi dengan oksigen, jika tersedia. Rujuk ke kamar bayi atau tempat
pelayanan yang dituju.
·
Jika nafas belum teratur setelah 20
menit ventilasi
-
Rujuk ke kamar bayi atau ke tempat
pelayanan yang dituju.
-
Selama dirujuk jaga bayi tetap hangat
dan berikan ventilasi jika diperlukan.
·
Jika tidak ada usaha bernafas,
megap-megap atau tidak ada nafas setelah 20 menit ventilasi, hentikan
ventilasi; bayi lahir mati. Berikan dukungan psikologis kepada keluarga.
Kotak
32.2: Mengatasi depresi pernafasan bayi baru lahir akibat obat narkotika
2.2.2.4
Asuhan Pascaresusitasi yang Berhasil
·
Hindari kehilangan panas:
-
Lakukan kontak kulit di dada ibu (metode
Kanguru), dan selimuti bayi.
-
Letakkan di bawah radiant heater, jika
tersedia.
·
Periksa bayi dan hitung nafas dalam
semenit.
-
Jika bayi sianosis (biru) atau sukar
bernafas (frekuensi <30 atau > 60x per menit, tarikan dinding dada ke
dalam atau merintih) beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong.
·
Ukur suhu aksiler:
-
Jika suhu 36oC atau lebih,
teruskan metode Kanguru dan mulai pemberian ASI.
-
Jika suhu <36oC, lakukan
penanganan hipotermia.
·
Mendorong ibu mulai menyusui: bayi yang
mendapat resusitasi cenderung hipoglikemia.
-
Jika kekuatan menghisap baik, proses
penyembuhan optimal.
-
Jika menghisap kurang baik, rujuk ke
kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju.
·
Lakukan pemantauan yang sering dalam 24
jam pertama. Jika sukar bernafas kambuh, rujuk ke kamar bayi atau ke tempat
pelayanan yang dituju.
2.2.2.5
Sianosis atau Sukar Bernafas
·
Jika bayi sianosis (biru) atau sukar
bernafas (frekuensi <30 atau >60 x per menit, tarikan dinding dada ke
dalam atau merintih).
-
Isap mulut dan hidung untuk memastikan
jalan nafas bersih.
-
Beri oksigen 0,5 l/menit lewat kateter
hidung atau nasal prong.
-
Rujuk ke kamar bayi atau ke tempat
pelayanan yang dituju.
·
Jaga bayi tetap hangat. Bungkus bayi
dengan kain lunak, kering, selimuti, dan pakai topi untuk mencegah kehilangan
panas.
Kotak
32.3: Penggunaan oksigen
2.2.2.6
Penilaian
Banyak kondisi serius pada bayi baru lahir –
misalnya infeksi bakteri, malformasi, asfiksia berat, penyakit hialin membran
pada prematur – dengan gejala yang sama dengan sukar bernafas dan minum
lemah/tidak mau minum.
Diagnosis banding sukar tanpa bantuan tes diagnostik
lengkap.Meskipun demikian tindakan segera harus dilakukan tanpa diagnosis yang
khusus.Bayi dengan masalah di atas harus segera dirujuk.
2.2.3
Penanganan Bayi Baru Lahir Bermasalah
2.2.3.1
Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) atau Prematur Kecil
Jika bayi sangat kecil (<1500 g atau ,32 minggu)
sering terjadi masalah yang berat misalnya sukar bernafas, kesukaran pemberian
minum, ikterus berat dan infeksi. Bayi rentan terjadi hipotermia jika tidak
dalam inkubator.
Bayi ini memerlukan pelayanan kesehatan
khusus.Rujukan harus segera dilakukan ke tempat pelayanan yang sesuai bagi bayi
baru lahir sakit atau kecil sedini mungkin. Sebelum dan selama rujukan:
·
Pastikan bahwa bayi terjaga tetap
hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti dan pakai topi untuk
menghindari kehilangan panas.
·
Jika pada riwayat ibu terdapat
kemungkinan infeksi bakteri, beri dosis pertama antibiotika:
-
Gentasimin 4 mg/kg BB I.M. (atau
kanamisin)
-
Ditambah ampisilin 100 mg/kg BB I.M.
(atau benzil penisilin)
·
Jika bayi sianosis (biru) atau sukar
bernafas (frekuensi < 30 atau > 60 x per menit, tarikkan dinding dada ke
dalam atau merintih), beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong.
2.2.3.2
Letargi
Jika
bayi alergi (tonus otot rendah, tidak ada gerakan), sangat mungkin bayi sakit
berat dan harus segera di rujuk ketempat pelayanan yang sesuai.
2.2.3.3
Hipotermia
Hipotermia
dapat terjadi secara cepat pada bayi sangat kecil atau pada bayi yang
diresusitasi atau dipisahkan dari ibu.Dalam kasus-kasus ini, suhu dapat cepat
turun < 35oC. Hangatkan segera:
·
Jika bayi sakit berat atau hipotermia
berat (suhu aksiler < 35oC ):
-
Gunakan alat yang tersedia (inkubator,
radiant heater, kamar hangat, tempat tidur hangat)
-
Rujuk segera ke tempat pelayanan
kesehatan yang mempunyai NICU,
-
Jika bayi sianosis (biru) atau sukar
bernafas (frekuensi < 30 atau > 60 x per menit, tarikan dinding dad
kedalam atau merintih), beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong.
·
Jika bayi begitu tampak dan suhu aksiler
35oC atau lebih:
-
Pastikan bayi dijaga tetap hangat.
Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti, dan pakai topi untuk
menghindari kehilangan panas
-
Dorong ibu untuk segera menyusui,
setelah bayi siap
-
Pantau suhu aksiler setiap jam sampai
normal
-
Bayi dapat diletakan kedalam inkubator
atau dibawah radiant heater
2.2.3.4
Kejang
Kejang dalam 1 jam pertama kehidupan jarang. Kejang
dapat disebabkan oleh maningitis, ensefalopati, atau hipoglekemia berat
·
Pastikan bayi dijaga tetap hangat .
bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti dan pakai topi untuk
menghindari kehilangan panas
·
Rujuk segera ketempat pelayanan
kesehatan yang mempunyai NICU
2.2.4
Bayi Prematur Sedang Atau Bblr
Bayi prematur sedang (33 atau 38 minggu)
atau BBLR (1500-2500 gram) dapat mempunyai masalah segera setelah lahir
·
Jika bayi tidak ada kesukaran bernafas
dan tetap hangat dengan metode kanguru:
-
Rawat bayi tetap bersama ibu
-
Dorong ibu menyusui dalam 1 jam pertama
·
Jika bayi sianosis (biru) atau sukar
bernafas (frekuensi <30 atau > 60 x per menit, tarikan dinding dada ke
dalam atau merintih), beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong
·
Jika suhu aksiler turun di bawah 35oC,
hangatkan bayi segera
2.2.5
Bayi Prematur Dan/Atau Ketuban Pecah Lama Dan Asimptomatis
Panduan berikut bisa dimodifikasi sesuai
dengan keadaan setempat
·
Jika ibu mempunyai tanda klinis infeksi
bakteri atau jika ketuban pecah lebih dari 18 jam meskipun tanda-tanda klinis
infeksi
-
Rawat bayi tetap bersama ibu dan dorong
ibu tetap menyusui
-
Lakukan kultur darah dan berikan
antibiotika dosis pertama
·
Jangan berikan antibiotika pada kondisi
lain. Amati bayi terhadap tanda infeksi selama 3 hari:
-
Rawat bayi tetap bersama ibu dan dorong
ibu tetap menyusui
-
Jika dalam 3 hari terjadi tanda infeksi,
rujuk ke NICU, lakukan kultur darah, dan berikan antibiotika dosis pertama.
·
Jika bayi menunjukan tanda-tanda
sifilis, rujuk ke NICU. Tanda-tanda sifilis termasuk:
-
Edema umum
-
Ruam kulit
-
Telapak tangan atau kaiki melepuh
-
Rinitis
-
Kondiloma anal
-
Pembesaran hepat/lien
-
Paralis salah satu anggota tubuh bagian
bawah
-
Ikterus
-
Pucat
-
Sfiroketa positif dari lesi cairan tubuh
cairan serebrospinal
·
Jika tes srelogis ibu positif atau
menunjukan gejala tetapi bayi tidak menunjukan tanda-tanda sefilis, beri
benzatin penisilin 50.000 unit/kg BB I.M. dosis tunggal.